Sebuah pesan Spam yang masuk di ponsel nya membuat kegiatan Ayana yang tengah menari kan jemari nya di keyboard laptop nya menjadi terhenti, Siapa sih! Ia mendengus namun tetap meraih ponsel yang terletak di atas bantal nya.
Erfan? Kening gadis itu mengkerut begitu yang menjadi dalang ponsel nya terus berbunyi adalah Erfan, cowok yang mengajak nya berkenalan berapa hari yang lalu dan juga cowok yang berapa hari ini terus berada di kelas nya guna bermain gitar dengan Verdy dan yang lain nya.
"Gue gabisa."
Send
Satu kalimat itu Ayana ketikkan sebagai balasan untuk pesan Erfan yang ternyata mengajak nya bertemu malam ini, selain malas dan tengah tidak mood, Ayana juga tidak ingin membuat Gibran marah karena menerima ajakan cowok lain.
Meletakkan ponsel nya kembali dan mencoba fokus dengan laptop nya, namun belum juga berapa menit sebuah suara klakson yang berulang-ulang dari bawah membuatnya berdecak emosi. Ia yakin itu berasal dari halaman rumah nya. Dengan kaki yang di hentak-hentakkan Ayana berjalan menuju jendela, dan betul saja! Seorang cowok yang baru saja mengirimi nya pesan lah yang berada di bawah sana.
"Mau apa sih tuh orang!" Ayana mau tidak mau melangkahkan kaki nya turun menuju halaman rumah nya, memang untuk seminggu kedepan ia tinggal sendiri di rumah. Hal itu karena orang tua nya sedang mengantar adik perempuan nya keluar kota untuk melakukan Olimpiade sekolah.
Ervan yang asik memencet-mencet klakson motornya terkekeh garing begitu seorang gadis yang di nanti nya melangkahkan kaki dengan raut wajah kesal menghampiri nya.
"Kenapa sih van?" Ayana dengan cemberut membuka gerbang rumah nya dan langsung berdecak pinggang, "Kan tadi udah gue bilangin gabisa." Ketus nya. Berapa hari ini ia dan Ervan berteman cukup dekat membuat Ayana tidak segan lagi dengan cowok itu.
Ervan terkekeh hingga menampilkan satu lesung pipi di pipi kanan nya. "Ada yang mau gue omongin, ayo. Kita jalan-jalan bentar." Ervan hendak meraih lengan Ayana namun gadis itu sigap menghindar.
"Gabisa. Gue lagi nyelesaiin novel gue." Tolak Ayana, susah payah ia mengumpulkan mood nya untuk menyelesaikan Novel baru yang tengah ia buat.
"Jangan cemberut gitu, nanti cantik nya pudar." Goda Ervan dengan senyum manis nya. Cowok itu memang tipe cowok ceria yang manis dan cool secara bersamaan, jelas hal itu membuat banyak siswi menjadikan Ervan sebagai crush mereka. Apa lagi di tambah sikap ramah Ervan yang sudah menjadi ciri khas nya.
Wajah Ayana semakin terlihat cemberut menimbulkan desiran aneh di hati Ervan, menurutnya Ayana adalah sosok gadis yang sempurna, pantas saja dalam hitungan hari gadis itu sudah memikat hati banyak cowok di sekolahan dan mungkin saja di luar sekolah juga.
"Jangan gitu Ayana, lo manis kalau gitu! Bikin gue gabisa nahan buat nerkam lo." Ujar Ervan jujur, ia menahan gejolak aneh pada tubuh nya yang sangat ingin membawa gadis itu kedalam pelukan nya.
Merasa Ervan tidak akan berhenti menggoda nya, Ayana menghembuskan nafas pasrah. "Gausah goda gue terus! Gak mampan! Tunggu di sini, gue ganti baju dulu." Perintah nya lalu berbalik pergi tanpa mau mendengar balasan Ervan.
Di belakang sana Ervan mengacak rambut nya gemas, ia baru sadar gadis itu keluar dengan kaos oversise yang hanya sebatas paha saja! Karungin anak gadis orang salah Gak sih!!!
***
Motor besar milik Ervan yang di dominasi warna biru gelap berhenti di sebuah taman sepi di ujung jalan, fikir Ayana mungkin karena jam sudah menunjukan pukul 9 malam makanya jalan dan taman ini terlihat sepi. Walaupun dulu Ayana sempat tinggal di kota ini namun ia tidak pernah pergi jauh selain kesekolah dan berjalan-jalan namun hanya sebatas di sekitaran kompleks nya saja. Hal itu membuat gadis itu tidak terlalu mengetahui jalan.
![](https://img.wattpad.com/cover/322001339-288-k303214.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
END OF SEVENTEEN.
Romance⚠️SAMPUL DAN JUDUL MASIH SEMENTARA, SIMPAN CERITA AGAR MUDAH DI TEMUKAN. Bagaimana jika orang yang bertahun-tahun mencintaimu segenap jiwa nya juga orang yang menjadi sumber kebahagiaanmu ternyata adalah orang yang memberi akhir tragis pada hidup mu...