⚠️SAMPUL DAN JUDUL MASIH SEMENTARA, SIMPAN CERITA AGAR MUDAH DI TEMUKAN.
Bagaimana jika orang yang bertahun-tahun mencintaimu segenap jiwa nya juga orang yang menjadi sumber kebahagiaanmu ternyata adalah orang yang memberi akhir tragis pada hidup mu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ayana berdecak begitu Rey mengirimi nya Pap yang di dalamnya ada Verdy.
Apaan coba?
"Kayak gada objek foto yang lain aja."
"Banyak sih, tapi gue tau dari banyak nya objek cuma dia objek paling menarik menurut lo. Wkwkwk."
Ayana terkekeh pelan, ada-ada saja.
"Sini, mau di jemput?"
Gadis itu kembali menunduk melihat pesan lagi dari Rey, tangan nya dengan lincah mengetik balasan.
"Sherelock aja. Dikit lagi kesana."
Rey shere a location.
"Hati-hati."
Tak membalas lagi, Ayana bangkit dari kasur empuk nya hendak menyiapkan diri namun sebuah pesan yang kembali masuk membuat nya kembali meraih ponsel nya.
Ayana tertawa membaca pesan dari nomor yang tidak di kenali nya, bukan sekali dua kali ia mendapatkan Chat Rendom seperti ini, bahkan sangat sering, bahkan ada yang tanpa 'pppp' malah langsung mengajak nya ke pelaminan.
Ada-ada saja warga 62+ ini.
Memilih acuh, gadis itu kembali meneruskan kegiatan yang akan di lakukan nya, hanya sebentar lalu ia dengan santai berjalan pergi meninggalkan kamarnya.
Untung nya jalan sore itu tidak terlalu padat hingga Ayana bisa sampai dengan cepat, ia rongoh lah slingbag nya mengeluarkan ponsel yang sejak tadi terus berdering. Kening nya mengkerut mendapati nomor yang belum lama di sv nya menelfon nya hingga berapa kali. Gadis itu tidak peduli dan hendak memasukkan ponsel nya namun dering itu kembali terdengar nyaring.
"Ni orang maunya apa si?" Gerutu nya namun tak urung mengangkat telefon nya.
"Ha-..."
"Lo dimana!"
Menjauhkan ponsel nya dari telinga, kening gadis itu mengernyit jelas begitu suara berat di seberang sana menyambut gendang telinga nya dengan nyaring. Ia sampai curiga kalau-kalau cowok itu menggunakan miq di sana.
"Apa."
"Lo dimana?" Bagus, suaranya lebih nyaman di gendang telinga di banding sebelum nya.
"Pantai." Ayana menjawab seadanya sambil mengedarkan tatapan nya ke sekeliling mencoba mencari keberadaan teman-teman nya.
"Ngapain?"
"Berburu megalodon." Ketus gadis itu asal. Memangnya orang ke pantai ngapain?
Terdengar kekehan dari sana, "Gamau yang lebih mudah aja? Mmm kayak berburu buaya misalnya, kan banyak tuh di sekitar lo. Numpuk malah."