SB 5

10.4K 331 9
                                    

Hubungan Handi dan Wina mulai dekat dan hangat layaknya suami istri pada umumnya. Feri yang menyadari itu hanya bisa bersyukur dan berdoa pernikahan putrinya kali ini menjadi pernikahan terakhir.

"Ibu pengen ketemu Wina." Ujar ibu paruh baya itu. Handi yang hendak masuk akhirnya memutuskan menghentikan langkah sejenak. Mematung di depan pintu yang dibiarkan sedikit terbuka itu.

"Hmmmm..." Laki-laki yang tengah duduk itu menunduk dalam.

"Nak, ibu berharap kalian bisa rujuk." Lanjut ibu tersebut.

"Permisi. Dengan ibu Sulis?" Ujar Handi yang memutuskan segera masuk setelah sempat mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Iya." Laki-laki itu menyahut.

"Ini ada obat yang harus diminum." Handi menyerahkan obat pasien tersebut.

"Terima kasih." Ucap laki-laki dan ibu itu hampir bersamaan.

"Sama-sama. Mari." Pamit Handi.

Wina? Mendadak Handi merasa Wina yang dimaksud ibu itu adalah istrinya kini. Handi pun segera kembali ke nurse station. Dan saat tiba pergantian shift, kantin menjadi pilihan Handi. Di sana selain ia makan siang yang sempat tertunda, ia juga membuka akun media sosialnya, stalking media sosial Wina.

Tidak ada postingan lama. Tepatnya dibatasi. Ia pun mencari media sosial Nessa melalui friend list Wina. Karena ia begitu familiar dengan nama Nessa.

Ia terus menelusuri hingga sampai pada sebuah postingan lawas Nessa dengan latar sebuah pelaminan. Di mana Wina yang menjadi pengantinnya. Deg, Handi terdiam. Laki-laki yang bersanding dengan Wina di foto itu sama dengan laki-laki yang ia temui barusan. Rujuk??

"A." Sapa Wina saat teleponnya tersambung.

"Iya."

"Udah beres dinasnya?"

"Baru."

"Mau ke mana?"

"Nggak ke mana-mana."

"Pulang sekarang nggak?"

"Kenapa?"

"Kalau mau pulang sekarang, jemputin."

"Nggak bawa mobil?"

"Nggak, sengaja. Biar dijemput." Handi yang sedang tidak enak hati itu pun sekilas menyunggingkan senyum dengan kemanjaan Wina.

"Boleh. Mau dijemput kapan?"

"Sekarang aja."

"Oke, tunggu ya. Aku jalan sekarang."

"Oke, see you."

Handi beranjak menuju area parkir dan tanpa sengaja ia berpapasan dengan laki-laki itu di lorong dan saat ini mereka berjalan beriringan tepatnya Handi berjalan di belakang laki-laki itu, yang Handi yakini mantan suami Wina.

Dia terus berjalan saat Handi menghentikan langkah karena area parkir motor memang letaknya di depan, dekat loket pembayaran tiket parkir, sedang laki-laki itu terus berjalan menuju sebuah mobil. Bukan mobil keluaran terbaru tapi juga bukan mobil tua. Handi menunduk dalam.

"Yuk?!" Wina tampak sumringah melihat Handi sudah datang untuk menjemputnya.

"Bentar, keluarin helm dulu." Handi turun sembari menekan tombol seat. Ia lantas mengeluarkan helm dari bagasi motor. "Pakai jaket."

"Nggak bawa." Jawab Wina sembari memakai helm yang diberikan Handi. Mendengar itu Handi segera membuka resleting jaket yang ia kenakan. "Ehh udah pakai aja."

"Angin."

"Kan ngumpet, kamu aja yang pakai." Wina kembali menutup resleting jaket Handi. "Yuk?!"

"Ayo."

"Kenapa?" Tanya Wina saat merasa Handi agak lesu sore ini.

"Nggak apa-apa."

"Kepaksa ya jemput aku?"

"Nggak." Jawab Handi singkat. Wina tiba-tiba diam. "Hey...." Handi yang melihat perubahan Wina melalui spion segera mengelus lutut kiri Wina. "Bukan kepaksa tapi kayaknya jajan dulu enak kali ya?"

"Nggak makan bukan tadi?"

"Makan. Pengen ngopi, leuneung (puyeng)."

"Ayo. Aku juga pengen."

"Mau di mana?"

"Terserah yang bawa."

"Ke coffee shop deket balai kota aja ya. Mau?"

"Boleh."

Handi memang sedang tidak baik-baik saja. Ia sayang pada perempuan yang kini duduk di hadapannya itu. Perempuan yang hampir tiap malam, jika tidak sedang dinas malam, ia datangi untuk memadu kasih. Memenuhi kebutuhan biologis.

Handi menggeser posisi duduknya, merapat ke pagar pembatas lalu mengeluarkan bungkus rokok. Wina mengernyitkan kening.

"Kamu suka ngerokok?" Tanya Wina.

"Sesekali kalau lagi suntuk."

"Kenapa? Ada masalah?"

"Nggak."

"A...."

"Neng, kalau misal tiba-tiba mantan suami kamu datang dan minta rujuk. Kamu mau?" Tanya Handi. Dahi Wina berkerut dan tiba-tiba lidahnya kelu.

Suamiku BerondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang