39. Saatnya Jihoon Tahu

928 162 8
                                    

Dua bulan kemudian, Jennie sudah menunggu selama itu, jika orang lain, mungkin tak akan ada yang sesabar Jennie, mengingat ia sudah sepuluh tahun kehilangan anak kandung nya, dan setelah bertemu, ia harus menunggu lagi agar bisa membawa Jihoon kembali pulang.

"Hi momm, daddy" sapa Jihoon mengayuh kursi roda nya, menghampiri Jisoo dan Jennie yang menjemput nya ke sekolah seperti biasa.

"Hi boy" balas Jisoo, Jennie mengusap kening Jihoon yang berpeluh.

"Jihoon bermain polisi dan penjahat tadi momm" beritahu Jihoon kenapa ia berpeluh, bocah itu masuk ke dalam mobil sendiri dan Jisoo yang menyimpan kursi roda nya di bagasi.

"Gumawo daddy"

Jisoo lalu mengendarai mobil nya menuju ke rumah Rio.

Sementara itu, Rio terus berusaha untuk menguatkan sang istri, yang kembali menangis, karena hari ini, mereka akan memberitahu Jihoon tentang siapa sebenar nya Jennie.

"Menangislah sepuas mu sekarang, asal jangan di depan Jihoon nanti" ujar Rio pada sang istri.

"Kita sudah di beri kesempatan untuk mengasuh dan merawat nya selama sepuluh tahun, sudah saat nya Jihoon tahu siapa orang tua kandung nya" hibur Rio.

"Aku hanya tidak rela dia pergi dari rumah ini oppa, aku pasti akan kesepian nanti, aku pasti akan merindukan nya setiap saat" isak Rose

"Kita bisa mengunjungi nya nanti" bujuk Rio.

"Mama, Jihoon pulang!" Seru nya

"Ya sayang!" Balas Rose, ia lalu ke kamar mandi untuk menghilangkan jejak air mata nya, sementara Rio lah yang membuka kan pintu untuk Jihoon.

"Hi boy" sapa Rio, Jihoon langsung masuk dan menuju ke kamar nya, Rio menahan Jennie dan Jisoo di luar.

"Kami akan memberitahu Jihoon sekarang noona" beritahu nya pada Jennie, wanita itu menatap bahagia ke arah Jisoo, tapi juga tegang.

"Silakan masuk" ajak Rio, Jennie dan Jisoo pun duduk di ruang tamu.

"Beri kami waktu untuk bicara dengan Jihoon lebih dahulu" ijin Rio

"Baik, kami akan menunggu nya" balas Jennie, Rio pun menyusul sang putra ke kamar.

"Boy, mama menyuruh kita membeli tepung dan telur, persediaan di rumah habis" Rio menyembulkan kepala nya dari balik pintu kamar Jihoon.

"Ne papa" Jihoon segera memakai kaos rumahan nya, lalu menyusul sang ayah keluar, Rio berjalan di sisi kanan Jihoon menuju ke mini market terdekat dari rumah.

"Jihoon mau es krim?"

"Ya pa, yang rasa vanilla" jawab Jihoon, setelah membayar belanjaan nya, Rio pun keluar bersama Jihoon.

"Kita makan es krim nya dulu disini ne" ajak Rio, Jihoon pun setuju, mereka duduk berhadapan di depan mini market sambil memakan es krim.

"Jihoon, papa ada cerita untuk mu"

"Cerita apa pa?"

"Tentang kasih sayang orang tua terhadap anak nya, terutama seorang ibu" Jihoon mendengar ucapan sang ayah sambil memakan es krim nya.

"Suatu hari, ada seorang ibu yang sedang mengandung, ia sangat menyayangi calon bayi nya, sampai suatu hari, bayi itu lahir, dalam kondisi tidak baik-baik saja, tapi sang ibu tak masalah, ia tetap menyayangi anak nya sepenuh hati, tapi, suatu hari, seseorang mengambil anak nya, untuk di jauhkan dari sang ibu, dan ibu itu menangis, bahkan tak ada satu pun orang yang menghibur wanita itu meski ia sangat sedih, lalu sang ibu memutuskan untuk mencari keberadaan anaknya, selama bertahun-tahun, sampai akhir nya ia bertemu dengan anak nya yang sudah besar dalam asuhan orang lain" Jihoon langsung menghentikan suapan nya, dan menatap serius sang ayah.

"Apa bayi itu adalah Jihoon?" Tebak nya, karena Jihoon ingat, papa nya dulu pernah bercerita jika ia bukan anak kandung nya, tapi di temukan berada dalam taxi sang ayah, Rio terdiam.

"Kenapa Jihoon harus di pisahkan dari orang tua Jihoon? Apa karena kaki Jihoon lumpuh?"

"Tidak, bukan karena itu Jihoon-ie, tapi memang karena ada orang jahat yang ingin menjauhkan Jihoon dari mommy"

"Mommy? Jennie mommy?" Otak Jihoon terlalu cerdas untuk menebak kemana alur cerita sang ayah.

"Y-yaa" jawab Rio tak ada pilihan, karena ternyata Jihoon seperti mampu membaca pikiran nya.

"Dan sekarang papa ingin Jihoon pergi dari rumah untuk ikut bersama mommy?" Jihoon menunduk, air mata nya menetes, meski ia tahu Jennie baik, tapi Jihoon tidak bisa lepas dari Rio dan Rose yang sudah merawat nya selama ini, ia juga masih trauma dengan kejadian di rumah Taehyung, ia takut Jennie akan berubah jahat jika di rumah.

"Bukan begitu Jihoon-ie, jika bisa papa ingin selama nya bersama Jihoon, tinggal bersama Jihoon sampai mati nanti, tapi mommy adalah orang tua kandung Jihoon, dia yang lebih berhak atas Jihoon, papa tidak bisa melarang mommy untuk membawa Jihoon pulang"

"Jihoon takut pa" isak nya.

"Jihoon tidak mau tinggal dengan mommy, bisa tidak kita kabur saja dari sini? Jihoon tidak peduli, orang tua Jihoon adalah papa dan mama" tolak nya sambil menangis, es yang tadi di santap nya ia biarkan mencair begitu saja.

"Jangan takut, mommy tidak jahat, Jihoon sendiri sudah merasakan nya bukan? Mommy sayang dan perhatian pada Jihoon, papa akan selalu memastikan Jihoon baik-baik saja nanti, papa janji akan selalu mengechek Jihoon, mommy sudah menyetujui nya, papa dan mama boleh mengunjungi Jihoon kapan pun kami mau" bujuk Rio.

"Kita pulang ya, mommy dan daddy sudah menunggu di rumah" ajak Rio, kali ini ia terpaksa mendorong kursi roda sang putra yang menolak pulang.

Rio sengaja tak menjelaskan kejadian yang sebenar nya pada Jihoon, kenapa ia di buang dan siapa yang membuang, karena Rio berpikir saat Jihoon besar nanti, ia akan tahu sendiri akan kebenaran nya.


#TBC


Satu chap lagi tamat

ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang