38. Terbiasa

854 164 15
                                    

Perusahaan Kim sibuk mengklarifikasi jika CEO mereka sudah bukan Kim Taehyung lagi, tentu mereka takut citra perusahaan akan rusak, dan nilai jual di bursa saham akan merosot tajam jika tidak segera bertindak, mengingat Taehyung kini seperti menjelma menjadi musuh publik nomor satu, karena kasus nya yang membuat laporan palsu, keterangan palsu, dan perbuatan jahat nya pada Jihoon yang adalah anak kandung nya sendiri, terlebih Jihoon adalah anak dengan kebutuhan khusus, jadi hukum sosial yang Taehyung terima tentu lebih berat, meski tak mendapat tuntutan dari Rio dan Jennie atas kekerasan fisik yang ia lakukan.

"Sudah siap?" Jisoo menjemput Jennie untuk makan malam bersama, guna merayakam kemenangan mereka.

"Jihoon menanyakan mu kemarin" beritahu Jennie dalam obrolan nya dengan Jisoo.

"Benarkah? Dia tidak melupakan ku ternyata" kekeh Jisoo.

"Iya, aku bingung menjawab nya" Karena Jihoon mengira Jisoo adalah suami Jennie.

"Jawab saja daddy sedang bekerja, kelak untuk membelikan Jihoon mainan"

Deg

Jennie melirik Jisoo serius

"Aku ingin menjadi ayah sambung bagi Jihoon" ungkap Jisoo.

Di rumah Rose, Rio menyuapi Jihoon makan malam.

"Papa, setelah ini tolong bantu Jihoon menyiapkan buku untuk besok ne?" Pinta nya.

"Iya boy" Jihoon memang sangat dekat dengan Rio dan Rose, jadi ia tak sungkan untuk meminta bantuan atau bersikap manja, dan karena ia masih anak-anak, Jihoon tak memikirkan bahwa ia bukan anak kandung papa dan mama nya yang sekarang.

Dan saat Rose mencuci bekas makan mereka, Rio membawa Jihoon ke kamar nya, menyiapkan buku pelajaran yang akan ia bawa ke sekolah besok.

Lalu keesokan hari nya, Rio mengantar Jihoon sekolah, begitu tiba di lobby, Asahi dan Yoshi sudah menunggu nya.

"Jihoon-ie" seru mereka menyambut sahabat nya, yang di sapa tersenyum lebar.

"Asahi, Yoshi" balas nya, mereka lalu berpelukan.

"Yoshi, Asahi, uncle titip Jihoon ne, tolong bantu dia saat makan nanti, bekal nya ada disini, kotak satu nya ada bolu keju buat kalian, dari aunty" ujar Rio pada sahabat Jihoon itu.

"Tentu uncle, kami akan menjaga dan membantu Jihoon, terima kasih untuk bolu nya"

"Sama-sama, uncle pergi dulu, baik-baik di sekolah boy, papa kerja dulu" pamit Rio mengacak rambut Jihoon.

"Ne pa"

"Ya uncle"

Rio mulai kembali bekerja hari ini, setelah hampir sebulan di rumah menghadapi kasus nya dengan Taehyung, tak lama ponsel nya berdering.

"Hallo"

"Rio, apa Jihoon sudah berangkat sekolah?"

"Sudah noona"

"Dia pulang jam berapa?"

"Jam satu siang noona"

"Boleh aku menjemput nya?"

"Tentu noona"

"Terima kasih Rio"

Dan Jennie pun menjemput Jihoon ke sekolah, bersama Jisoo, ia menerima niat baik pengacara muda itu saat mereka tengah makan bersama semalam, kedua nya berdiri di depan pintu gerbang sekolah, dan Jihoon muncul bersama Yoshi dan Asahi yang mendorong kursi roda nya dan membawakan tas Jihoon.

"Jihoon-ie" seru Jennie, ia lalu mendekat.

"Mommy menjemput siapa?" Tanya Jihoon heran.

"Tentu saja menjemput Jihoon, papa mu sedang mengantar penumpang, jadi mommy yang menjemput, kali ini bersama daddy disana" tunjuk Jennie pada Jisoo, yang melambaikan tangan nya ke arah Jihoon.

"Yaa, Jihoon mengerti, mommy kenalkan, sahabat Jihoon, Yoshi dan Asahi"

"Hai, saya mommy nya Jihoon, Jennie, dan itu daddy nya, terima kasih sudah membantu Jihoon"

"Ne aunty, sama-sama, kami pulang dulu" pamit dua bocah itu yang tak terlalu mempermasalahkan kenapa Jihoon punya mama dan mommy, papa dan daddy, setahu mereka Rio dan Rose adalah orang tua kandung Jihoon, dan Jihoon sendiri juga tak curiga dengan kehadiran Jennie serta perhatian nya.

Jennie mendorong kursi roda Jihoon menuju ke mobil Jisoo, yang sudah membuka kan pintu penumpang belakang, ia lalu mengangkat tubuh Jihoon memasuki mobil.

"Maaf merepotkan daddy" sungkan Jihoon

"Tidak, tangan Jihoon sedang sakit kan, jadi ini tidak merepotkan" balas Jisoo sambil memasangkan sabuk pengaman, ia lalu melipat kursi roda Jihoon dan meletakan nya di bagasi belakang, Jennie duduk di depan menemani Jisoo.

"Jihoon mau kemana dulu?" Tanya Jisoo.

"Pulang saja daddy, Jihoon sudah lapar"

"Tidak makan di luar dulu?"

"Tidak, masakan mama adalah yang terbaik" tolak Jihoon, Jisoo melirik Jennie yang memasang wajah sendu mendengar putra nya memuji masakan orang lain.

"Pelan-pelan, ingat itu" Jisoo memberi kode pada Jennie, agar ia mengingat misi nya untuk mendekati Jihoon dengan sabar tanpa harus terburu-buru.

Setiba di rumah, Jisoo kembali membantu Jihoon.

"Mama, Jihoon pulang!" Seru nya seperti biasa, Rose tersenyum bahagia mendengar suara yang sempat menghilang dari rumah nya selama hampir sebulan.

"Ya sayang!" Sahut nya sambil berjalan tergopoh-gopoh dari dapur.

Deg

Senyum diwajah Rose memudar melihat Jennie dan Jisoo lah yang membawa putra nya pulang dari sekolah, Rose tentu di liputi perasaan takut, was-was dan sedih, menyadari bahwa tak lama lagi, Jennie akan membawa putra pergi dari sini, karena ia adalah ibu kandung nya, yang lebih berhak atas Jihoon.

Lambat laun, Jihoon sudah terbiasa dengan kehadiran Jennie di sekitar nya, kedua tangan nya juga sudah sembuh, jadi Jihoon bisa melakukan semua nya sendiri sekarang, dan ia sedang bermain basket dengan Rio di halaman rumah nya, Jisoo dan Jennie datang, bola itu menggelinding tepat mengenai kaki Jisoo, ia pun mengambil nya, dan melempar bola itu dari tempat nya berdiri.

Shooot. . .

Jihoon mendongak menatap bola itu terbang diatas kepala nya.

Slap

Masuk, tree point

"Wow, keren, daddy keren" seru Jihoon tak percaya, Jisoo tersenyum bangga, dan Jennie terkekeh lucu, Rose menatap sendu ke arah Jihoon, Jennie dan Jisoo, Rio yang menyadari nya pun segera mendekati sang istri.

"Jihoon tidak akan kemana-mana, kita masih bisa menemui nya nanti, dia hanya pindah rumah untuk tidur saja" hibur Rio.

"Jangan sedih, nanti Jihoon akan curiga" Rio mengusap air mata sang istri dan menutupi nya dari tempat Jihoon berada, agar bocah itu tak melihat mama nya menangis.





#TBC

ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang