chapter 23 [END]

5.7K 444 13
                                    


mereka terdiam sejenak sebelum akhirnya jeno memutuskan kontak mata mereka, "maaf, ayo kita lanjut berkeliling." jeno melangkahkan kakinya canggung.

renjun yang masih berdiam diri menatap punggung jeno dari belakang, "a-aku pun merindukanmu.."

jeno menghentikan langkahnya saat mendengar suara lirih renjun.

"kau selalu menganggu pikiranku pangeran jeno, bahkan tugasku yang padat itu tidak bisa menghilangkan kau dari pikiranku hanya ada kau, kau dan kau. senyumanmu, suaramu, aura dinginmu, bagaimana kau memperlakukanku, semuanya terekam seperti kaset rusak dipikiranku." renjun menghela nafas, "setiap hari aku kesal pada pangeran mark kenapa dia lama sekali tidak mengirimkan undangan pernikahannya karena aku pikir dengan menghadiri pernikahannya aku bisa menemuimu dan menghilangkan perasaan aneh ini, tapi tuhan sangat baik kita dipertemukan dengan cepat hari ini, dan anehnya saat aku melihatmu itu semakin membuatku--" belum sempat renjun melanjutkan kalimatnya, pangeran jeno merengkuh tubuhnya.

renjun sedikit terisak, dia memukul kecil dada jeno. "kau harus bertanggung jawab, karena kau aku jadi kebingungan dengan perasaan ini perasaan yang belum pernah ada sebelumnya!"

jeno mencium rambut renjun sangat wangi dan candu, wangi yang membuatnya rindu dan selalu ingin menghirupnya.

jeno melepaskan pelukannya, "apa aku perlu memberitahu ibunda untuk segera menikahimu?" jeno menatap polos kearah renjun, membuat pangeran yang lebih kecil itu terkekeh.

jeno menggenggam tangan renjun, "ayo kita lanjut berkeliling." renjun mengangguk.

mereka mengelilingi carlos diiringi candaan dan senyuman, sudah tidak ada lagi pangeran jeno yang bermuka datar sekarang hanya ada jeno yang penuh cinta dan senyuman. semua berubah dalam sekejap dia seperti tersihir oleh pangeran capella yang pernah berpura-pura menjadi pengawalnya itu.

hingga sampailah mereka di sebuah taman, keduanya mendudukan diri ditengah-tengah taman diatas rumput hijau. renjun menatap langit dengan kagum, hari ini bintang sangat banyak hingga membuat bulan tidak sendirian.

"aku seperti bulan yang kesepian dan kau seperti bintang yang datang dan menghilangkan rasa sepi itu." jeno melirik renjun sekejap dan kembali memperhatikan langit.

renjun terkekeh, "darimana kau belajar kata-kata menggelikan seperti itu?"

"pangeran jaemin."

"pantas saja." renjun tertawa lepas, tanpa disadari jeno memperhatikannya dengan tatapan memuja.

saat renjun menyadarinya, ia memalingkan wajahnya menutupi pipinya yang sudah memerah namun itu tidak ada gunanya sama sekali, "kau sangat lucu dengan pipi merahmu."

renjun memukul kecil lengan pangeran jeno, "aku akan meminta pangeran jaemin untuk berhenti mengajarimu karena itu bisa membuatku mati muda."

jeno memajukan wajahnya pada wajah renjun kini posisi keduanya sudah berhadapan, renjun ingin sekali mundur dan berlari pergi namun ia seperti tidak bisa mengendalikan tubuhnya, matanya terlalu terpaku pada mata milik jeno yang juga sedang menatapnya.

renjun memejamkan matanya saat benda kenyal menempel pada bibirnya, jeno memegang tengkuk renjun untuk mempermudah ciuman itu. ia memperdalam ciuman itu, lidahnya sudah menjelajahi mulut bagian dalam renjun hingga mengabsen setiap giginya.

renjun menepuk pelan dada jeno pertanda ia butuh oksigen untuk dihirup, jeno yang mengerti langsung melepaskan aktivitas yang mungkin akan membuatnya candu.

renjun dengan sedikit rakus menghirup oksigen. jeno membersihkan bibir basah renjun dengan tangannya, ia bisa merasakan detak jantung renjun yang semakin cepat, "aku mencintaimu entah itu karena kau juno atau kau pangeran renjun dari capella aku tidak tau, tapi aku mencintaimu karena itu adalah dirimu."

I'm prince [NOREN] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang