renjun menghampiri jeno yang sedang melamun didepan kediamannya, "apa yang kau lakukan disini pangeran?"jeno menoleh saat mendengar suara lalu kembali meluruskan pandangannya, "aku hanya sedang mencari udara."
renjun berdiri disamping jeno lalu meluruskan pandangannya seperti yang dilakukan jeno, "apa kau tidak beristirahat? ini sudah larut malam." jeno tidak menjawabnya.
"apa tidurmu tidak nyaman lagi?"
"setiap malam aku selalu mimpi buruk hingga tidurku tidak nyaman, aku juga berharap kejadian ini adalah bagian dari mimpi burukku jika benar itu akan sangat melegakan."
"ini memang berat bagi seorang anak ditinggal ibunya apalagi kau sangat dekat dengan yang mulia selir, aku juga merasakannya saat kedua orangtuaku meninggal didepan mataku." renjun terlarut dalam obrolan itu, "waktu itu usiaku baru menginjak 2 tahun, aku tidak begitu mengingat rupa kedua orang tuaku. orang-orang mengatakan kalau ibuku itu sangat cantik dan lembut sedangkan ayahku sangat tampan dan penuh kasih sayang, bukankah tuhan sangat tidak adil mengambil kedua orang tua dari anak yang bahkan baru bisa berbicara beberapa kata saja."
jeno mengalihkan pandangannya kearah renjun, "bagaimana kau bisa sekuat itu?"
"karena aku memiliki orang-orang disekitarku yang sangat menyayangiku, kau pun begitu pangeran. kau masih memiliki raja dan ratu archernar dan kau juga mempunyai saudaramu yang peduli padamu, ada banyak rakyat diluar sana yang membutuhkan bantuanmu pangeran jika kau lemah siapa yang akan membantu mereka?" renjun kembali menatap kearah jeno hingga mata mereka bertemu, "kau boleh merasa sedih atau kehilangan tapi jangan terhanyut dalam kesedihanmu."
renjun membungkuk memberi hormat, "aku harus melanjutkan patroli ku malam ini, hari ini jadwalku berpatroli." renjun hendak melangkahkan kakinya tetapi tangan jeno menahan tangannya hingga membuat langkahnya terhenti lalu menatap jeno seakan bertanya.
"apa kau bisa menemaniku sebentar saja?"
renjun tampak terdiam sejenak, "yang berpatroli bukan kau saja kan? jadi itu tidak masalah." ucap jeno seakan tau isi pikiran renjun, renjun akhirnya mengangguk.
mereka duduk didepan kediaman sang pangeran, mereka hanya diam tanpa berniat mengucapkan sepatah katapun. situasi yang membuat renjun mengantuk dia sudah menguap beberapa kali, jeno membawa kepala renjun untuk bersandar dipundaknya. "tidurlah."
renjun menatap jeno sejenak namun akhirnya ia memilih untuk mencoba tertidur.
yangyang hendak memasuki kamarnya berniat mengistirahatkan diri karena ia baru saja selesai latihan .
"prajurit yangyang!"
yangyang menoleh ke sumber suara, "pengawal eric? ada apa?" tanyanya saat melihat wajah eric yang
kelelahan seperti habis lari memutari istana."apa kau melihat pangeran jaemin? aku sudah mencarinya didalam sisi istana tetapi tidak menemukannya."
"pangeran jaemin? aku tidak melihatnya, memangnya apa yang terjadi?"
"saat dia pergi dari area eksekusi dia belum kembali sampai sekarang."
"aku akan coba mencarinya diluar istana."
"jika sudah ketemu beri tau aku, aku akan mencarinya sekali lagi dalam istana." yangyang mengangguk menyetujuinya.
ia kembali melangkahkan kakinya keluar istana dengan bantuan lentera yang ia bawa.
"kemana dia?" yangyang menelusuri danau yang letaknya tidak jauh dari istana, sebelumnya ia sudah mencari sang pangeran diberbagai tempat namun tidak juga ketemu.
dengan bantuan lenteranya, yangyang seperti melihat seseorang sedang berdiri ditepi danau itu.
"PANGERAN JAEMIN!" dengan panik yangyang menarik tubuh jaemin hingga terjungkal kebelakang, satu langkah lagi jaemin melangkah mungkin ia sudah tenggelam.
mereka terdiam sejenak manik mata mereka bertemu, kini posisi jaemin berada diatas yangyang hingga angin melewati mereka dan menyadarkan keduanya.
jaemin langsung bangkit dan membersihkan pakaiannya guna untuk menghilangkan gugupnya.
"apa kau sudah gila? kau ingin bunuh diri pangeran?" yangyang berusaha bangkit dan langsung mengomeli sang pangeran.
"apa yang kau katakan?" jaemin mendudukan dirinya diatas rumput.
"aku melihatmu ingin melompat kedalam danau itu, kau tidak usah mengelak!" yangyang masih berdiri hingga dia harus menunduk saat berbicara pada jaemin, dan jaemin ia sudah duduk santai menikmati angin yang melewatinya.
"buat apa aku melakukan itu?"
"jadi apa yang kau lakukan disini malam-malam begini?"
jaemin menepuk rumput disampingnya, "duduklah." yangyang menurutinya, ia juga capek berdiri terus.
"aku disini hanya untuk melihat aliran air danau, itu sangat menenangkan."
"kau tidak membawa alat menerang apapun, bagaimana jika kau terpeleset dan jatuh ke danau yang mungkin saja sangat dalam."
jaemin terkekeh kecil, sebelumnya ia tidak pernah berbicara sesantai ini dengan yangyang. "apa kau belum mandi?"
yangyang terkejut, bagaimana jaemin tau kalau dia belum mandi? "aku baru saja selesai latihan, pangeran eric menemuiku dan menanyakan keberadaanmu yang sudah menghilang dari tadi lalu aku berniat membantunya mencarimu." yangyang menyiumi tubuhnya, "apa aku sebau itu?"
"aku tidak tau bau tubuhmu secandu ini."
"hah?" yangyang tidak mengerti apa yang dikatakan jaemin barusan.
"tidak, lupakan saja."
yangyang menghela nafas, "kembalilah ke istana, pengawal eric mengkhawatirkanmu dari tadi."
"apa kau tidak mengkhawatirkanku?" jaemin mengangkat sebelah alisnya.
"sedikit"
jaemin terkekeh, "kau pergilah dulu, aku akan disini sebentar lagi."
"baiklah kalau begitu akupun akan disini sampai kau ingin kembali ke istana!"
"bagaimana kalau aku akan kembali besok?"
"aku akan menemanimu sampai besok!"
"tidak mau!"
yangyang melotot dan menatap jaemin, "kenapa?"
"karena kau belum mandi!" yangyang memukul lengan jaemin sedikit keras.
"kau sangat menyebalkan!"
to be continue....
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm prince [NOREN] √
De Todorenjun terpaksa menyamar menjadi seorang pengawal untuk membalaskan dendamnya warning! •bxb •missgendering •Harsh words •Violence •Blood •use lowercase disclaimer! - FIKSI! harap bijak untuk memilih bacaan. •noren •markhyuck •jaemyang (ada beberapa...