SB 14

5.2K 137 9
                                    

"Di dalam, Neng."

"Nggak usah, Kang. Di sini aja." Tolak Wina. Ya, sepeninggal ibu pemilik kontrakan Wina kembali asyik sendiri. Bermain game di ponselnya. Firman beberapa kali menawari Wina minum atau istirahat di dalam tapi selalu ditolak Wina. Ke mana sih pak Jajang, lama amat. Batin Wina mulai kesal. Ia menutup aplikasi gamenya lalu ke layar utama. Signal hanya ada satu atau dua. Dia paksakan menelepon.

Putus-putus dan menurut Jajang tempat tambal ban terdekat tutup. Ia pun ditunjukkan oleh warga setempat ke tempat tambal ban lain yang jaraknya cukup jauh dari kontrakan Firman. Wina mendesah kasar. Tidak lama kemudian telepon dari Handi masuk.

"Terus sekarang gimana?" Tanya Handi khawatir saat Wina menceritakan kondisi dirinya saat ini.

"Aku lagi nunggu Pak Jajang di rumah warga." Bohong Wina. Tidak mungkin ia berkata jujur. Wina takut Handi salah paham.

Mendengar Wina sedang berbicara, Firman mendekat. Ia mengepal saat Wina yang ada di hadapannya kini istri orang lain.

Selepas menelepon, Wina mendadak ingin buang air kecil. Ia hendak beranjak saat Firman mencegahnya.

"Mau ke mana?" Tanya Firman.

"Mau numpang ke toilet."

"Mau ke toilet kok ke sana?" Firman mengernyitkan kening melihat Wina hendak beranjak meninggalkan teras kontrakannya.

"Mau numpang ke ibu kontrakan."

"Hah?! Kenapa nggak di sini aja? di dalam."

"Nggak."

"Neng?!"

"Nggak enak, Kang." Firman menelan saliva. Wina masih sama, dia selalu enggan berduaan dengan yang bukan muhrim di tempat tertutup. Kenapa aku dulu dengan mudahnya menuduh Wina macam-macam ya? Batinnya.

"Udah sana masuk. Biar aku nunggu di luar kalau memang kamu nggak nyaman."

"Iya."

Wina bergegas masuk. Firman duduk di bangku teras. Ia pandangi ponsel Wina yang tergeletak di atas meja. Iseng dia membuka layar ponsel. Foto Wina dan Handi. Firman menatap kosong foto tersebut. Saat hendak menyimpan kembali ponsel Wina, satu notifikasi muncul.

Handi
Iya sayang.

Firman mengatupkan rahang. Entah apa yang mereka bicarakan sebelumnya tapi membaca pesan singkat Handi membuat perasaan tidak rela Firman meronta-ronta. Sayang pala lu peang. Gerutu Firman.

Firman beranjak. Ia masuk ke dalam dan mengunci pintu. Tidak lupa membawa serta tas kerja dan ponsel Wina. Wina yang baru saja ke luar dari kamar mandi mengernyitkan kening.

"Kang."

"Udah istirahat di dalam. Udah gelap. Mau makan apa?"

"Nggak lapar."

"Ehh mau ke mana?" Cegah Firman saat Wina membuka pintu.

"Ke luar lagi, Kang."

"Dingin."

"Iya tapi enak, adem." Wina bergegas keluar dan duduk sembari memeluk tas kerjanya. Pak Jajang ayo atuh.... Gumam Wina.

Firman geleng-geleng kepala. Wina manja juga keras kepala. Itu memang sifat asli Wina. Firman lalu pamit.

"Nggak usah, Kang." Tolak Wina saat tahu Firman hendak pergi mencari makanan untuk makan malam.

"Nggak usah gimana, udah mau jam makan malam. Tunggu ya?!"

Firman pergi dan kembali tidak lama kemudian dengan membawa tiga bungkus nasi bungkus.

"Cuma ada ini." Ujarnya. "Ayo makan. Dan yang ini nanti buat Pak Jajang." Firman memisahkan satu bungkus nasi. Wina mengangguk dan segera menyantap nasi yang dibelikan Firman karena memang dirinya lapar juga mulai mengantuk.

Selepas makan, Firman kembali mengajak Wina masuk. Lagi-lagi Wina menolak. Firman menyerah, dibiarkan Wina seorang diri.

"Ini Pak Jajang ke mana sih?" Gerutu Wina.

"Kang.....?!!!" Wina membelalakkan mata saat Firman menggendongnya tiba-tiba.

"Sssttt.... Jangan berisik, udah malam banget. Ayo istirahat di dalam."

***

🔥🔥🔥
Speechless

Biarkan AddPart yang bercerita

Happy Reading ❤️


Note :
Untuk yang udah dukung tadi pagi tapi file bermasalah, bisa dicek ulang, udah aku perbaharui.

Masih ada kendala bisa chat aku ya 😉 thank you 😘

Masih ada kendala bisa chat aku ya 😉 thank you 😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suamiku BerondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang