Lapangan indoor

1 1 0
                                    

"Na!!!"

Ayana menoleh begitu mendengar suara yang tidak asing baginya.

"Jangan lari-lari Aull." Peringat gadis itu membuat Aull yang baru tiba hanya menyengir sebagai tanggapan.

"Lo gapapa?" Ekspresi gadis manis itu tiba-tiba berubah menatap Ayana khawatir.

Kening Ayana mengkerut bingung, "Emang gue kenapa?"

"Gue udah denger yang masalah kemarin?"

"Kemarin?" Aull mengangguk.

Ayana berkata 'oh' tanpa suara, "As you see, gue gapapa."

"Duh, maafin gue yah? Kemarin gue ada urusan keluarga jadi ga masuk sekolah." Raut wajah gadis itu terlihat menyesal.

Ayana tersenyum tipis, "It's okay, jangan minta maaf, Lo gada salah." Jawab nya meyakinkan.

Aull meringis pelan, "Btw lo? Udah tau kalau Ervan udah pindah sekolah?"

Ayana yang hendak melangkah menjadi tersentak pelan, "Lo ngomong apa tadi?"

Aull mengangguk, "Ervan pindah sekolah."

"Lo tau dari mana?"

"Tadi ga sengaja ketemu iki di depan, teman nya Ervan. Karna kepo, gue nanya keadaan Ervan. Eh ternyata di kasih tau kalau Ervan udah pindah sekolah mulai hari ini." Jelasnya, ia juga cukup kaget mendengar itu tadi. Pasalnya dirinya dan Ervan juga cukup dekat, bahkan mereka sering kali nongkrong bersama, bercanda, curhat hingga bernyanyi bersama pun sering mereka lakukan namun kini cowok itu memilih untuk pindah. Untuk alasan pasti nya Aull pun tidak tau, karena saat bertanya pada iki tadi cowok itu malah ber 'kamu nanya, kamu nanya.' Membuat Aull kesal sendiri dan memilih minggat sebelum ia memutuskan menjadikan iki menu sarapan pagi nya. "Na? Lo gapapa?" Aull bertanya begitu melihat Ayana hanya bengong sendiri seolah sibuk dengan Fikiran nya.

Pandangan Ayana yang semulanya kosong kini beralih menatap Aull yang menatap nya cemas, "Gue mau cari Gibran dulu." Gadis itu bergerak pergi dengan terburu-buru, bahkan tidak memerdulikan Aull yang menegurnya hendak kemana. Fikiran nya berkecamuk minta di berikan penjelasan, bahkan tatapan datarnya kini terlihat goyah begitu memikirkan kemungkinan alasan Ervan pindah karena apa. Duh, baru berapa hari aja sudah bikin masalah lo,Na!

Jarak kelas Gibran dengan kelasnya lumayan jauh itu karena dirinya berada di IPS 1 sedangkan Gibran di IPA 1. Itu artinya kelas Gibran berada di jejeran paling ujung, namun sebal nya saat tiba di sana yang ia dapat hanya segerombolan siswi yang mengatakan kalau Gibran tengah berada di lapangan indoor. Dengan langkah cepat karena sebentar lagi bel masuk,Ayana memusatkan pandangan nya begitu di depan nya sudah terlihat pintu lapangan di tuju nya, namun baru saja ia ingin meraih gagang pintu, sebuah suara yang di kenali nya terdengar tengah berbincang di dalam sana.

Itu. Suara Gibran. Bagus, berarti cowok itu memang berada di sana, gadis itu hendak membuka pintu namun percakapan yang di dengarnya sebelum itu membuat tangan nya malah terdiam dengan posisi yang sama.

"Gue masih sayang sama Karina."

Ayana mematung, ia jelas tau suara itu berasal dari orang yang baru berapa hari menjadi kekasih dadakan nya.

"Terus si Ayana lo mau apain anjir!"

"Gue gatau."

"Lo sinting, kalau gatau mending kasih gue ajalah. Rakus banget semuanya cewek cantik mau lo ambil."

"Lo fikir dia mau sama lo?" Terdengar decakan pelan, "Gue gatau perasaan gue sebenarnya ke dia gimana, entah perasaan sayang atau penasaran. Secara mereka semua nge klaim Ayana jadi cewek tercantik di sekolah kita bahkan ngelebihin Karina dan itu ngebuat gua jadi terobsesi harus milikin dia, awalnya sih gue pengen ngedekatin nya perlahan-lahan aja sambil ngelupain Karina tapi karena gue perhatiin yang deketin dia masyallah banget banyak nya, jadi gue terobos aja eh dapat! Kebayang kan? Gimana merdekanya gue bisa nge dapatin cewek incaran satu sekolah? Gue bahkan yakin kalau bukan cuma anak sekolah kita yang ngincar dia."

END OF SEVENTEEN.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang