Seperti biasa, bel pulang adalah satu hal yang amat sangat di tunggu oleh para siswa. Terutama Ayana dan kawan-kawan nya yang kini sudah sibuk membereskan barang-barang mereka.
"Gue cabut duluan yah? Mau gotong Verdy dulu. Kasian ntar sekarat kalau gada yang gotong." Jeff mendatangi meja Ayana sambil merengkuh bahu Xander.
Rey mengangguk, "Lo duluan aja, ntar gue nyusul ke rumah nya."
Mendengar itu ayana meringis pelan, bekas luka lebam itu memang cukup parah hingga membuat Verdy kesulitan, "Tolong bantu kompresin yah? Ntar gue gojekin obat ke sana." Pinta gadis itu. Sebenarnya ia sudah menawarkan diri untuk merawat Verdy secara langsung, namun di tahan oleh kawan-kawan nya dengan alasan nyokap Verdy lumayan galak. Jadinya ia hanya mampu mengandalkan Rey dan yang lain.
Jeff mengangguk, "Tenang aja, ntar gue rendam pake air mendidih."
Plak!!!
"Tu otak kemana sih? Sini gue ikatin biar ga lari-larian mulu!" Rey melotot ke arah Jeff membuat cowok itu bungkam sejenak.
"Lo fikir kambing?"
"Emang kayak kambing."
"He!!!"
"Muka lu maksud gue."
Geram, Jeff balik menggeplak kepala Rey dengan buku di genggaman nya, "Mulut lo minta di sikat kali yah? Licin amat perasaan." Gerutu nya.
Ayana terkekeh pelan, ia meraih ransel nya lalu bangkit dari duduk nya, "Gue balik ya, salam sama Verdy."
"Salam apa dulu nih?" Rey menaik turunkan alisnya sambil mengusap bekas geplakan Jeff.
Ayana memutar bola matanya malas, "Terserah lo aja salam apaan." Ketus nya lalu berlalu pergi.
"Okeeee!!! Ntar gue sampaiin salam sayang nya!!"
Ayana mendengus sambil terus berjalan, rasanya ia ingin cepat-cepat merebahkan dirinya di kasur empuk nya lalu membaca novel yang baru di beli nya. Pandangan gadis itu beredar menatap sekitar, dimana banyak pasang mata yang menatap nya penuh binar.
Ia benar-benar menjadi primadona sekolahan sekarang.
Menghela nafas pasrah, gadis itu terus melanjutkan langkah nya menuju parkiran. Jangan tanyakan soal Ervan dan Gibran, karena sejak insiden di kantin tadi gadis itu tidak lagi melihat batang hidung mereka.
Mata gadis itu memicing melihat sekelompok gadis yang tengah berjingkat jingkit melihat satu objek di depan sana. Merasa penasaran, Ayana ikut mengarahkan pandangan nya ke depan dan sukses memutar bola matanya begitu mengetahui apa yang menjadi sumber perhatian para siswi itu.
Ayana acuh dan terus melangkah malas menuju letak mobil nya, yang sialnya tepat berada di samping motor cowok itu dan lebih sialnya lagi, cowok itu malah berdiri tepat di samping pintu mobil nya.
"Minggir, gue mau balik. Dan mending lo juga balik, Aull ga masuk sekolah hari ini." Jelas Ayana sambil bersedekap dada namun cowok itu tak kunjung pindah dari tempat nya Dan malah tetap slay dengan tampang coll nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
END OF SEVENTEEN.
Romance⚠️SAMPUL DAN JUDUL MASIH SEMENTARA, SIMPAN CERITA AGAR MUDAH DI TEMUKAN. Bagaimana jika orang yang bertahun-tahun mencintaimu segenap jiwa nya juga orang yang menjadi sumber kebahagiaanmu ternyata adalah orang yang memberi akhir tragis pada hidup mu...