Parkiran

1 1 0
                                    

Pelajaran terakhir telah di mulai baru saja membuat Verdy, Angga, dan Karan mau tidak mau harus minggat dari kelas itu. Terlihat Ayana yang tengah memaksakan diri untuk fokus pada pelajaran di depan nya, ia tidak bisa membohongi dirinya begitu mengingat kalimat yang Verdy lontarkan kepadanya sebelum cowok itu pergi dari kelasnya.

"Lo kenapa?"

Ayana menoleh menatap Rey yang tanpa ia sadari sudah sedari tadi memperhatikan dirinya. "Gue gapapa," gumam Ayana pelan, ia tidak ingin membuat guru yang tengah menjelaskan itu sadar kalau mereka tengah bercerita hingga mengakibatkan mereka bisa di hukum berdiri di tengah lapangan seperti yang biasanya terjadi pada Jeff dan Rey.

"kalau gak sayang kenapa harus di terima?" Gumam Rey yang tengah menatap lurus pada guru yang tengah menjelaskan itu, ia tau Ayana tengah memikirkan hubungan nya dan Gibran. Ia juga masih mengingat jelas dulu saat ia bertanya suka dengan Gibran atau tidak dan Ayana menjawab tidak.

"Cinta datang karena terbiasa Rey."

"Gue gak mau lo salah pilih orang." Gumam Rey tanpa melihat nya. Entah lah tapi begitu Ayana masuk ke circle nya, rasa ingin menjaga gadis itu meningkat begitu pesat sama seperti ia ingin menjaga Aull, gadis yang sudah di anggap adiknya sendiri.

Senyum yang terlihat samar muncul di wajah cantik nya, dia memang belum seminggu mengenal Rey, tapi ia dapat merasakan ketulusan yang Rey dan lain nya tunjukan padanya. Ia merasa seperti merasakan sosok kakak yang selama ini ia impikan. "Gue tau."

"Terus apa kabar dengan Verdy?" Wajah jahil itu muncul lagi membuat Ayana berdecak malas.

"Gue ga ada apa-apa sama dia." Ketus nya.

"Iya kan belum, keburu di tikung sama Gibran." Rey terlihat menahan tawa nya.

Ayana semakin kesal, kenapa Rey selalu membawa-bawa perihal Verdy? "Semoga bahagia ya." Satu kalimat yang tadi terus muncul di kepalanya kini muncul kembali, padahal itu hanya kalimat biasa namun aneh rasanya karena Verdy yang mengucapkan nya di tambah dengan senyum yang terlihat aneh di mata gadis itu.

"Nah? Nyesel kan? Harusnya Nunggu Verdy aja." Kekeh Rey lagi.

Ayana berdecak sekali lagi, "Apaan sih Rey!" Kini ia tidak bisa mengontrol volume suaranya hingga membuat guru menegurnya, al hasil sampai jam pulang pun Ayana memilih bungkam dan mengacuhkan ocehan Rey.

Suara ribut memenuhi lorong koridor dan sekitarnya, bel pulang sudah berbunyi jelas membuat para siswa siswi berhamburan ingin pulang, begitupun Ayana yang merasa lumayan lelah berada di sekolahan hari ini. Bukan cuma fisik nya namun telinga nya juga sudah lelah mendengar cibiran iri, selamat dan banyak lagi karena kabar tentang ia menerima Gibran yang menyebar cepat.

Mengenai cowok itu, Ayana belum bertemu dengan pacar barunya itu seharian ini, ia dengar Gibran sibuk berlatih futsal sejak pagi.

"SAYANG!!!"

Panjang umur.

Ayana memejamkan matanya sambil menghirup udara lalu menghembuskan nya kasar, kenapa Gibran harus berteriak keras dengan sebutan SAYANG itu!!! Lihat saja, bisikan-bisikan syaitonh itu kembali terdengar membuatnya pusing setengah mati.

"Duh!! Kak Gibran ganteng banget!!"

"Pengen di panggil sayang juga!!!"

"Iya sayang."

"Argghhh kenapa cakep banget!"

"Sial! Beneran pacaran!"

"Pengen ada di posisi nya Ayana anjir!!!"

"Gilak! Jiwa jomblo ku meronta-ronta!"

"Ayana! Sini sama aku aja"

"Hallah, yang habis di tolak Ayana gausah banyak omong."

END OF SEVENTEEN.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang