Sinar matahari sore yang cerah ini membuat Haechan gelisah tak menentu. Sedari tadi ia duduk berdiri sambil berlalu lalang di sepanjang sofa. Terus menerus seperti itu, hingga ketika ia melihat Chenle dan Jisung yang baru saja membuka pintu rumah.
"Hahh, gw ga bisa diginiin mulu. Ayo Chen, Ji, ikut gw!" Haechan menggandeng tangan Chenle di kanan dan Jisung di kirinya, kemudian menyeret 2 manusia itu keluar dari rumah bersamanya. Chenle dan Jisung yang merasa bingung hanya mengikuti Haechan tanpa adanya penolakan.
.
.
.
"Pak mau es krim yang rasa truffle dong satu!" Haechan langsung menyambangi gerai es krim ketika mereka bertiga telah sampai di taman deket kos."Dihh, kok satu aja ? Padahal datengnya bertiga, jadi nyamuk ya dek ? Hahahaha. . " Tukang es krim tersebut menggoda Haechan yang membuat Haechan merengut.
"Hishh ga jadi beli lah. Bapaknya tidak ramah ! Bintang 1 jempol ke bawah ! Wlee" haechan kabur begitu saja setelah mengejek tukang es krim dan meletakkan es krim yang tadi sudah dibuka bungkusnya di atas meja si bapak penjual es krim.
"Dasar anak muda pundungan. Woi dekk, temennya dia kan lu, nih dibayar dong. Udah dibuka sama temen lu" Terpaksa Chenle pun membayar es krim yang telah dibuka Haechan dan memakannya. Jisung dan Chenle tidak mengejar Haechan dan memilih duduk di kursi taman dekat si penjual es krim sambil menikmati langit senja.
.
.
Haechan berhenti di pinggir sungai yang airnya berwarna keruh. Ia memandangi sungai tersebut sambil manyun-manyun.
"Kok tadi es krim nya gw balikin yaaa hahh !" Haechan menghela nafas menyesali kebodohannya meninggalkan es krim yang ia inginkan begitu saja."Harusnya tadi gw bawa kabur aja es krimnyaa huaaaa" Rengek Haechan sambil sedikit memukul mukul pembatas sungai.
"Ahhhh padahal pengen es krim nya tadiiiii huaaaa. . .si bapak pake ngeselin sih tadi. Tapi kok gw kesel padahal cuma digituin huaaa. . . Maakkk abaahh Haechan pengen es krim truffle" Haechan berteriak di pinggir sungai sambil menangis membuatnya menjadi pusat perhatian orang-orang sekitar.
Haechan membalikkan badannya dengan kesal dan menemukan sebungkus es krim truffle yang tadi ia inginkan ada di hadapannya.
"Wahh apakah ini hadiah dari Tuhan? Doa orang terzolimi emang paling top" gumam Haechan sambil melihat sebungkus es krim yang berada di hadapannya. Tangannya berusaha mengambil bungkus tersebut, namun bungkus es krim itu menjadi semakin tinggi dan berputar-putar sehingga tak tergapai. Dan yang mengejutkan ia baru saja menyadari bahwa es krim tersebut berada di tangan Jeno teman sekos nya."Loh loh loh. . " heran Haechan sambil menepuk nepuk pipi Jeno
"Lah loh lah loh aja lu bayi !" Ucap Jeno sambil menghempaskan tangan Haechan dari pipinya
"Lagian lo tiba-tiba muncul udah kek jin botol, mana bawain es krim pula. Jualan es krim lo sekarang ?!"
"Hehh gw tu kasian sama lo, udah dibully ma tukang es krim, ga jadi dapet es krim, ditinggalin chenle jisung, ehh ngerengek kek orang gila di pinggir sungai. Makanya gw beliin nihh buat lo. Malah dikatain gw nya. Gw ambil lagi neh kalo lo ga mau ?"
"Ihh Jeno, kalo udah niat ngasi ke gw mah ikhlasin dong. Masa mau diambil lagi" langsung Haechan menarik sebungkus es krim Truffle tersebut dari tangan Jeno dan melahapnya. Jeno gemas melihat Haechan makan seperti anak balita pun mengusap rambut Haechan sambil tersenyum. Kedua insan itu pun menikmati matahari tenggelam di pinggir sungai dengan Haechan yang memandang es krimnya dan Jeno yang terfokus menatap Haechan. Tanpa menyadari kehadiran 2 sosok lainnya di belakang mereka yang memandangi 2 insan tersebut dengan mata sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laskar Pelangi (END)
Teen Fiction[LENGKAP] 7 remaja tanggung yang hidup dan tinggal di lingkungan yang sama menimbulkan berbagai macam perasaan pada diri masing-masing. Kisah cinta remaja yang sedikit rumit dan penuh drama pun melanda ketujuh pemuda tanggung tersebut. yang penasa...