Kantin?

1 1 0
                                    

Lorong koridor terlihat sepi, tentu saja kerena ini adalah jam pelajaran namun Ayana izin ke toilet. Di perjalanan kembali dari toilet gadis itu memelankan langkah nya begitu mendengar suara sekumpulan orang yang bernyanyi di Iringi alunan gitar dari arah kantin. Gadis cantik itu menghela nafas kasar, sepertinya sekolah ini di penuhi dengan orang-orang bersuara merdu yang pandai bermain gitar.

Merasa lehernya sedikit serak, akhirnya Ayana membelokkan langkah nya menuju kantin membuat cowok yang tengah bernyanyi santai itu menoleh pada pintu kantin yang memunculkan seorang gadis yang berapa hari ini menjadi topik pembicaraan di sekolah mereka. Mereka sedang jamkos makanya memilih untuk menghabiskan waktu di Kantin.

Cowok yang tengah memangku gitar itu menghentikan petikan nya, tatapan nya terpaku pada sosok gadis yang begitu menarik perhatian nya. Ini pertama kali nya melihat gadis itu dengan jarak sedekat ini, ternyata benar yang teman-teman nya bilang. Gadis itu begitu memukau seolah memiliki daya pikat yang begitu kuat.

Cowok itu mengangkat gitar dari pangkuan nya dan memberikan nya pada teman di dekat nya, "Iki, nitip bentar." Pinta nya dengn tatapan yang masih mengarah pada gadis itu seolah takut jika gadis itu menghilang dari pandangan nya.

"Weh? Mau ngapain Lo!" Tanya Iki meraih gitar tersebut.

"Wah gilak, gercap juga yah dia. Kita ketinggalan nih!" Kekeh salah satu cowok yang bernama Zeno begitu melihat teman nya melangkah ke arah Ayana yang tengah berdiri di depan kulkas.

"Kalah cepat kita." Gumam Deni kecewa.

"Gapapa, ikhlasin buat teman."

Ayana yang tengah memilih minuman yang akan ia beli sedikit tersentak begitu seorang cowok datang dan mengambil acak satu minuman di dalam kulkas tersebut dan menyodorkan nya di depan Ayana.

"Nih, gue traktir." Ucap cowok itu sambil tersenyum manis pada Ayana.

Ayana sedikit terenyuh menatap senyuman manis itu, itu sangat manis! Sial, apa yang dia fikirin? Ayana sedikit memundurkan tubuh nya dan meraih salah satu botol minum di dalam kulkas secara acak dan menunjukan nya pada cowok itu. "Buat lo aja, gue udah punya." Ucap nya sedikit menggoyangkan botol minum di tangan nya.

Di belakang sana terdengar sekumpulan cowok itu bersorak riuh menyaksikan penolakan Ayana pada teman mereka namun Ayana tidak peduli, dengan santai ia berbalik hendak menuju kasir.

Cowok yang di tolak pun hanya tersenyum tulus, "Nama gue Ervan anak kelas sebelah." Teriak nya namun hanya mampu membuat Ayana menoleh setengah.

"Ayana." Singkat gadis itu lalu benar-benar berlalu pergi meninggalkan Ervan yang tersenyum-senyum sendiri.

***
"Lo Chatan sama siapa? Asik bener?" Ayana duduk di samping Aull yang sejak tadi terlihat senyum-senyum sendiri.

Aull menoleh dengan senyum yang masih menghiasi wajah cantik nya, sepertinya gadis itu benar-benar di landa asmara. "Chat an sama doi dong." Kekeh nya pelan.

"Beneran? Anak kelas berapa?" Tanya Ayana yang mulai penasaran, pasalnya setau nya Aull sedang tidak dekat dengan siapa-siapa.

"Bukan anak sini, dia anak SMK. Tapi seangkatan kok."

"Oh yah? Kenapa ga cari yang satu sekolah aja?"

"Udah bosan," ungkap Aull, ia mendekatkan tubuh nya ke arah Ayana, "Terus lo gimana? Udah ada yang bisa narik perhatian lo belum?" Tanya nya penasaran, bukan nya apa. Hanya saja yang mendekati sahabat barunya ini bukan main banyak nya, tidak mungkin bila gadis itu tidak tertarik dengan satu pun.

Ayana menggeleng pelan, "Gatau, masih belum niat buka hati." Ungkap nya jujur.

Aull tersenyum tipis, "Na? Biarpun gue sama lo belum lama kenalan, tapi gue tau. Hati lo tertutup rapat oleh orang di masalalu lo yang jauh di sana, hanya saja gak ada salahnya kalau lo coba buat buka hati lagi. Ga selamanya orang baru bakalan sama nyakitin nya dengn orang lama, hanya itu satu-satunya cara buat lo terlepas dari masalalu lo yang menyakitkan itu." Terang Aull menasihati, ia tidak tau banyak dengan kehidupan Ayana, namun satu hal yang gadis itu tau. Ayana belum sepenuhnya lepas dengan masalalu nya.

Sejenak Ayana terdiam, pandangan nya lurus kedepan menyapu isi lapangan dimana terdapat beberapa siswa yang di kenali nya tengah bermain futsal, sepertinya apa yang di katakan oleh Aull ada benarnya, ia tidak seharusnya terus memilih tenggelam di jurang masalalu nya yang gelap. Mungkin ini saatnya ia harus beranjak pergi dan mencari seseorang yang benar-benar bisa memperbaiki hatinya.

"Ayana?" Aull menyebut nama gadis itu dengan raut wajah yang terlihat khawatir, ia takut salah bicara dan membuat gadis cantik itu marah.

Ayana sedikit tersentak, ia tersadar dari lamunan nya, "Sepertinya yang lo bilang memang benar, sudah seharusnya gue mulai buka hati lagi. Hanya saja mungkin gue butuh waktu buat nemuin orang yang tepat, buat nemuin orang yang bener-bener mampu nge buka hati gue."

Mendengar itu Senyum Aull mulai terbit, "Tenang aja, lo pasti secepatnya nemuin orang itu." Ucap nya penuh semangat.

***
Malam gelap yang terlihat pekat semakin menambah kesan menyeramkan yang terasa menusuk bagi beberapa cowok yang tengah berdiri tegap di hadapan satu cowok yang tengah duduk dengan menutup matanya.

"Gue gamau tau, orang itu sudah harus ada di hadapan gue besok malam." Ucap cowok yang masih setia memejamkan matanya itu seolah sedang memikirkan hal yang begitu berat, "Gue gak bakalan tenang kalau bajingan itu masih berkeliaran bebas di luar sana sedangkan teman kita udah terbaring kaku di tanah." Terlihat kelopak mata orang itu perlahan terbuka menampilkan sorot tatapan yang begitu gelap seolah ingin membunuh. Tatapan yang begitu keras bercampur dengan tatapan pedih yang ikut terselip.

Mata itu kembali terpejam begitu dadanya terasa sesak membayangkan adegan yang begitu menyiksa batin nya. Sudah sebulan lebih namun masalah ini belum juga menemukan titik terang, hal itu sungguh membuat cowok itu merasa gagal dalam segi apapun.

"Lo gausah khawatir, kita juga ga bakalan hidup tenang kalau pembunuh itu belum ketemu, dan mendapatkan hukuman yang setimpal." Terang salah seorang yang tengah berdiri itu, bahkan tatapan nya pun tak kalah tajam.

"Sampai kapan kalian mau nyari orang yang bahkan kita sendiri pun gatau dia siapa? Lo semua harus buka mata!! Itu bukan pembunuhan tapi kecelakaan." Ucap pelan namun terdengar tegas itu berasal dari cowok yang berdiri paling ujung, tatapan nya terlihat sendu. Jelas ia juga masih merasa kehilangan salah satu sosok sahabat mereka.

Mata yang tertutup itu kembali terbuka dengan cepat, rahang nya terlihat mengeras menyorot tajam sosok yang baru saja berbicara itu. "KALAU ITU KECELAKAAN GAK MUNGKIN KITA SESUSAH INI NEMUIN ORANG ITU!!" Teriak nya lantang.

Cowok yang berdiri di ujung itu terkekeh miris menatap sang ketua dengan tatapan aneh, "kita sama-sama kehilangan dia, hanya saja lo semua masih belum menerima kenyataan kalau dia udah pergi duluan ninggalin kita. Hal itu yang buat lo semua termakan dendam untuk orang yang sama sekali kita ga tau siapa." Sekali lagi cowok itu terkekeh lalu berbalik pergi meninggalkan 4 orang yang kini terdiam dengan pikiran mereka masing-masing.

END OF SEVENTEEN.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang