SB 15

5.2K 135 7
                                    

"Neng...." Sapa Sumi menyambut kedatangan Wina siang ini.

"A Handi udah berangkat, Bik?!" Tanya Wina to the point. Yang ia ingat, Handi kerja shift pagi, hari ini.

"Udah, Neng."

"Ohh kalau gitu saya ke kamar dulu." Pamit Wina.

Di dalam kamar, Wina menangis sejadi-jadinya. Ia mencabik-cabik bantal yang sempat ia peluk. Ia bingung harus bagaimana sekarang.

Wina terus mengurung diri di kamar hari ini, selera makannya pun lenyap. Baru ketika mendekati waktu kepulangan Handi, Wina memutuskan keluar kamar bahkan meninggalkan rumah.

"Neng Wina belum pulang juga, Bik?" Tanya Handi yang tidak mendapati mobil Wina di garasi.

"Udah tapi tadi ke luar lagi. Ke kantor mungkin." Jawab Sumi. Handi mengangguk lega.

Handi menunggu, tapi yang ditunggu tidak menampakkan diri bahkan ketika jam makan malam hampir tiba. Wina pun mendadak sulit dihubungi. Nomornya tidak aktif.

Handi akhirnya makan malam sendiri. Ia lalu memutuskan menunggu Wina di kamar. Lama menunggu akhirnya Handi mulai mengantuk dan tertidur. Ia baru terbangun saat seseorang membuka pintu kamar.

"Neng?!" Sapa Handi sembari menggeliat.

"Maaf, aku ganggu tidur kamu ya?"

"Nggak." Geleng Handi. "Dari mana?"

"Ada kerjaan."

"Ohh. Ya udah, ayo istirahat udah malam banget."

"Iya."

"Udah makan?"

"Udah."

Wina bergegas masuk kamar mandi. Ia belum siap berhadapan lama-lama dengan Handi. Selesai berganti pakaian, Wina keluar kamar mandi dengan perasaan tidak menentu. Terlihat Handi sudah kembali terlelap. Wina menarik nafas panjang. Perlahan ia beranjak naik ke atas tempat tidur. Ia mulai berbaring menyamping, membelakangi Handi.

"A...?!" Wina membulatkan mata saat Handi memeluknya dari belakang. Jantungnya berdebar. Takut Handi tahu dan menyadari sesuatu. Ia belum siap.

"Hmmm...." Handi mengecup tengkuk Wina.

"Aku capek." Lirih Wina.

"Ya udah, met bobo cantik." Bisik Handi manis sembari kembali mengecup tengkuk Wina dan terus memeluk.

Mendengar ucapan Handi, mata Wina berkabut. Setetes air mata lolos membasahi pipinya.

Pelukan Handi lembut juga hangat, Wina diam-diam memandangi lengan yang melingkar memeluk tubuhnya itu. Ia pun semakin berlinang air mata.

***

Mentari pagi mulai menunjukkan diri, disambut kicauan burung yang tampak riang. Wina sudah semenjak tadi siap pergi ke kantor. Itu ia lakukan agar dapat meminimalisir waktu bersama dengan Handi.

"Tumben pagi-pagi?" Seloroh Handi yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Ada meeting." Jawab Wina tanpa berani melirik Handi. Wina fokus bercermin, merapikan penampilannya hari ini.

"Ohh." Handi mengangguk sembari mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk. Handi lalu berjalan mendekat, jantung Wina langsung berdebar. "Ini." Handi menyerahkan sebuah amplop. Wina menerima dengan ragu. Amplop berisi uang, uang untuk dirinya. Handi memang selalu membedakan uang nafkah dan uang belanja. Uang belanja ia setor langsung ke Sumi, untuk keperluan sehari-hari. Sedang uang nafkah, ia berikan pada Wina. Terserah Wina akan apakan uang itu. Wina tersenyum tipis.

"Makasih tapi..."

"Udah pegang aja, lagian nggak banyak." Ujar Handi sembari tersenyum. "Oya nanti sebelum ke rumah sakit, aku mau ke rumah pasien dulu ya." Izin Handi. Wina mengangguk. "Ya udah ayo sarapan." Ajaknya kemudian.

Selama sarapan Handi terus memperhatikan Wina. Istrinya itu jelas sekali sedang tidak selera makan.

"Neng, kamu sakit?" Tanya Handi sembari menatap lekat Wina.

"Nggak, kenapa gitu?" Tanya Wina gugup tiba-tiba mendapat pertanyaan seperti itu dari Handi.

"Makannya yang banyak. Atau minum susu ya? Lemes banget keliatannya." Ujar Handi sembari beranjak dan kembali dengan segelas susu coklat kesukaan Wina. "Nanti diminum susunya?!" Titah Handi sembari kembali duduk.

"Makasih."

"Iya, sama-sama." Jawab Handi yang lalu melanjutkan lagi sarapannya. Bertepatan dengan pesan masuk di ponsel Wina.

Firman
Miss you.

Wina menelan saliva, segera ia hapus pesan tersebut dan mematikan ponselnya. Wina lalu berusaha bersikap biasa, seolah tidak ada apa-apa di depan Handi.

***

"Hai Ibu...." Sambut Nessa saat melihat Wina berjalan menuju arahnya.

"Ness..."

"Kenapa Win? Sakit?"

"Lagi nggak enak badan aja." Wina beralasan.

"Bukannya istirahat atuh kalau lagi nggak fit mah. Kecapekan gara-gara kemarin kali ya?!" Mendadak Wina salah tingkah mendengar kata kecapekan dan kemarin. "Ehh iya lu mau tahu sesuatu nggak?"

"Tau apa?"

"Alasan dulu Firman ninggalin lu." Mendengar nama Firman mendadak bulu kuduknya berdiri saat itu juga.

"Nggak, udah basi."

"Yakin?!"

"Emang apa?" Wina balik bertanya pada akhirnya.

"Katanya basi." Goda Nessa.

"Emang basi."

"Basi tapi penasaran?!" Nessa terkekeh. "Ya udah sini gue kasih tahu." Ujar Nessa sembari mengikuti langkah Wina ke ruangannya. "Mantan laki lu itu cemburu sama Ko Iwan."

"Hah?!" Wina langsung membalikkan badan.

"Iya Ko Iwan. Jadi dia tuh ngerasa insecure gitu sama Ko Iwan. Dia tuh tau lu deket terus nyimpulin sendiri kedekatan lu sama Ko Iwan lebih dari hubungan bisnis. Jadi dia mutusin ambil keputusan lebih dulu daripada lu yang ambil keputusan. Soalnya menurut dia, semenjak lu terjun ke bisnis ini gantiin almarhum Pak Feri, lu dominan memimpin di hal apapun. Konyol sih ya kalau kata gue."

"Lu tahu dari mana?"

"Budi."

"Budi?!"

"Hehe iya, gue lagi deket sama Budi." Nessa nyengir.

Jadi... Batin Wina.

"Dan dia keki banget pas tahu lepas dari dia, lu malah sama Handi. Jadi dia nggak masalah kalau lepas lu buat Ko Iwan, kasarnya gitu. Soalnya dia berpikir lu pasti lebih bahagia kalau sama Ko Iwan daripada sama dia. Tapi kalau sama Handi, berasa nggak ikhlas dia. Nggak pantas katanya lu sama laki lu sekarang. Soalnya dia itu intinya lepas lu buat Ko Iwan, kalau selain Ko Iwan, nanti dulu."

Wina mematung. Jadi karena ini makanya kamu nekat berbuat itu kemarin. Batin Wina.

"Sebentar, Win." Izin Nessa sesaat sebelum mengangkat telepon. Wina mengangguk. "Iya, Halo." Sapa Nessa saat panggilan teleponnya terhubung. Wina hendak beranjak saat Nessa menyodorkan ponselnya. "Firman." Bisik Nessa. Bola mata Wina membulat.

Suamiku BerondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang