BE A GIRL FOR A WEEK🔞 {SVT LOKAL}✔ [RE-PUBLISHED]

ADIT x DIO

#BE A GIRL FOR WEEK

#WEEK 2

#MONDAY : ADIT × DIO

*Penjelasan :

Italic : Suara batin Tokoh di dalam hati

Bold Italic : Suara Tokoh di dalam hati

Bold : Suara Crisela

*Warning : resiko tanggung sendiri; first time; eating out; blowjob; femdom; helping out; lesbian; Dio is.. a horny bastard like he used to be

***

.

.

.

***

Ketika Alfin pergi dari kamar, Adit merasa cemas, entah mengapa. Mengingat Dio akan menjadi orang pertama yang membobolnya terdengar sedikit menjijikkan.

Dan sangean pula

Tsk, daripada lo dihukum

Adit menarik napas panjang, menghembuskan pelan-pelan, menenangkan pikiran agar tidak memikirkan siapa-siapa selain Dio. Sesekali menatap dua gundukan menggantung di atas perut penasaran.

Wah baru kali ini gue ngerasain tete cewe

Syukuri Dit. Seminggu doang kok

Gadis itu tersadar dari lamunan saat pintu kamar terbuka, menampilkan sosok sangat familiar. "Dek?"

"Hm?"

Dio menutup pintu, berjalan menghampiri. Adit menggeser duduk, memberi ruang kosong pada sang kakak, "Kakak udah makan?" tanyanya menumpu dagu dengan tangan di atas bantal yang menutupi paha. Pemuda itu menggeleng.

"Lo mau makan?"

Adit mengangguk, ingin berdiri tapi Dio menahan pergelangan tangannya, "Jangan.. canggung okey?"

Gadis cantik tersebut menyengir, sebelum melepaskan cengkraman Dio untuk berganti baju. Tetua pertama masih duduk di sana, malah dia yang canggung.

"Dek.."

"Apa sih-mmh.." Adit terbelalak begitu bibir tebal tak asing menempel di bibir, sebentar saja habis itu dia merilekskan diri, menyandar di lemari, dengan tangan Dio di pinggang.

"Sori, Kakak gak sengaja.."

Si Mata Rubah tertawa kecil, menangkup pipi tembam kakaknya gemas, "Santai aja kalii, kan Kakak pacarnya Adit sekarang," ia masih menatap Dio yang kini pandangannya berubah gelap, "atau.. kita gausah makan?"

Pemuda yang lebih tua tersebut menenggelamkan wajah di ceruk lehernya, mengendus pelan aroma tubuh, "Boleh juga," jawab Dio mulai menyingkap kaos Adit. Gadis itu menggigit bibir, menenangkan hati agar tidak panik. Betul apa kata Alfin, Pak Tua ini sangean setengah mampus. Dia mencoba menikmati setiap elusan dari sang kakak.

"Kak.."

"Hm?"

"Adit capek bediri,"

Kekehan pelan meluncur dari mulut Dio, sigap ia menaikkan kedua kaki adiknya mengalung di pinggang membuat Si Manis jadi lebih tinggi, "Begini?"

Adit mengangguk, sebelum menunduk mempertemukan bibir mereka. Dio menghimpit punggungnya di pintu lemari, menyesap lembut apa yang disuguhkan. Jemari Adit meremat surai kecokelatannya, memiringkan kepala sedikit.