23. Dia Anak Ku

971 159 43
                                    

Taehyung pulang dari kantor nya, ia lalu mencari pembantu rumah nya yang dulu ia suruh untuk membuang bayi Jihoon.

"Ahjuma, kamu yakin kan, dulu meletakan Jihoon di sebuah taxi?" Tanya Taehyung.

"Iya tuan, saya sangat yakin" jawab ahjuma.

"Berarti benar, dia Jihoon anak ku" batin Taehyung.

"Kenapa tuan tiba-tiba bertanya tentang Jihoon?"

"Aku bertemu dengan nya di sekolah"

"Lalu rencana tuan?"

"Tidak ada"

"Anda tak ingin membawa nya pulang? Dengan begini kan warisan anda akan turun lebih cepat tanpa harus menikah lebih dulu, sedangkan anda belum sempat mencari pengganti nona Jennie" ide sang pembantu, Taehyung terdiam mencerna kata-kata ahjuma.

"Anda takut repot?" Seperti nya sang ahjuma tahu isi hati dan pikiran Taehyung.

"Orang tua angkat nya pasti sudah mengajari Jihoon agar bisa melakukan apa-apa sendiri tuan, dia sudah berusia sepuluh tahun sekarang"

"Ah benar juga, kenapa hal itu tidak terlintas di kepala ku" Taehyung membenarkan ide pembantu nya.

"Tapi aku harus menyelidiki nya dulu, panggil Bobby, ahjuma, suruh dia menyelidiki Jihoon dan keluarga nya" perintah Taehyung.

"Baik tuan"

Dan di rumah Rio, keluarga kecil itu tengah menonton tv setelah makan malam bersama, Jihoon bersandar disebelah kanan sang ayah, dan Rose di sebelah kiri Rio, mereka berdua, ibu dan anak nya ini, sangat manja pada ayah dan suami nya, Rio menjadi sandaran anak dan istri nya dengan nyaman, Jihoon bahkan sampai nyaris tertidur.

"Jihoon pindah ke kamar ya?" Pinta sang ayah

"Sebentar lagi papa" tolak nya dengan suara lemah.

"Papa tahu Jihoon sudah mengantuk"

"Belum" elak nya, Rose terkekeh.

"Baiklah" tak sampai sepuluh menit, sang anak sudah terlelap.

"Biar aku pindahkan Jihoon dulu ne, kamu tunggu saja di kamar" ujar Rio pada sang istri, Rose mengangguk

"Iya oppa" jawab nya, ia lalu berdiri dan mematikan tv, Rio menggendong Jihoon untuk ia pindahkan ke kamar nya.

"Nice dream my boy" Rio mengecup kepala Jihoon sebelum menutup ointu kamar nya, ia lalu memeriksa pintu dan jendela, kemudian mematikan lampu-lampu ruangan yang tidak penting, baru memasuki kamar nya.

"Hey istri ku" sapa nya menggoda pada Rose yang berbaring menunggu nya, sang istri tersenyum paham akan maksud dari suami nya itu, Rio lalu mendekat, dan menaiki tubuh Rose, mereka bercinta malam itu, dan masih rutin melakukan nya, meski usia pernikahan mereka sudah memasuki angka belasan tahun, tapi urusan ranjang, tak kalah dengan yang masih pengantin baru.

Pasangan itu bangun dengan suasana yang bugar dan ceria, begitu juga dengan Jihoon, dia sudah bangun, tanpa bantuan orang tua nya.

"Selamat pagi Jihoon-ie"

"Selamat pagi papa"

Mereka pun sarapan bertiga sebelum memulai aktivitas masing-masing, dan setelah selesai, Jihoon pun berangkat ke sekolah dengan di antar sang ayah.

"Bye sayang" Rose melambaikan tangan nya melepas keberangkatan dua pria tercinta nya itu.

"Papa"

"Ya boy?" Sahut sang ayah sambil memutar setir mobil nya.

"Jihoon ingin bola basket, apa boleh?"

"Bola basket?" Ulang sang ayah.

"Uhum" Jihoon mengangguk yakin.

"Tentu saja boleh, apa pun asal itu baik bagi Jihoon, papa akan mengupayakan nya"

"Tapi jika papa belum ada uang untuk membeli nya, tak masalah, bisa lain kali pa"

"Tidak, Jihoon akan mendapatkan apa yang Jihoon mau nanti, jangan khawatir, tugas mu hanya belajar, dan tugas papa adalah memenuhi kebutuhan Jihoon" balas Rio

"Gumawo papa" Rio mengusap-usap rambut Jihoon, ini adalah pertama kali nya bocah itu meminta sesuatu, jadi Rio pun berusaha untuk mengambulkan nya.

Disaat jam makan siang pun, Rio terburu-buru menyantap masakan sang istri

"Oppa, pelan-pelan, jangan buru-buru" Rose menahan tangan kanan sang suami.

"Aku harus kembali bekerja sayang, ada permintaan khusus dari anak mu" jelas Rio kenapa ia makan dengan tergesa.

"Jihoon minta apa oppa?" Tanya Rose heran

"Dia minta bola basket" jawab Rio tersenyum sumringah.

"Apa oppa bisa mengajari nya bermain bola basket?" Tanya Rose ragu, mengingat Jihoon memiliki keistimewaan.

"Apa yang orang lain bisa lakukan, Jihoon juga bisa lakukan, jangan meragukan nya, yakin lah dia bisa" ujar Rio menggenggam tangan sang istri diatas meja makan, Rio langsung kembali mencari penumpang, karena harus membelikan sang putra bola basket, tak masalah jika ia harus bertaruh nyawa sekalipun, karena Jihoon adalah segala nya bagi Rio dan Rose.

Saat nya menjemput Jihoon, bocah itu duduk di samping sang ayah, Rio pun memasangkan sabuk pengaman nya, lalu menyimpan kursi roda Jihoon di bagasi belakang, Rio mengambil bola orange permintaan Jihoon tadi, dan saat ia hendak bersiap, Rio meletakan bola baru tadi di pangkuan Jihoon.

"Woah" kaget nya tak menyangka, Jihoon tersenyum lebar menatap sang ayah.

"Papa!" Seru nya langsung memeluk Rio dengan tangan kiri nya.

"Terima kasih papa" ucap Jihoon gembira.

Dan di tempat lain, Bobby menemui Taehyung di ruangan nya.

"Apa hasil nya?"

"Hasil nya 100% bocah bernama Jihoon itu adalah putra anda tuan, saya meyakini dengan bukti yang ada, yang sudah saya cocokan dengan keterangan ahjuma, dan kalung yang dipakai Jihoon, dia di asuh oleh pasangan Lee Mario, dan Rosseane Park yang berprofesi sebagai supir taxi"

"Hasil nya 100% bocah bernama Jihoon itu adalah putra anda tuan, saya meyakini dengan bukti yang ada, yang sudah saya cocokan dengan keterangan ahjuma, dan kalung yang dipakai Jihoon, dia di asuh oleh pasangan Lee Mario, dan Rosseane Park yang ber...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dan ahjuma juga masih mengingat dengan jelas ciri-ciri pengemudi taxi dan mobil nya waktu itu" lanjut Bobby

"Baiklah, kita akan menjemput nya sesegera mungkin" gumam Taehyung, ia lalu menghubungi pengacara nya.

#TBC



ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang