Fanatik

0 0 0
                                    

"Kukira kita asam dan garam... ternyata kita Islam dan Kristen..." Jeff berteriak berkedok bernyanyi melantunkan penggalan lirik lagu 'Hati-hati di jalan-Tulus.' Dan dengan sengaja mengganti sebagian lirik nya sambil menatap Ayana dan Verdy yang tengah sibuk dengan gitar. Ya, Verdy tengah mengajari Ayana bermain gitar.

Saat ini mereka sedang berada di rumah milik Rey, rumah yang memang menjadi tempat kumpul mereka sebelum-sebelumnya. Dan karena Ayana sudah cukup dekat dengan mereka maka Ayana juga sudah ikut serta saat mereka berkumpul di luar jam sekolah.

"Lo Diem deh mendingan! Gausah bikin hati gue makin nyeri!" Angga menggerutu menegur Jeff yang hendak kembali bernyanyi.

"Loh? Emang suara gue nembus hati lo?" Jeff bertanya.

"Ga gitu ngap! Hati gue udah panas sejak tadi nengok mereka berduaan mulu. Pengen cemburu tapi pacar aja bukan. Hati aing sakit ngap! Sakit! Lo tau ga?" Angga memegangi dadanya mendramatis, ia memandangi dua orang yang masih asik seakan dunia milik mereka berdua. "Huaaa!" Angga menjatuhkan tubuhnya ke sofa abu-abu yang tengah di duduki nya. "Spil cara ngubah rasa cemburu jadi rasa stroberi dong ngap?" Angga mendongak menatap Karan dari bawah. Matanya berkedip-kedip dengan bibir yang melengkung ke bawah.

Karan menunduk menatap Angga yang tengah berbaring di sebelahnya dan bergidik ngeri melihat ekspresi yang cowok itu tunjukan. Ia menggeser sedikit tubuhnya menjauh, "Lu fikir Lu doang yang cemburu bukur? Nih! Gue nih! udah mencoba buat ga nyesek sejak tadi!" Gerutunya, ia juga panas melihat deketan kedua sahabat nya yang entah sudah berada di tahap mana itu, ya jelas berapa langkah dari mereka.

Jeff duduk menghimpit tubuh Karan, di pandangi nya sosok di depan nya dengan fokus, lebih tepatnya hanya pada gadis yang tengah menunduk memangku gitar dengan fokus. "Kok bisa yah ada cewek secantik Ayana?" Gumam nya.

"Tapi gue lebih heran kenapa tu cewek mau-mau aja temenan sama modelan kayak kita-kita." Lanjut Karan. Sejujurnya awal Ayana ikut bergabung dengan mereka, Karan sudah sedikit ragu. Ia fikir Ayana hanya iseng karena tidak memiliki teman lain. Tapi di lihat-lihat banyak siswa siswi famous yang mengajak nya untuk bergabung dengan circle mereka, bahkan ada juga circle yang di dalamnya adalah cewek cowok populer di sekolah. Namun anehnya gadis itu malah memilih berteman dengan cowok-cowok tidak jelas seperti mereka. Itu... membuat Karan penasaran mengapa begitu.

"Mungkin karna kita tulus yah?" Angga bangkit dari rebahan nya.

"Tulus-tulus! Modus yang ada lo."

"Ye!!! Kayak Lu aja kagak! Jangan kira gue gatau yah kalau lo yang paling semangat Ayana gabung sama kita."

"Ya siapa sih yang ga semangat bisa lihat bidadari setiap saat? Ya ga, Der?" Jeff menyenggol Xander yang baru bergabung dengan mereka.

"Yoi Bro."

Mereka tertawa sedangkan Angga menggerutu kesal. "Lo pada ngeselin anjing."

Ayana menatap ponsel nya yang iya silent karena terus berdering sejak tadi, sejenak ia melirik jam yang sudah menujukan jam 21:09pm. Sepertinya ia harus pulang.

Gadis itu menyerahkan gitar ke pangkuan Verdy, "Udah malam banget, gue udah harus balik." Ujarnya mulai bangkit merapikan dirinya serta meraih sligbag yang tergeletak di meja.

"Lo mau kemana?" Tanya Karan begitu melihat Ayana berkemas.

"Balik, udah ngantuk."

Verdy bangkit setelah meletakkan gitar ke tempat nya, "Gue antar."

Ayana menoleh dan menggeleng, "Gausah, kan gue bawa mobil."

"Kalau gitu gue yang antar." Rey yang sejak tadi sibuk bermain game di pojokan ikut bangkit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

END OF SEVENTEEN.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang