14. Sendirian.

42 3 0
                                    

Angin yang berhembus membuat anak rambut Tere menari menari. Taman belakang sekolah, mungkin itu tempat yang cocok untuknya sekarang.

"Sendirian?" Teresa tau suara siapa itu. Pertanyaan yang keluar dari orang itu membuat Teresa tersenyum miring.

Sendirian.

'Ya, gue emang sendirian sekarang.'

Tere tidak mau menatap orang itu. Ia muak dengannya. Tere sangat kesal, ia kecewa dan marah. Lebih tepatnya ia merasa di bohongi dan dikhianati oleh orang itu.

"Maaf.." suara itu terdengar begitu lirih. "Maafin gue Ter." Tere menggeleng.

Maaf. Tere muak mendengarnya.

"Gue harus maafin siapa Fir? Semua orang berpaling dari gue. Dan yang dateng ke gue malah pengen. ngancurin gue. Bisakah gue maafin semua orang itu Fir?" Firma tersentak. Ia merasakan sengatan kecil yang menyetrum hatinya.

"Gue.. gue egois. Gue terlalu bego sampai mau aja ngelakuin apa yang disuruh Reisfas. Ma-"

"Ya, dan Reisfas berhasil ngancurin gue, Fir. Dia sukses, dia mendapat kemenangan besar."

"Gue akan jelasin semuanya Ter. Gue akan jelasin semua rencana Rei selama ini."

"Rei pengen ngancurin lo Ter. Dia pengen misahin lo, Tiffany, dan Tania. Dan ketika dia udah berhasil ngalihin Tiffany. Dia ngincer Tania. Dia yang nyuruh Sarah untuk deketin Tania. Kalian ga tahu apa apa. Semakin lama lo dan Tania semakin menjauh. Kalian jarang bersama. Kalian bertengkar karena hal sepele. Dan Rei ngegunain kesempatan itu dengan baik. Dia nguasain Tiff dengan tangannya sendiri, sedangkan Tania lewat Sarah.. dan lo lewat gue.."

"Kenapa lo mau Fir? kenapa?" Firma bisa melihat kesakitan dari mata Tere walau suaranya terdengar datar.

"Gue dijebak, Sarah juga.. Sarah diancam tentang keluarganya dan gue.."

"Ardy.." Tere memotong ucapan Firma cepat.

"Ya, lo tahu gue suka dia. Rencana Rei berhasil. Dia berhasil misahin lo dan Tania. Hanya itu yang gue tahu."

Teresa menatap Firma lekat lekat. "Yakin? Lalu kenapa Tiff bisa pacaran sama Ardy?" Firma menunduk. Ia tidak tahu harus berbicara apa.

"Itu masih taktik Rei, Fir. Dia cuma ngejanjiin kosong ke elo. Dia justru ngasih Ardy ke Tiffany. Dia udah dapetin masing masing dari Trio T, dan dia ingin menghancurkannya perlahan." Firma masih tertunduk. Ia mengingat kejadian dimana ia dan Rei sedang berbicara. Ia menanyakan mengapa Ardy justru jatuh ke Tiffany. Dan Tere melihat ah, tidak. Tere juga mendengarnya.

"Kalau lo tau, lo akan biarin ini terjadi Ter?" Firma bertanya dengan ragu ragu.

"Gue udah tahu. Tapi Rei belom nyadar soal gue yang tahu tentang ini. Dan gue minta lo tutup mulut. Gue ga bisa nyelamatin Tiff dan Tania. Yang gue bisa lakukan hanya menghindar dari rencana Reis terhadap gua."

"Jadi...." Firma menggantung kalimatnya. "Lo akan biarin mereka sengsara ditangan Rei?"

Teresa tersenyum pahit. "Apa yang bisa gue lakukan Fir? ga ada yang bisa dilakukan seorang mantan sahabat." Perntanyaan Tere terdengar begitu sedih. Ya, ada kesedihan disana.

"Seperti pacaran, kalau lo putus dan jadi mantannya.. bukannya lo bisa balikan lagi?" Pertanyaan Firma membuat hati Teresa bangun. "Lo.. bisa balikan lagi sama mereka, Ter." Firma meninggalkan Tere. Tapi Tere tidak sendiri, ia bersama dengan fikirannya.

"Balikan lagi? itu sama aja kaya nulis buku atau surat yang isinya sama dua kali. Ga akan bagus."

Tapi, lo bisa nulis hal yang baru kan?

Ini terus mengganggu fikiran Teresa. Apa yang harus Tere lakukan? Memperbaiki vas bunga yang pecah? membiarkan itu tetap pecah? atau membeli vas yang baru?

*
Jawabannya gatau. Pendek lagi? iya, lagi males.

Gue tau lo pada pasti bingung, kok tiba tiba jadi gini? nyelow aja, nanti bakal keungkap.

Thx.

PythagorasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang