Room chat

2 1 0
                                        

"LANGIT!!!!"

"Oiii!"

"IN-I??" Ayana menghela nafas benar benar merasa frustasi melihat kelakuan Langit yang benar-benar di luar kendali nya. Bagaimana tidak? Tadi ia hanya pamit untuk mandi ke atas dan membiarkan langit untuk membawa makanan nya ke ruang tamu begitu cowok itu tiba entar dari mana. Dan begitu Ayana kembali menuju dapur guna mengambil minuman di kulkas, ia tentunya langsung syok melihat isi kulkasnya yang awalnya berisi sayur-sayuran dan bahan masak lain nya kini berganti dengan full berbagai macam cemilan

 Dan begitu Ayana kembali menuju dapur guna mengambil minuman di kulkas, ia tentunya langsung syok melihat isi kulkasnya yang awalnya berisi sayur-sayuran dan bahan masak lain nya kini berganti dengan full berbagai macam cemilan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayana memijit pelipis nya hendak limbung sebelum sebuah tangan menangkap bahu nya mencegah nya terjatuh.

"Lo kenapa? Sakit?" Langit berucap khawatir, bahkan raut Songong yang biasa membingkai wajah tampan itu kini terlihat lebih alami dengan raut khawatir itu.

"Ku-kulkas gue lo apain taik!" Ayana berucap dengan lemas sambil masih memijit pelipis nya.

"Oh? Itu-..."

"ISI KULKAS GUE YANG SEBELUM NYA MANA!"

"Gue buang."

Ayana ternganga menatap Langit tidak percaya, terlebih lagi cowok itu menjawab dengan nada yang santai nya kelewatan dan tanpa rasa bersalah sama sekali. "TERUS GUE MAU MASAK PAKE APA LANGITAIIII!" Teriak nya lantang hingga mampu membuat Langit menutup telinga nya. Ayana kembali menatap isi kulkas nya sambil memegangi dadanya mencoba bersabar atas ujian syaitonh yang sedang dihadapi nya. "I-ini semua buat apa." Gumam nya pelan namun masih bisa langit dengar.

Langit meringis, "Gapapa ya? Mulut lo kelewatan pedas soalnya, makanya gue beliin banyak makanan manis biar mulut lo ikutan manis kalau ngeluarin omongan.

***

"Lo ga risih apa?" Nita menyikut lengan Ayana begitu mereka memasuki lahan parkir dimana baru saja mereka turun dari mobil sudah puluhan mata yang menyorot Ayana dengan tatapan berbeda-beda.

Ayana sedikit menoleh sambil terus melangkahkan kaki nya, "Ga, b aja." Jawab nya jujur, ia sudah biasa menjadi pusat perhatian dan ia tidak apa selagi mereka tidak mengusik ketenangan nya.

"Ishh nasib orang cantik emang gitu ya? Ribet banget anjing tapi gue juga pengen!" Gadis itu menggerutu dengan gemas hingga membuat Ayana mendengus geli.

"Cantik itu petaka." Ujar Ayana memalingkan fokus nya ke depan.

"Ma-maksudnya gimana?"

Ayana kembali menoleh menatap Nita tanpa emosi apapun, "Lo bakalan lebih sering ngerasain sakit kalau lo cantik." Terang nya singkat.

"Bukannya konsep nya si pemenang adalah si cantik?" Bukankah memang begitu faktanya?

Ayana menggeleng geli, "Semakin lo cantik semakin besar juga kemungkinan lo gabisa dapatin yang tulus. Di jaman ini lo memang bakalan lebih di hargai kalau lo cantik, tapi hanya beruntung perihal itu dan fisik. Tapi soal hati?" Ayana kembali menatap ke depan seolah menerawang sesuatu. "Si cantik ga seberuntung itu." Lanjut nya membuat Nita terdiam bingung, ia kurang paham dan ingin kembali bertanya namun urung begitu melihat Ayana sudah berjalan jauh di depan nya.

END OF SEVENTEEN.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang