PART 21

57 58 11
                                    

Randy termenung melihat langit langit kamarnya sambil mengingat kejadian tadi siang saat pulang sekolah. Ia baru sadar bahwa terselip kejanggalan pada saat itu. Entah ini hanya perasaannya saja atau bukan, tetapi feeling nya pun juga sangat kuat mengenai kejanggalan ini.

“Rasya tiba tiba ada urusan mendadak tapi motornya masih diparkiran” ucapnya pada diri sendiri.

“Terus Jihan tiba tiba ngilang pas jam pulang sekolah” Aneh menurut pemikirannya.

“Oke deh coba sekarang gini kita kesampingkan dulu Jihan” ucapnya lagi sambil terduduk.

“Setau gue, sesibuk sibuk nya Rasya dia pasti gak bakalan ninggalin ceweknya begitu aja”

“Penyakit amnesia gak ada kaitannya sama kepribadian seseorang, gak sih?”

“Atau mereka ketemuan?”

___________

Semua terkejut mendengar pertanyaan Rasya. Karena tak ada satupun dari mereka yang sempat berpikir sejauh ini. Semua saling berpandangan, entah ini akan berhasil atau tidak yang pastinya mereka tidak akan menyerah.

“Gue Jihan, gue pacar lo dulu Sya”

Semua menoleh pada Jihan terkecuali Rasya yang masih diam tak berkutik.

“Gue Farhan, kita pertaman kali ketemu pas MOS”

“Gue Satria, kita kenal pas gue minta tolong sama lo buat cariin kelas gue dimana”

“Eh tau nya malah sekelas” ucap Satria lagi dengan pelan.

Walaupun pelan tapi suara Satria masih terdengar jelas di telinga Tian, lelaki itu tertawa kecil saat mendengar cemooh dari Satria.

“Gue Tian, gue berharap lo bisa inget kita lagi”

Setelah Tian mengucapkan kalimat itu tiba tiba Rasya mendongakkan wajahnya dan menatap Tian. Lelaki itu masih diam tak berkutik, nafasnya berhembus 2x lebih cepat dari sebelumnya lalu memegangi kepalanya seperti menahan sakit. Rasya seperti ini karena ia memaksa otaknya untuk mencerna dan mengingat setiap kata yang keluar dari mulut mereka.

Siapa Tian sebenarnya? apa maksud dari kalimatnya, tau apa lelaki itu tentang dirinya

Itu yang sangat ingin ia tanyakan pada Tian, tetapi ia tak sanggup berkata karena menahan sakit yang terus berdenyuut disekililing kepalanya. Belum sempat bertanya, pandangannya pun sudah mulai gelap, Rasya merasakan bahwa dirinya akan pingsan dan benar saja tubuhnya terjatuh dan tak sadarkan diri.

___________

Marsya berlari dengan sangat kencang, tak peduli dengan ocehan orang yang ia tabrak karena terlalu fokus dengan nomor yang tercantum setiap pintu. Rasya berada dikamar pasien nomor 141.

Ia sudah mendengar semua nya dari Satria, ada rasa syukur karena ia sangat yakin bahwa rencana mereka berhasil tetapi ada rasa khawatir juga pada Rasya takut sesuatu yang tak diinginkan terjadi lagi.

Marsya bertekuk lutut sebentar di depan kamar yang bernomor 141 itu, ia berharap Satria tak salah memberi info mengenai kamar. Sebelum masuk ia berdoa pada tuhan untuk izinkan Rasya untuk sembuh dan mengingat semua masa lalunya lalu menghembuskan nafas. Masih dengan rasa yang khawatir, ia memberanikan diri untuk membuka pintunya. Pintu terbuka seperti tak bersuara, karena masih tak ada yang menyadarinya ia masuk. Tepat pada saat ia hendak melangkahkan kakinya untuk masuk Rasya pun tersadar dan memanggil namanya.

“Jihan...Jihan”

___________

Mereka bertiga mengucapkan kata syukur berlipat lipat ganda, pertama mereka bersyukur karena Rasya sadar dan yang kedua mereka bertambah bersyukur lagi saat Rasya memanggil nama Jihan, jika begitu artinya memori lama Rasya pulih. Mungkin karena efek dari Rasya yang selalu berusaha sampai memaksa otaknya untuk mengingat.

MARSYA✓ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang