17. Pythagoras.

43 1 2
                                    

Kakiku mendadak menjadi lemas, pandanganku mulai mengabur karena airmata. Bibirku terkatup rapat. Ingatan tentang kebersamaan kami waktu kecil terputar.

Kak Fanya.

Airmataku mengalir deras. Mengapa hidupku begitu berat? Perpecahan Trio T, Pertengkaran dengan Kak Fanya, Diputusin Ardy dan menerima kepalsuan Reisfas, dan sekarang aku harus kehilangan Kak Fanya. Rasanya hatiku bukan sekedar retak, tapi sudah hancur menjadi abu.

Bagaimana pun Kak Fanya tetaplah kakak kandungku sendiri. Sejahat apapun Kak Fanya, seburuk apapun sikapnya padaku, kenyataan bahwa aku adalah adiknya tidak akan pernah bisa dipungkiri.

Rasa sesak didada yang semalam belum hilang, kini sudah bertambah. Aku merasakan dua orang memelukku. Aku menangis dan menjerit, rasanya begitu sakit sepeti ditusuk ribuan pisau dapur.

"Tiff.. lo kenapa?" Aku mendengar suaranya. Sudah lama aku tidak mendengarnya.

Teresa.

Kenapa dia memelukku?

"Tiff? cerita sama kami.. lo kenapa Tiff?" Kini suara Tania. Kenapa? kenapa mereka yang hadir disaat aku lemah seperti ini? Dimana yang lainnya?

Aku masih tak berkata kata, aku hanya terus menangis dan mengerang. Aku tidak tau bagaimana cara untuk memberitahu mereka tentang perasaanku sekarang.

-Pythagoras-

Tania Pov.

Aku berlari sambil membawa sebotol air mineral. Ini untuk Tiff, aku kaget waktu dia cerita soal Kakaknya.

"Tiff, minum dulu nih.." Aku menyodorkan air itu.

Tiffany menatap botol air itu. Pandangannya kosong, tapi aku rasa itu adalah reaksi kesedihannya.

Tiffany mendongak, ia menatap mataku. Matanya seperti mencari sesuatu. "Kenapa.. kali..an mau.. nolo..ngin g..ue?" Suaranya terdengar serak karena sehabis menangis.

Teresa memandangiku juga. Kami terdiam. Tidak tahu mau berkata apa. Aku mengeratkan genggamanku, botol air ini mungkin akan rusak jika aku terus melakukan ini.

"Karena kami sayang sama lo Tiff." Aku tidak tahu itu kebodohan atau bukan. Tapi itu keluar dari mulutku.

"Kenapa..? kenapa masih sayang sama gue? Kenapaa.." Suara Tiffany terdengar lirih. Setetes air mata jatuh dipipinya.

"Dulu kita sahabat,
teman begitu hangat
Mengalahkan sinar mentari.." Suara Tere terdengar.

"Dulu kita sahabat,
berteman bagai ulat
Berharap jadi kupu-kupu.." Aku melanjutkan bait selanjutnya. Entah kenapa air mataku jatuh, begitu juga dengan Tere. Sedangkan Tiff, dia sudah menangis sedari tadi.

"Kini kita melangkah berjauh-jauhan
kau jauhi diriku karna sesuatu
Mungkin ku terlalu bertingkah kejauhan
Namun itu karna ku sayang.." Kami menyanyikannya bersama, menangis bersama pula. Aku merasa seperti dalam FTV, aku juga merasa sangat cengeng.

Dulu, sewaktu kami kecil, lagu ini sangat sering kami nyanyikan. Tapi semakin kami tumbuh dewasa, lagu ini seperti hilang ditelan bumi. Dan sekarang, lagu ini yang menyatukan kami.

Lomba Pentas Seni.

Author Pov.

Terdengar riuh tepuk tangan penonton. Meski penontonnya hanya murid SMA Airlangga, tetap saja jantung Teresa berdegup kencang.

"Tenang Ter. Ga usah takut gitu, semua akan baik baik aja." Firma menepuk pundak Tere. Berulang kali Tere menarik nafas lalu menghembuskannya secara kasar.

"Thanks Fir." Firma tersenyum. "Mereka duduk paling depan?" Firma menggendikkan bahunya pertanda ia tidak tahu.

"Teresa! Cepet, sekarang giliran lo." Panitia penyelenggara Pentas kini sudah memanggil Tere. Tere merapal doa pendek dalam hati. Hanya sebuah lagu, lagu lama yang mungkin tidak diingat lagi oleh orang orang. Tapi tidak bagi Tere, lagu ini sangat bermakna.

Tere duduk di kursi ditengah panggung. Semua mata tengah tertuju padanya. Tere hanya berharap, setelah ini dia tidak akan ditertawakan siapapun.

"Saya akan menyanyikan sebuah lagu lama.. lagu yang mungkin sudah terlupakan. Lagu yang dalam maknanya. Lagu yang.. yang membuat saya bisa bersatu dengan sahabat sahabat saya." Tere memainkan gitarnya. Ia sudah berusaha keras untuk berlatih gitar dalam kurung waktu yang begitu singkat.

"Dulu kita sahabat
Teman begitu hangat
Mengalahkan sinar mentari

Dulu kita sahabat
Berteman bagai ulat
Berharap jadi kupu-kupu

Kini kita melangkah berjauh-jauhan
Kau jauhi diriku karna sesuatu
Mungkin ku terlalu bertingkah kejauhan
Namun itu karna ku sayang

Persahabatan bagai kepompong
Mengubah ulat menjadi kupu-kupu
Persahabatan bagai kepompong
Hal yang tak mudah berubah jadi indah" Tere terus memetik gitarnya. Matanya mencari dua orang yang ia sayangi. Sinar mata Tere redup seketika saat tidak menemukan dua orang itu.

Flashback.

"Gue mau nyanyiin lagu ini nanti. Di Pentas Seni." Tere menghapus jejak air matanya. Tiffany masih terus terisak. Tania mendongak.

"Buat apa Ter?"

"Ini kesalaha gue.. Gue ga bisa jagain kalian dari Reisfas.. Gue mau.. kalian hadir saat gue nyanyiin lagu ini, kalau kalian ga ada.. berarti kalian ga mau maafin gue. Kalau kalian ada, tandanya kalian maafin gue."

Setetes air mata Tere membasahi pipinya. Ia tidak boleh begini, ia harus tetap memainkan lagunya. Tanpa Tere sadari ada yang naik keatas panggung.

"Semua yang berlalu
Biarkanlah berlalu
Seperti hangatnya mentari

Siang berganti malam
Sembunyikan sinarnya
Hingga dia bersinar lagi" Tere mendongak, ia tidak percaya dengan orang yang kini menyanyi disebelahnya sambil tersenyum lebar. Tiffany.

"Dulu kita melangkah berjauh-jauhan
Kau jauhi diriku karna sesuatu
Mungkin ku terlalu bertingkah kejauhan
Namun itu karna ku sayang" Tere memalingkan wajahnya kearah sisi lainnya. Tepat disebelahnya, seperti Tiffany, Tania berdiri sambil tersenyum juga dan bernyanyi. Tere tersenyum bahagia, mereka melanjutkan lagu itu.

"Persahabatan bagai kepompong
Maklumi teman hadapi perbedaan
Persahabatan bagai kepompong

Persahabatan bagai kepompong
Mengubah ulat menjadi kupu-kupu
Persahabatan bagai kepompong
Hal yang tak mudah berubah jadi indah

Persahabatan bagai kepompong
Maklumi teman hadapi perbedaan
Persahabatan bagai kepompong
Kepompong.. Kepompong.." Suara tepuk tangan memenuhi seluruh gedung sekolah SMA ini. Tere dan kedua sahabatnya tersenyum lebar.

Persahabatan mereka kembali. Trio T kembali. Tawa canda mereka kembali. Masalah ini justru membuat mereka semakin erat. Seperti kepompong, persahabatan mereka berubah menjadi lebih dewasa, mereka tumbuh menjadi kupu kupu yang terbang bersama.

Mereka sekarang tahu apa yang harus mereka lakukan. Mereka adalah segitiga siku siku. Kenapa? karena sekarang, ketika ada yang menghilang dari mereka, mereka akan menggunakan Pythagoras. Dua orang bersatu, maka yang hilang akan kembali. Ini bukan pelajaran Matematika, ini pelajaran hidup. Persahabatan itu bukan soal kesamaan status, agama, suku atau keahlian. Ini soal orang orang yang saling menyayangi satu sama lain, meski mereka memiliki perbedaan.

*
Tamat? kayanya belom :p

PythagorasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang