2. Mereka menerima aku.

101 5 3
                                    

Tania Pov

"Hai Tiff" aku menyapa Tiffany, salah satu sahabatku.

"Hai Tan, dan.. Hai Ter!" Tiffany mulai menggoda Teresa lagi.

"Tiffany! tidakkah kau berubah? kita baru masuk ke sekolah ini! dan sekarang kau sudah mengganggu sarapanku!" ah, Tiff memang tidak ada habisnya mengganggu Ter. Mereka selalu seperti itu. Mungkin dari antara mereka hanya aku yang wajar.

"Sarapan? apa yang kau maksud dengan sarapan, Teresa?! tiga tumpuk buku begitu?"Tiff tertawa dengan kerasnya.

Ah, tidak sama sekali. Aku tidak wajar. Aku lebih buruk dari mereka. Yeah, kalian bisa lihat Tiffany. Dia kaya, populer, cantik. Teresa? dia memang tidak kaya seperti Tiffany. Tapi, dia sangat jenius! aku ingat waktu kami menolong Tiffany saat berurusan dengan Jessica si gadis sombong itu. Teresa sangat pintar, dia tau kalau pelatih Tiffany pasti sudah pulang jam segitu. Jadi dia langsung mengajakku untuk ke laboratrium. Sedangkan aku? aku tidak ada apa apanya dibandingkan mereka berdua. Aku pendek, jelek, gendut, bodoh, ditambah mataku yang sipit menjadikan ku semakin mirip dengan gajah.

Tapi, pandanganku tidak lagi seperti itu. Tiff dan Ter telah mengubahku. mereka bukan mendadani ku atau semacamnya. Mereka mengubah pola pikir ku. Aku memang bodoh dalam bidang akademik. Tapi soal bidang musik dan bela diri aku jago nya!

Sampai sekarang aku masih bingung kenapa mereka mau bersahabat dengan orang seperti aku saat semua orang malah menjauh dariku. Semua orang mencemoohku. mereka bilang aku gendut. Ada yang bilang aku bodoh. Ada lagi yang bilang aku bau. Bahkan ada yang bilang aku gendut, bodoh dan bau bersamaan! huh! mereka memang menyebalkan. Tapi, itu memang benar sih.

Aku pernah mencoba menjauh. Tapi, mereka terus berusaha agar aku kembali.

3 Tahun lalu. Sekolah menengah pertama Fradais.

Aku sangat senang. Hari ini ibu memberiku lebih banyak uang jajan. Oh, lihatlah. Makanan yang lezat ini sudah diatas nampanku.

'Brak'

Arghh, gadis itu lagii! Menyebalkan! Makananku jadi jatuh semua!

"Ups, sorry.." Gadis sayur asem itu malah cekikikkan bersama teman temannya.

"Heh, gantiin dong! Masa cuma minta maaf?" bentakku.

"Ha? Apa? Gantiin? Males amat. Lo beli lagi aja. Oh, apa lo udah ketularan miskinnya temen lo?" Sayur asemm! Ketawa lagi!

"Kenapa? Kok diem?"

"Gue ga mau tau. Lo harus gantiin makanan gue." Geramku.

"Kalau gue ga mau gimana?" Seringaian menyebalkannya itu keluar.

"Lu harus gantiin!" Emosiku sudah naik ke ubun ubun. Kalian boleh saja ngambil duitku atau mengejekku, tapi soal makanan..

"Gue. Enggak. Mau."

Aku benar benar kesal padanya. Enak saja dia.. sudah salah ga mau tanggung jawab!

Aku melayangkan tanganku, ingin menamparnya. Tapi, ada yang mencegahku.

Rio? Ngapain dia ikut campur?

"Apaan sih lo?" Ujarku pada Rio.

"Apaan? Lo tuh yang apaan? Dikit dikit main tangan. Cewe macam apa lo? Gue kira lo anak baik baik. Sama kaya Tiff dan Tere. Tapi apa? Lo kasar." Kata kata Rio bagaikan belati yang segera menohok hatiku. Dia tidak berteriak atau membentak. Tapi kata katanya tajam.

Aku tidak akan mengeluarkan cairan bening itu seandainya Jessica yang mengatakannya. Tapi ini Rio. Rionallendro. Ketua tim basket di sekolah ini, sekaligus ketua kelasku. Dan juga pacar baru Jessica.

PythagorasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang