Bab 19 : Drama balik ke Jakarta

67 4 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah menerima chat dari Jaemin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah menerima chat dari Jaemin. Mark mulai menghitung jumlah teman-temannya yang sudah berkumpul di bawah menunggu alat transportasi yang akan membawa mereka ke bandara. 1. . 2. . 3. . 4. . 5. . . . .

"Kok cuma 32 ? O iya Jaemin Chenle belum turun. Ehh brati masih kurang 1 dong, siapa nihh tuyulnya yang ilang." Batin Mark sambil mencoba mengingat - ingat siapa temannya yang belum berkumpul di bawah.

Mark membuka grup kelasnya di Line dan mencocokkan satu persatu anggota grup dengan kumpulan manusia disana. Yang baru Mark sadari, tuyul yang tak bersama kumpulan tersebut adalah beruangnya, Haechan.

Mark mencoba menelpon nomor Haechan. Tapi tak ada jawaban hanya nada dering saja. Ia pun membuka kembali room chat nya dengan Jaemin.
.
.
.
~di kamar Jaemin~

"Chenle buruan ihh beres-beresnya. Udah ditungguin bocah-bocah di bawah ! Gw udah pengen ketemu pangeran gw tauu ! Ucap Jaemin sambil cemberut dan memainkan hp nya. Ia duduk di pinggiran ranjang, menunggu Chenle yang belom selesai beberes kopernya.

"IYAAAA INI DIKIT LAGI KELARR ! SABARR WOEEE !" Jawab Chenle dengan penuh penekanan emosi. Tangannya masih terus merapikan baju-bajunya.

Ting
Ting
Ting

Jaemin mengecek ponselnya yang berbunyi.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaemin menghela nafas panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaemin menghela nafas panjang. Ia letakkan handphone nya ke dalam saku celana panjangnya dan bergegas mengangkat tas ranselnya.

"Ayokk Chenlee ! Angkutannya udah nyampe." Omel Jaemin sambil membuka pintu.

"Iya ini udah Nyaiiikk !" Chenle pun menggeret kopernya ke arah Jaemin. Ia menengok ke sekeliling kamar, memastikan tak ada barang yang tertinggal lagi.  Setelah sampai di depan Jaemin yang sudah berada di depan pintu, Chenle menutup pintu kamar tersebut.

"Dah kuy" Chenle mencolek pipi Jaemin mengajaknya turun ke bawah.
.
.
.
Setelah Jaemin dan Chenle turun, mereka pun bergegas mengangkut barang mereka ke dalam bus besar yang akan membawa anak-anak SMA FX ke bandara.

Semua siswa pun duduk dalam bus setelah menata barang mereka di bagasi.

"Okehh, udah komplit semua, kita berangkat." Ucap Jaemin setelah usai menghitung penghuni bis yang mereka tumpangi.

"Jaem Jaem, gw belum lihat Haechan." Ucap Renjun sambil agak teriak, karna Renjun duduk di barisan sebrang Jaemin dan berjarak 2 kursi ke belakang.

Jaemin menepok jidat nya sendiri. Yang lain juga cuma pada cengo ngelihat Renjun. Yang dilihatin begitu, cuma heran.

"Kenapa lo pada lihatin gw begitu ?"

"Haechan udah pulang duluan maniss. ." Ucap Felix dari kursi paling belakang.

"Lahh kapan ? Kok gw ga tau ?"

"Lahh aneh ! Sekamar baru nyadar sekarang !" Lia berucap dengan memutarkan bola matanya

"Beneran Jaem ?" Tanya Renjun pada Jaemin. Yang ditanya hanya mengangguk sebagai jawaban. Semua pun kembali duduk dan melanjutkan perjalanan sampai ke bandara. Tak butuh waktu lama. Mereka telah sampai di bandara. 7 hari mereka di jogja telah habis dan diisi dengan berbagai memori indah di kota kesenian ini.
.
.
.
"Mark, mark. . Ada kresek ngga ? Gw mual nihh." Ucap Renjun sambil menutup mulutnya. Baru 5 menit pesawat mengudara, Renjun sudah mual. Beruntung Mark yang duduk di sebelah Renjun menyediakan banyak kantong kresek serta minyak kayu putih dan antimo untuk Renjun.

Mark mengurut tengkuk Renjun setelah memberikan kresek pada Renjun. Ia mengoleskan minyak kayu putih di tengkuk Renjun sambil memijit-mijit pelan. Usai Renjun mengeluarkan semua isi perutnya, ia menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi pesawat. Mark pun mengolesi bagian leher hingga dada Renjun dengan minyak kayu putih. Setelah itu mengambil alih kresek berisi muntahan Renjun dan menyodorkan antimo serta air putih untuk Renjun.

"Nii diminum dulu, abis itu dimeremin, biar ngga mabok lagi." Mark tersenyum sambil mengelus pelan kepala Renjun. "Gw buang ke sampah di toilet dulu yaa. ." Pernyataan Mark hanya dijawab anggukan oleh Renjun.

10 menit kemudian, Mark kembali ke tempat duduknya, matanya melirik ke arah Renjun yang masih duduk lemas sambil melamun.

"Mikirin apa sih. Sampe mabok di pesawat. Lo kan biasanya mabok kalo udah kelamaan di pesawat. Ini baru 5 menit lho njun !"

"Gw kepikiran Haechan" Mark hanya diam tak menanggapi ucapan Renjun. Mark tau, Renjun belum menyelesaikan ucapannya.

Renjun sedikit memijat pelipisnya. "Kok yang lain pada tau kalo Haechan pulang duluan. Lah gw ngga tau. Padahal gw sekamar, setempat tidur juga sama Haechan. Lo juga tau Haechan udah pulang duluan ?"

"Ngga, gw baru tau tadi, waktu Jaemin bilang."

Renjun menghela nafas panjang "Apa Haechan emang ngga ngasi tau kita ? Apa gw yang terlalu cuek sampe ga sadar Haechan ilang dari 2 hari lalu ?"

"Ngga gitu Njun. Terakhir kan Haechan tidur di kamar Jaemin Chenle. Lo pasti ngira nya juga dia disana sama 2 manusia itu. Dan mungkin aja, Haechan ngga ketemu kita waktu dia mau balik duluan."

"Setidaknya kan bisa line gw kan Mark. Apa gw ada salah ya sama Haechan ?" Mark menatap sendu Renjun yang masih setia memejamkan mata nya sambil sesekali memijat pelipisnya.



Laskar Pelangi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang