Kantin

1 1 0
                                    

Suasana kantin yang lumayan senggang membuat Ayana dan teman-teman nya terlihat menikmati jam istirahat kali ini, terlihat mereka sedang tertawa menertawakan apa saja yang menjadi topik mereka. Sungguh, Rey dan kawan-kawan benar-benar tidak pernah kehabisan topik yang mampu mengocok perut mereka.

"Terus yah, si Xander bilang gini."

BRAK!!!!!

"WOY BABI JANTUNG GUE!!!"

"AFAANTUCHHH!!!"

"BANGSAT!"

Kalimat Jeff terpotong begitu suara gebrakan terdengar nyaring hingga membuat mereka sontak mengumpat kaget dengan tatapan mencari-cari sumber suara itu.

Tatapan mereka sontak saja membulat begitu mengetahui sumber suara itu berasal dari pintu utama kantin, dimana terlihat seorang cowok terkapar di lantai begitu terhempas membentur meja kantin.

"Gibran?" Karan berucap begitu seorang cowok yang tak lain adalah Gibran muncul dari luar kantin dengan wajah penuh luka yang terlihat penuh amarah.

Ayana ikut mengalihkan tatapan nya begitu Ia mendengar nama itu, "Gibran?" Ia ikut berucap namun hanya sebatas gumaman saja. Terkejut? Tentu saja, ia menjadi penasaran apa yang membuat wajah pacar barunya itu terlihat berantakan seperti itu.

"BAJINGAN LO!!"

Gibran berteriak hendak menginjak cowok yang sedang berusaha bangkit itu, membuat pekikan para siswa terdengar memenuhi kantin. Namun terlambat, cowok itu sudah lebih dulu menghindar, tapi naasnya ia malah kembali membentur meja dengar kasar.

Mata Ayana memicing melihat lawan Gibran, sedetiknya pupil nya membulat begitu mengenali sosok cowok yang nampak hampir kehilangan tenaga itu, dengan pelan ia berdiri dari duduk nya sambil bergumam lirih.

"Ervan." Awalnya hanya sebuah gumaman sebelum ia melihat Gibran meraih sebuah kursi kayu, tindakan itu membuat Ayana spontan berteriak, "GIBRAN! STOP!!"

Mengapa ia harus peduli?
Dengan kasar ia mendorong kursi yang ia duduki hingga menimbulkan decitan nyaring, lalu berlari ke arah kedua cowok itu.

"AYANA!" Rey berteriak begitu melihat gadis itu berlari pergi.

"Shit." Xander mengumpat lalu berjalan cepat menyusul Ayana di ikuti dengan yang lain nya.

"STOP!!" Ayana kembali berteriak, namun Gibran seolah tidak mendengarkan nya hingga entah apa yang ada di otak gadis itu karena begitu melihat Gibran sudah akan melayangkan kursi itu ke tubuh Ervan, gadis itu malah dengan beraninya memasang tubuh di depan tubuh Ervan seolah menjadikan dirinya temeng.

"AYANA!!!" Kini Jeff yang berteriak panik, mereka semua menahan nafas ketika kursi kayu itu melayang mengarah ke tubuh mungil Ayana.

Mata Gibran membulat saat netra nya menangkap sosok Ayana di depan nya namun sayangnya reflek nya tidak cukup bagus untuk menghentikan ayunan tangan nya yang melayangkan kursi itu hingga.

BRUGHHH!!!

Suara dentuman benda yang menghantam tubuh seseorang membuat mereka semua berteriak histeris, tidak terbayang bagaimana remuk nya tubuh orang yang tubuhnya terkena hempasan benda keras yang kini hancur tak berbentuk kursi lagi.

"Bodoh." Desisan pelan itu membuat Ayana yang tengah menutup matanya rapat menunggu rasa sakit yang akan memenuhi tubuh nya menjadi terbuka lebar begitu mendengar umpatan itu tepat di samping telinga nya. Bahkan kini bukan rasa sakit yang tubuhnya rasakan melainkan rasa hangat akibat dekapan seseorang.

"Ve...verdy?" Nafas gadis itu tercekat begitu mengetahui kalau Verdy memeluk nya dan menjadikan dirinya temeng.

"Ayana!" Gibran yang lebih dulu tersadar dengan cepat menghampiri gadis itu dengan wajah panik. Di karenakan emosi nya yang meluap ia sampai tidak sadar akan keberadaan gadisnya. "Lo gapapa?"

END OF SEVENTEEN.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang