chapter 11

2.9K 452 10
                                    


"juno!"

"juno!"

"juno!"

renjun yang sedang berjalan menghentikan langkahnya, ia menghela nafas saat melihat ketiga orang yang memanggilnya itu mendekat. "apa lagi ini?" hari ini mereka bertiga seperti hantu yang selalu mengikuti renjun kemanapun.

"cobalah kue ini! dijamin sangat enak!" sahut haechan dengan semangat sambil menyodorkan kue yang ada ditangannya.

"kurasa kue ku jauh lebih enak!" tak mau kalah, jaemin ikut menyodorkan sebuah kue.

"tidak tidak, juno akan lebih menyukai kue yang ku bawa!" begitupun dengan yangyang. "makanlah!"

"aku akan memakannya tapi nanti, sekarang aku sudah ditunggu pangeran jeno."

"tidak! makanlah ini lebih dulu, lagi pula kita akan berlatih bersama nanti!" haechan mengambil kuenya lalu memasukkannya kedalam mulut renjun, tak mau kalah jaemin dan yangyang pun melakukan hal yang sama hingga sekarang mulut renjun dipenuhi kue yang berbeda itu.

"uhuk uhuk"

ketiganya panik, mereka langsung meminta pada pelayan agar membawa segelas air.

renjun meminum air tersebut lalu bernafas lega, "apa kau tidak apa-apa?" jawab ketiganya berbarengan.

"kalian membuatku hampir mati!"

"tapi untungnya kau tidak mati, pa-juno." yangyang cengengesan.

"juno? ada apa ini?" suara pangeran jeno mengalihkan perhatian mereka, "apa yang kalian lakukan disini? kau haechan pangeran mark sudah menunggumu begitupun kau jaemin, aku akan memberitahu raja kalau kau bolos latihan!"

"lihatlah muka arogannya itu." bisik haechan pada jaemin dan yangyang.

"kau benar, mukanya terlihat seperti kukang yang sedang merayap." mereka terkekeh pelan dengan ucapan jaemin.

"kenapa malah berbisik, cepatlah!"

haechan dan jaemin berjalan bersama menuju area latihan sedangkan yangyang dia berjalan berlawanan arah.

"jika kau tidak datang mungkin mereka akan membunuhku!" ucap renjun sedikit dramatis.

jeno yang melihat tingkah renjun hanya tersenyum tipis, sangat tipis sehingga tidak ada yang bisa melihatnya.

jeno yang melihat tingkah renjun hanya tersenyum tipis, sangat tipis sehingga tidak ada yang bisa melihatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ting

ting

suara penyatuan perang itu memenuhi area latihan para pangeran beserta pengawalnya.

latihan kali ini renjun melawan jeno, dia mencoba menghindari perlawanan yang jeno berikan hingga pada saat yang tepat dia berlawan menyerangnya.

ting

sret

tubuh jeno terjatuh saat renjun berhasil menyerangnya hingga sekarang renjun memblokir tubuh jeno dengan pedangnya yang menancap ditanah.

kini tubuh jeno berada dibawah renjun hingga manik mata mereka bertemu dan berdiam cukup lama, jeno tersadar dan memanfaatkan kesempatan itu untuk balik menyerang hingga sekarang posisinya terbalik.

renjun menjatuhkan pedangnya pertanda bahwa ia menyerah, jeno mengulurkan tangannya untuk membantu renjun berdiri. "kau cukup hebat juno, tapi cobalah lagi untuk menang dariku." jeno melangkah meninggalkan renjun.

"dia licik seperti ayahnya." renjun bergumam pelan.

"juno, kemarilah!" haechan melambaikan tangannya, dia berada ditepi area bersama dengan ketiga pangeran beserta eric untuk mengistirahatkan diri sejenak.

renjun mendekati mereka dan langsung mendudukan dirinya.

"kita akan lanjut latihan memanah, para pengawal akan melawan satu sama lain begitupun para pangeran." ucap mark menginterupsi mereka
dan dibalas anggukkan.

"kau hebat sekali dalam memanah, sebelumnya aku belum pernah bisa mengalahkan eric tapi kau bisa mengalahkannya!" latihan sudah dibubarkan beberapa menit yang lalu karena langit sudah mulai gelap, haechan yang sedang berjalan dengan renjun tidak h...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"kau hebat sekali dalam memanah, sebelumnya aku belum pernah bisa mengalahkan eric tapi kau bisa mengalahkannya!" latihan sudah dibubarkan beberapa menit yang lalu karena langit sudah mulai gelap, haechan yang sedang berjalan dengan renjun tidak henti-hentinya memuji renjun.

"kau sudah bilang begitu ratusan kali dalam satu menit."

"aku serius! kau bahkan hampir mengalahkan pangeran jeno dalam berpedang."

keduanya menghentikan langkahnya saat melihat selir raja beserta para pelayannya, mereka menundukkan kepalanya memberi salam pada sang selir. "hormat kami yang mulia."

"apa kalian baru selesai latihan?" tanya doyoung.

"benar, yang mulia."

doyoung meraih dagu renjun dan mendongakkan kepalanya dengan lembut, "kau mirip sekali dengan mendiang sahabatku." sejak pertama kali pertemuannya dengan pengawal baru putranya itu, doyoung merasa tidak asing dengan wajahnya.

haechan menatap renjun seakan bertanya, renjun menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"kalau boleh tau siapa yang anda maksud, yang mulia?" renjun memberanikan diri bertanya.

"dia ratu capella, winwin."

'itu ibuku, apa selir doyoung adalah sahabat ibu? tapi kenapa suaminya malah membunuh ayah dan ibuku?'

"saat melihatmu aku merasakan aura seperti ratu winwin, aku mengira kau anaknya tetapi beberapa saat yang lalu raja memberitahuku kalau anaknya sudah meninggal baru-baru ini karena penyakit yang dideritanya, dia pasti sangat menderita." doyoung menatap renjun dengan haru, dia mengalihkan pandangannya merasa bahwa yang ia katakan cukup berlebihan. "maafkan aku, ku rasa perkataanku cukup berlebihan."

"tidak yang mulia." renjun kembali menundukkan kepalanya.

"pergi dan istirahatlah. haechan, pangeran mark memintamu untuk menemuinya malam ini." ucap doyoung sedikit menggoda membuat haechan tersenyum malu.

'baguslah, rumor itu sudah sampai ditelinga raja archernar."

to be continue...

I'm prince [NOREN] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang