SB 9

7.1K 221 6
                                    

"Neng..." Sapa Handi saat sambungan teleponnya terhubung.

"Iya, A."

"Aku agak telat jemput ya, nggak apa-apa?"

"Kenapa? Ada yang darurat?"

"Mau ke rumah pasien dulu."

"Ngapain?"

"Home care."

"Ohh..."

"Nggak apa-apa kan? Atau mau pulang duluan?" Handi memberi pilihan.

"Lama nggak?"

"Nggak, tapi kalau kamu capek, mending pulang duluan pake taksi online. Istirahat di rumah."

"Iya deh, aku pulang duluan ya." Putus Wina.

"Iya, hati-hati. Kabarin kalau udah sampai rumah."

"Siap." Tutup Wina.

Wina yang sedang tidak enak hati itu memang ingin segera pulang ke rumah. Mandi air hangat, pakai baju longgar, rebahan sembari mendengarkan musik di kamarnya.

"Win..."

"Pak?! Mau ke mana?" Tanya Wina saat melihat Feri yang agak kurang enak badan beberapa hari ini keluar kamar.

"Mau liat tv, bosen Bapak di kamar terus."

"Gimana, Pak? Masih suka demam?"

"Udah nggak."

"Nanti A Handi cek ya, Pak."

"Iya, lagian tanpa disuruh juga dia mah main periksa aja. Tenang suami kamu itu lebih siaga dari yang kamu pikirkan. Ehh dia mana?"

"Ada pekerjaan dulu katanya."

"Ohh...." Feri mengangguk-angguk lalu beranjak ke ruang keluarga. Duduk seorang diri di depan televisi sedang Wina, ia pamit ke kamarnya.

Sampai makan malam tiba pun ternyata Handi belum juga pulang. Wina baru saja hendak mengirimi Handi pesan saat orang yang ditunggu muncul di balik pintu.

"Assalamu'alaikum."

"Waa'alaikumsalam. Dari mana aja?"

"Maaf lama, pasiennya agak rewel."

"Cewek cowok?"

"Bapak-bapak udah sepuh (tua). Di atas bapak usianya."

"Dikirain cewek."

"Apa sih, cemburu ya?"

"Iya, emang nggak boleh?!" Ujar Wina.

"Boleh... Ehhhh mau ngapain? Bentar, aku mandi dulu. Kotor." Ujar Handi menghindar saat Wina merentangkan tangan hendak memeluk.

"Ihhh...." Wina pura-pura protes. Handi tersenyum geli. Ia pun bergegas masuk kamar mandi. "Udah makan, A?" Tanya Wina saat Handi baru saja masuk kamar mandi.

"Udah, tadi disuguhi di sana. Mau nolak nggak enak. Keluarganya baik banget." Jawab Handi sembari mengguyur badannya dengan air.

"Kalau mandi tutup coba pintunya." Seloroh Wina yang kini duduk bersila diatas tempat tidur dan memeluk guling.

"Ya abis kamu ngajak ngobrol, daripada nggak kedengeran terus nggak nyambung mending aku bukain."

"Bisa aja ngelesnya." Cebik Wina. Terdengar Handi tergelak diantara guyuran air shower. Wina geleng-geleng kepala lalu ia pun merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.

"Bapak gimana?" Tanya Handi yang baru saja keluar dari kamar mandi itu.

"Alhamdulillah agak segeran."

Suamiku BerondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang