.

1 1 0
                                    

"Lo gapapa?" Seorang cowok berbaju futsal datang dengan nafas ngos-ngosan, bahkan terlihat keringat di pelipis nya.

Ayana memutar bola matanya malas begitu mendengar sorakan-sorakan para siswi yang mengarah pada cowok yang berada di samping nya, dengan malas pula gadis itu menoleh menatap cowok yang bertanya padanya itu. Tidak seperti siswi-siswi di sekitaran nya yang bersorak mengagumi cowok itu, Ayana malah menatap wajah orang itu dengan tidak minat.

"Gue gapapa." Ucap nya datar hendak melangkah pergi namun sebuah tangan dingin menyentuh lengan nya.

"Maaf yah, gue gak kira-kira nendang bola sampai hampir kenal lo." Pinta nya meminta maaf.

Ayana menarik lengan nya hingga pegangan cowok itu terlepas, "Gue gapapa." Ulang Ayana dengan nada yang sedikit ketus.

Gadis yang menarik, "Gimana kalau gue traktir lo di kantin ntar? Itung-itung permintaan sebagai maaf gue?" Tawar cowok itu yang merasa tidak enak.

Ayana hendak menjawab namun sebuah suara dari belakang membuat nya bungkam. Sepertinya cowok itu sudah hobby memotong pembicaraan orang.

"Lo gak tuli kan? Dia bilang dia gapapa, cuma mood nya aja yang hilang." Ucap cowok yang baru saja tiba dengan baju futsal yang sama.

Ayana melirik Riky yang tiba dengan ransel yang terlampir di salah satu pundak nya, sepetinya ia baru tiba di sekolah, dan Riky benar. Ia tidak apa-apa, hanya mood nya yang rusak.

Cowok yang berdiri di dekat Ayana melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan nya, "Riky, lo terlambat buat latihan." Ujar nya melenceng dari pembicaraan awal.

Riky tampak berdecak, "Dan lo Gibran, lo lebih buang-buang waktu dengan nawarin cewek orang traktiran." Jawab Riky judes, ia meraih lengan Ayana dan mengajak nya pergi namun Gibran malah meraih salah satu lengan Ayana.

"Maksud lo cewek orang itu siapa?" Tanya Gibran yang merasa Riky bertingkah aneh.

Riky menunjuk Ayana menggunakan tatapan, "Dia cewek gue, jadi kalau lo punya niat buat dekatin dia, mending lo singkirin niat lo jauh-jauh, gue gak mau ngerusak pertemanan cuma karna cewek." Peringat Riky yang membuat  para siswa dan siswi yang mendengar nya terkejut bukan main, pasalnya setau mereka Ayana baru masuk di sekolah itu 3 hari yang lalu dan kini Riky malah mengklaim gadis incaran satu sekolah itu sebagai milik nya?

Tolong! Patah hati seentero sekolah pun di mulai.

Bukan hanya mereka, tapi Gibran dan Ayana pun ikut terkejut dengan pengklaiman Riky. Di saat para siswa dan siswi mendesah kecewa, Ayana malah menatap Riky dengan tajam ia memundurkan tubuh nya hingga pegangan Riky terlepas.

"Lo ngomong apa? Gue gak ngerasa jadi milik siapapun semenjak gue masuk di sekolah ini." Ucap Ayana mengklarifikasi ucapan Riky. Hal itu semakin mengejutkan orang yang mendengar nya, mereka tidak tau harus mempercayai siapa, hanya saja terlihat jelas bahwa gadis cantik yang menghebohkan sekolah itu jelas-jelas menolak Riky, salah satu most wanted sekolahan.

"Ana?"

"Minggir, lo berdua ngalangin jalan gue." Ayana berucap sinis lalu berjalan pergi meninggalkan Riky dengan wajah aneh nya sedangkan Gibran dengan senyum tipis di wajah nya.

Gibran menoleh menatap Riky yang nampak terdiam, "See? Dia bukan milik siapa-siapa. So? let's compete Bro." Ia menepuk pundak Riky lalu kembali masuk kedalam lapangan.

Bel istirahat berbunyi nyaring, Ayana yang tengah mencatat pun menghentikan kegiatan nya begitu buku nya di tarik paksa oleh cowok di samping nya.

"Udah, belajar mulu, sekarang ayo ngantin." Ajak Rey yang di samping nya sudah berdiri beberapa cowok yang Ayana ketahui adalah sahabat-sahabat dari Rey.

END OF SEVENTEEN.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang