PART 15

53 56 0
                                    

“Udah ya mas! gak usah mencari pembelaan lagi, aku udah muak setiap kamu membahas tentang masa lalu!” ucap Rani.

“Kamu yang selingkuh tapi kamu yang tak mau disalahkan!” ucap perempuan itu lagi.

“Sudah beribu ribu kali aku katakan AKU TIDAK SELINGKUH RANI!” bentak Vero pada istri nya.

Bentakkan tersebut tak hanya mengejutkan Rani, Marsya pun kebangun dari tidurnya karena bentakkan tersebut.

“Huh, aku bosen tau gak mendengar kalimat itu setiap bulannya”

“Aku juga bosen melihat tingkah playing victim mu itu! kamu yang selingkuh tapi malah kamu yang menuduh aku selingkuh” ucap Vero yang menusuk Rani dengan kalimatnya tadi.

plak!

“Jaga ucapan kamu ya!” tegur Rani dengan penuh penekanan.

___________

“Huh, kirain tadi cuman mimpi ternyata beneran berantem” ngeluh Marsya lalu terkekeh.

Marsya bangkit dari kasurnya lalu keluar dari kamar. Ia ingin melihat orangtua nya yang berantem karena masalah yang sama. Marsya sangat tahu apa alasan mama nya untuk datang kemari, pasti untuk meminta tanda tangangi surat cerai.

Dari dulu sebenarnya mama nya itu ingin bercerai, dan setiap bulannya mama pasti datang kerumah untuk menyerahkan surat cerai tersebut tapi papa selalu menolak nya. Setiap papa menolaknya papa pasti mengungkit masa lalu dan mengaku bahwa ia tidak selingkuh, maka dari itu lah mereka selalu bertengkar karena tak ada yang percaya satu sama lain. Padahal mah Marsya sangat percaya pada mereka, percaya bahwa mereka sama sama selingkuh tapi sama sama merasa sok suci. Kenapa ia bisa beranggapan seperti itu? karena ia sendiri yang menyaksikannya ketika ia masih kecil.

Marsya turun dari lantai atas menuju dapur. Kali ini ia sudah berpakaian rapih, memakai baju sekolah, rambut yang sengaja ia kuncir, dan tas yang ia gemblok sebelah pundak. Ia berdiri dihadapan bi Mala dengan tersenyum manis, tetapi bi Mala membalasnya dengan tatapan khawatir.

"Bi, sarapan aku udah ada?” tanyanya.

“Ad...ada non di meja makan”

Marsya menoleh ke belakang, melihat ada beberapa piring dan lauk pauk untuk sarapannya.

“Makasih bi, aku makan dulu ya” ujar Marsya hendak ingin pergi.

“Non....”

Marsya menoleh dengan wajah masih tersenyum. “Gapapa bi, biar mereka berhenti sendiri”

Marsya menuangkan nasi serta lauk pauk ke dalam piringnya. Ia memakan sarapannya sembari menikmati perdebatan panjang orangtuanya. Marsya sakit hati sebenarnya karena keberadaannya disini tak dianggap oleh mereka, padahal Marsya berhadap dengan ada nya ia disini akan memberhentikan mereka. Namun lagi lagi harapannya pupus. Bahkan sampai ia sudah selesai sarapan pun mereka masih beradu mulut layaknya anak kecil.
 
“Ehkem! kalian gak capek berantem terus?!” tanya Marsya dengan mata yang sudah penuh dengan air mata.

“Marsya? sejak kapan kamu ada disitu?”
Pertanyaan ayahnya membuat Marsya tertawa hingga pundaknya bergetar.

“Bahkan sampai aku ada disini aja kalian gak sadar?” tanyanya kali ini dengan senyuman.

“Aduh, Marsya... Marsya sadar hei! siapa sih yang mau anggap keberadaan lo dirumah ini, GAK ADA!” ucap Marsya menampar diri sendiri dengan kalimatnya.

Kalimat Marsya barusan sangat menyakiti hati Vero saat ini. Ia sangat menyesal dengan kebodohan nya yang terus saja menanggapi Rani sampai sampai menelantarkan Marsya.

MARSYA✓ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang