SB 11

6.1K 220 10
                                    

Wina mendadak murung. Ia banyak mengurung diri di kamar. Hidupnya kini sebatang kara. Ditatapnya foto pernikahan dirinya dengan Handi. Ketakutan itu semakin nyata. Ketakutan akan perpisahan.

Dulu dia bersedia nikahin aku karena Bapak yang minta, sekarang Bapak udah nggak ada. Apa dia bakal ninggalin aku juga? Kalau dia pergi, aku sama siapa? Batin Wina.

"Bik, Neng Wina mana?" Tanya Handi sesampainya di rumah lepas kerja shift pagi hari ini.

"Di kamar, A."

"Udah makan?"

"Belum."

"Tapi tadi sarapan?" Tanya Handi yang tadi pagi kebetulan berangkat sebelum Sumi selesai menyiapkan sarapan.

"Biskuit sama susu aja." Jawab Sumi pelan. Handi menggeleng.

"Ya udah kalau gitu saya ke atas dulu, makasih ya, Bi."

"Sama-sama, A."

Handi bergegas menaiki anak tangan, setelah mengetuk pintu ia langsung membuka dan masuk ke dalam kamar yang dibiarkan tidak dikunci oleh Wina.

"Hey... Belum makan siang? Udah jam berapa ini?" Seloroh Handi. Wina menatap Handi lekat. "Jangan makan nasi atuh kalau lagi nggak selera. Mau dibikinin lontong kari atau kentang goreng nggak?" Wina bergeming. "Neng..." Handi duduk di pinggiran tempat tidur. "Hmmm aku beli bubur sumsum nih, Mau nggak? Tadi aku liat ada yang jual di depan rumah sakit, laris banget lho jualannya. Pasti enak. Cobain yuk." Handi segera membuka kantong plastik dan mengeluarkan sebuah cup berisi bubur sumsum tersebut. "Aku suapin ya?!" Handi lalu menyuapkan sesendok bubur sumsum untuk Wina. Wina patuh, terlebih ia juga memang mulai lapar sekarang.

"A, rencana Aa apa ke depannya?" Tanya Wina tiba-tiba disela-sela mereka menikmati bubur sumsum tersebut.

"Rencana apa?"

"Iya rencana Aa."

"Nggak ada rencana apa-apa. Belum kepikiran." Polos Handi. "Enak kan?" Handi malah mengalihkan topik sesaat setelah berhasil menyuapi Wina sesendok bubur sumsum lagi. Wina tersenyum tipis.

***

"Ness, cowok yang di pemakaman Pak Feri, itu siapa?" Tanya Firman pada Nessa saat berhasil mengajak sahabat mantan istrinya itu bertemu di kedai kopi sore ini.

"Cowok?"

"Iya, yang dipeluk Wina." Terang Firman.

"Ohh Handi."

"Dia siapanya Wina?"

"Suaminya."

"Hah?!" Firman hampir saja memuncratkan kopi yang baru ia teguk.

"Kenapa, mas bro?"

"Dia suaminya Wina? Kapan mereka nikah?"

"Beberapa bulan yang lalu."

"Kok bisa?!"

"Bisa-bisa aja kalau jodoh." Jawab Nessa santai.

"Tapi...."

"Tapi apa?"

"Dia lebih muda daripada Wina kan?"

"Iya, emang kenapa?"

"Perawat rumah sakit?"

"Iya."

Halah ujung-ujungnya juga soal harta. Tuding Firman.

***

Wina menelan saliva. Baru saja kemarin dia merasa takut. Dan kini ketakutan itu tampak kuat ia rasakan. Di mana sudah beberapa hari ini Handi agak berubah.

Suamiku BerondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang