SB 8

8K 200 2
                                    

"Win... Makan yuk?!" Ajak Nessa. Wina yang tengah fokus menatap layar laptop seketika melirik ke ambang pintu ruang kerjanya.

"Duluan. Gue lagi nanggung nih." Ujar Wina.

"Ok." Nessa mengacungkan jempol. Bertepatan dengan Yudi menghampiri.

"Permisi."

"Ya?!" Sahut Nessa dan Wina bersamaan.

"Ini ada paket untuk Ibu Wina." Yudi melewati Nessa agar bisa masuk menghampiri bosnya itu. Lalu menyimpan paket yang ia terima tadi di atas meja kerja Wina.

"Paket apa, Pak?"

"Dari ojek online, go-eat."

"Go-eat?" Wina mengernyitkan kening. Merasa tidak pesan apa-apa. Wina melirik Nessa, Nessa segera angkat bahu. Tidak tahu apa-apa.

"Ohh yaudah, makasih ya, Pak." Ucap Wina. Security itu pun mengangguk lalu pamit pergi.

Wina masih mengernyitkan kening sembari membuka kantong tersebut. Ia mengeluarkan kotak nasi dan ia pun menemukan secarik kertas. Wina  membaca dengan seksama sampai akhirnya bibir manis itu melengkung cantik.

"Siapa?" Tanya Nessa penasaran sembari berjalan mendekat.

"Handi kirim makanan."

"So sweet juga tuh anak."

"Dia emang sweet." Puji Wina.

"Hmmmm..... Ya udah, gue cari makan dulu kalau gitu." Nessa kembali pamit, Wina mengangguk sembari melambaikan tangan.

Wina senyum-senyum melihat kiriman Handi. Simple tapi mampu membuatnya tersanjung. Wina segera meraih ponselnya lalu mulai mengetikkan pesan ke sebuah nomor.

Wina
Makasih Sayang buat makan siangnya. Tapi yang ngirim, jangan lupa nanti makan ya.

Handi
Siap. Abisin ya.

Senyum Wina tampak nyata. Hidup bersama Handi, ia merasa lebih muda daripada usianya kini. Handi simple juga supel. Ia jarang membuat ribet sesuatu. Itu yang membuat Wina suka. Entah karena dia seorang tenaga kesehatan ya, kewarasan jadi yang utama, pikir Wina.

***

Firman tengah menikmati nasi timbel komplit di sebuah rumah makan khas Sunda saat melihat Nessa. Hatinya tiba-tiba berdebar kencang.

"Itu temennya mantan bini lu kan?" Tanya Budi. Budi salah satu teman dekat Firman, dan siang ini mereka sepakat bertemu untuk makan siang bersama.

"Iya." Angguk Firman sembari tatapnya mengekor langkah Nessa. Karena suasana rumah makan yang ramai, Nessa tidak begitu menyadari ada dua pasang mata yang memperhatikannya.

Tatap Firman masih mengintai tapi sosok yang ia ingin temui tidak juga terlihat. Firman menyeruput teh tawar hangatnya.

"Kenapa?" Sikut Budi.

"Nggak."

"Nyesel?" Tebak Budi. Sebagai teman dekat, ia paham betul Firman.

"Ya. Gue nyesel." Jujur Firman.

"Lu sih terburu-buru bikin keputusan."

"Iya."

"Deketin lagi aja. Rujuk." Saran Budi.

"Hehehe." Firman nyengir.

"Bukan talak tiga kan?"

"Talak satu."

"Ya berarti tinggal datang, minta maaf, perbaiki dan mulai dari nol lagi."

"Ya." Angguk Firman.

Firman menghela nafas, menunduk sebentar lalu memutuskan beranjak meninggalkan rumah makan tersebut mengikuti Budi yang lebih dulu beranjak. Karena kantor Budi memang lebih jauh daripada Firman.

Wina, perempuan yang berhasil mencuri hatinya sejak pertama kali mereka bertemu. Bahkan saat mereka berjabat tangan untuk pertama kalinya, Firman merasa akan memiliki Wina seutuhnya.

Satu tahun dekat akhirnya Firman memutuskan untuk melamar gadis itu. Gadis cerdas dan cekatan. Memiliki paras manis membuat Firman betah berlama-lama menatap wajah Wina.

Pesta pernikahan mereka digelar megah dan meriah. Firman anak terakhir, sedang Wina anak satu-satunya membuat keluarga masing-masing pihak ingin membuat pernikahan ini istimewa. Ngeprukkeun, begitu kata orang Sunda bilang.

Firman dan Wina hidup bahagia, terlebih mereka membangun hubungan dengan saling mencintai. Namun percikan konflik mulai terasa saat Wina mulai sibuk dengan bisnisnya. Bisnis Feri yang akhirnya dikelola Wina melejit bak roket. Firman rendah diri, terlebih dia mulai melihat perubahan Wina. Wina kini lebih merawat diri.

Sehingga paras Wina yang manis berubah menjadi cantik juga. Firman mendengus. Ia berpikiran Wina merawat diri bukan untuknya, tapi untuk orang lain. Karena pada kenyataannya Wina lebih banyak di luar rumah.

Dan satu pesan masuk dengan nada akrab membuat Firman kalap. Kata talak keluar dari mulutnya begitu saja. Ia tidak ingin harga dirinya terinjak-injak. Ia tidak ingin kalah. Meski kariernya tidak secemerlang Wina, tidak bebas finansial seperti Wina, tapi ia ingin buktikan, kuasa dalam hubungan mereka tetap ada di tangannya.

Ia masih ingat betul ekspresi wajah Wina. Perempuan itu terpaku, bibirnya tiba-tiba membisu, tatapnya sendu lekat pada sosok suaminya. Lalu setetes air mata jatuh begitu saja. Menarik nafas lalu menunduk dalam. Mereka pun akhirnya berpisah.

Firman menarik nafas panjang. Ia mencengkram setirnya kuat. Beberapa malam ini ia selalu memimpikan mantan istrinya itu. Ia rindu.

Sempat Firman mencoba berpaling tapi tidak ada satu pun yang bisa seperti Wina. Wina menurutnya paket lengkap. Cerdas, baik, cekatan, manja, juga cantik. Firman mengumpat dirinya sendiri.

Firman melirik ke bangku penumpang di sampingnya. Terlihat bayang Wina yang bersandar, bercerita lalu tergelak. Begitulah Wina, ia selalu punya banyak alasan untuk membuat sekitarnya tersenyum, terkekeh, tergelak bahkan terbahak.

Biasanya jika Wina sedang tidak ada survey ke proyek, Wina akan menyempatkan diri menemani dirinya makan siang. Wina sederhana, meski bisa saja ia keluar masuk restoran mahal, ia lebih nyaman makan di restoran biasa. Dan restoran ini, restoran langganannya. Gurame bakar dan karedok menjadi menu favoritnya.

Firman tiba-tiba tersenyum simpul saat mengingat betapa lahapnya Wina jika makan dengan menu tersebut. Ingat tadi ia melihat Nessa datang sendiri, ia memutuskan kembali masuk. Firman hendak menanyakan Wina pada Nessa, tapi Nessa sudah tidak terlihat. Tekad Firman sudah bulat, ia terus berjalan kembali masuk restoran.

"Teh, pesan gurame bakar dan karedok dibungkus dengan satu porsi nasi ya."

"Baik, Pak. Minumnya?"

"Es Jeruk."

"Baik, Pak. Mohon ditunggu."

"Iya." Senyum Firman mengembang.

***

Si mantan datang 🙃

Yang kepo sama cerita Wina dan mantannya di kehidupan lalu, boleh intip AddPart 8 di KaryaKarsa ya.

Happy Reading ❤️

Happy Reading ❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suamiku BerondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang