XXIII. Saling Berjanji

1.4K 169 26
                                    

"Ya mulia" panggil Qiao Louhan.

"Bagaimana? Katakanlah" jawab Bai Fengjiu tanpa memandang pelayan pribadinya tersebut.

"Ya mulia kaisar tidak kembali ke kamar. Tetapi ia pergi menemui selir Zhou. Sekarang mereka berada..."

"Hentikan!" ucap Bai Fengjiu menghentikan perkataan Qiao Louhan.

"Tapi ya mulia" Qiao Louhan mencoba menenangkan pembicaraan.

"Pergilah, tinggalkan aku sendiri!"

"Baik"

Sambil menatap kosong, Bai Fengjiu berkata dalam hati "Apakah kau mulai menyukai Zhou Zishu? Mungkin sudah saatnya untuk tidak berharap"

-----👑-----

Malam ini bukanlah malam yang biasa. Baru saja ia menggerutu dalam hati, tiba - tiba sang kaisar sudah datang menemui. Rasa gugup dan senang bercampur menjadi satu. Dia hanya bisa diam dalam kecemasan. Di dalam paviliun kayu putih, Wen Kexing dan Zhou Zishu berbicara tenang untuk pertama kali.

"Apakah istana memperlakukanmu dengan baik ?" tanya Wen Kexing membuka pembicaraan.

"Tentu ya mulia. Mereka semua sangat baik dan peduli padaku" jawab Zhou Zishu di akhiri dengan senyuman.

"Lalu, apakah Beiyuan telah mengatakan sesuatu yang aneh?"

"Tidak ya mulia. Tuan Jing sangat perhatian padaku. Dia sangat lucu"

Dengan ragu, Wen Kexing berkata "Benarkah? Aku sempat berpikir bahwa dia akan menggodamu dan mengatakan hal aneh tentang ku".

"Mengapa kaisar bisa menebak dengan benar?!" batin Zhou Zishu.

Zhou Zishu tersenyum pasrah membalas pernyataan Wen Kexing.

"Baiklah. Aku pikir selama ini aku terlalu kejam padamu. Apa sebaiknya aku harus berubah?!. Bagaimana menurutmu, selir Zhou?"

"Ya mulia aku, aku tidak pantas menilai dirimu. Jadi aku tidak bisa menjawabnya" tolak Zhou Zishu dengan pelan.

"Sudah kuduga, pasti kau mengatakan bahwa aku memang kejam" tebak Wen Kexing menatap sang selir.

"Huh?"

"Selir Zhou, kau tau bahwa aku tidak bisa melihat musuhku melarikan diri dari hukuman. Sama sepertimu, aku tidak ingin kau pergi lagi dari istana. Tapi setelah kita menikah, alangkah lebih baik jika kata 'musuh' digantikan dengan kata 'kepunyaan'. Sekarang kau bukan lagi jadi tawanan bagiku. Tetapi kau adalah selir kedua dari kaisar Wen. Salah satu dari orang - orang kepercayaan Jhuwen. Aku berharap kau memikul tanggung jawab sebagai selir" jelas Wen Kexing dengan tenang.

Tidak menjawab, namun Zhou Zishu menanggapinya dengan raut wajah serius.

"Atas kematian ayahmu, aku minta maaf" kata Wen Kexing dengan tulus.

"Jangan katakan itu, ya mulia. Seharusnya aku yang harus disalahkan atas semua yang telah terjadi. Aku tidak percaya bahwa kau telah melepaskan ayahku keluar istana. Aku berpikir bahwa dia terbunuh oleh pasukan kerajaan hanya karena desas - desus istana. Maaf ya mulia.." ucap Zhou Zishu mengubah suasana menjadi haru.

"Zhou Zishu?" Wen Kexing memanggil.

"Iya, ya mulia"

"Apa kau tau, mengapa aku sangat membenci Zhou ?"

Zhou Zishu menggelengkan kepala pelan.

"Ibu meninggal saat aku berumur 5 tahun. Pelakunya adalah tabib yang bermarga Zhou. Setelah kematian ibuku, ayah bertekad akan membunuh semua orang yang bermarga Zhou baik itu pria atau wanita. Sebab itu di Jhuwen tidak ada seorang pun yang bermarga Zhou. Akhirnya dendam ayah sedikit demi sedikit mulai redah. Setelah kematian ayah, aku diangkat menjadi kaisar lalu menikahi permaisuri Bai dan selir Ling. Namun sampai saat ini, tidak mempunyai seorang putra dan hanya memiliki satu orang putri. Aku mencoba untuk menerima kenyataan. Akan tetapi tidak untuk Jhuwen, kerajaan ini membutuhkan seorang penerus darah asli Wen. Berbagai cara telah dilakukan, termasuk meniduri setiap wanita Jhuwen yang terpilih."

Queen of Omega (WenZhou) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang