Bab 17 : Diskusi Meja Bundar

65 5 0
                                    

Matahari sudah memancarkan cahayanya sangat terang. Bayangan tubuh pun nampak seperti bulatan di sekeliling jika berada di luar ruangan. Seonggok manusia yang tampan baru saja keluar dari kamarnya. Masih dengan mengenakan kolor dan kaos polos. Ia berjalan menuju ke dapur sambil menguap beberapa kali. Rambutnya masih acak-acakan, bahkan mata nya hanya terbuka sedikit. Mark mengambil minum air dingin untuk menyegarkan tubuhnya yang masih terasa sangat mengantuk. Selesai dengan urusan tenggorokannya, Mark hendak kembali menuju kamarnya melewati pintu kaca taman belakang vila. Ia melihat seonggok manusia manis sedang duduk santai di kursi, mendengarkan earphone sambil bersenandung, tak lupa dengan seteko jus jeruk yang berada di atas sebuah meja bundar disampingnya. Mark tersenyum melihat Haechan yang nampak sedang bersantai sendiri. Ia pun berjalan menghampiri Haechan dan mendudukkan dirinya di sebuah kursi lain di samping meja bundar.

"Haechan" Panggil Mark pelan sambil menepuk pundak Haechan.

Terasa ada yang menepuk pundaknya, Haechan membuka mata dan melepaskan earphone dari telinganya. Ia menengok ke arah samping. Haechan menaikan sebelah alisnya sambil menatap Mark.

"Kenapa?"

"Yang lain pada kemana ? Lo sendirian di vila ?"

"One by one kalo tanya tuu  ishh ! Bestie pada keluar. Pada mau city tour katanya" Jelas Haechan sambil tersenyum tipis. "Tapi gw ga tau kalo lo tanya Renjun dimana. Jawaban pertanyaan kedua, as you can see, gw ga sendirian. Nih gw ditemenin makhlus halus campuran Kanada wkwkwk" Haechan menjawab sambil tertawa kecil. Mark hanya ber-oh mendengar jawaban Haechan. Memang hari ini adalah hari ke 3 kelas 11 SMA FX berada di D.I Yogyakarta. Mereka memiliki jam bebas tanpa jadwal khusus karena tugas penelitian sudah mereka selesaikan di hari kedua kemarin.

Tapi 1 menit kemudian, wajah Mark berubah menjadi sedikit panik dan agak pucat "Lo tadi bilang apa ? Ditemenin makhlus halus ? Seriusan Chan, emang lo bisa ngelihat begituan ? Dimana Chan ?" Haechan tertawa kencang mendengar pertanyaan Mark.

"Iyaa, makhluk halusnya lagi duduk di kursi sebelah. Abis nanya banyak banget lagi wkwkwk" Haechan menunjuk Mark sambil tertawa kencang.

"YEEE. . Gw kirain beneran ada !" Mark menghela nafasnya lega. Ia mengambil gelas Haechan dan meminum jus jeruknya. Setelah habis hampir ½ gelas, Mark menyenderkan tubuhnya pada sandaran kursi menikmati suasana sekitar taman belakang dan terciptalah suasana hening diantara keduanya.

"Ehhmm Mark"

"Yaa ?"

"Gw mau nanya deh ke lo. Tapi gw harap lo jujur Mark jawabnya. Bisakah ?"

"Sure. You can ask me anything"

"Ehhmm. . Perasaan lo ke gw sebenernya gimana sih Mark ? Gw takut kalo misalnya gw punya perasaan dan berharap lebih ke lo Mark. Gw bingung dengan sikap lo ke gw selama ini."

Mark nampak berpikir sejenak. Ia menoleh ke arah Haechan yang sedang menunduk menatap rerumputan di bawahnya. "Honestly Chan, gw nyaman sama lo. Gw seneng kalo lihat lo seneng. Gw juga pengen having a relationship with you Chan. Gw sedih kalo lihat lo sedih."

"Kalo lo punya perasaan lebih ke gw. Terus Renjun gimana ?"

"Why Renjun ? Ga ada hubungannya Haechan. We're talking about us."

"Ada. Lo sama Renjun pacaran kan ? Gw sama Renjun juga temenan. Ga mungkin kan gw jadi pelakor nya dia" Haechan tertawa kecil menertawakan dirinya sendiri.

"No Chan. We're not in that kind of relationship. Gw sayang sama Renjun. Dia udah gw anggep adik sendiri Chan. I treat him the same way as i treat my little brother. He do the same too. Treat me as his big brother."

"Hahahaha. . Lucu banget Mark alesan lo. Basi ! Kalo gitu, lo mau kalo kita pacaran ?" Mark mengangguk mengiyakan pertanyaan Haechan. Dengan helaan nafas berat, Haechan melanjutkan kembali pertanyaannya.  "Kalo gw bilang syarat kita pacaran lo harus jauhin Renjun. Lo bisa ?"

Mark terdiam mendengar pertanyaan Haechan. Ia memang menyukai Haechan lebih dari sahabat. Tapi ia lebih menyayangi Renjun yang sudah seperti adiknya. Haechan tertawa kecil melihat Mark yang terdiam dan nampak berpikir keras, bahkan tak berani menatap Haechan.

"Hahhh, gw becanda Mark. Ga perlu serius banget." Mark menghela nafas lega.

"Eitss, bagian mana yang becanda ?" Tanya Mark penasaran dengan maksud bercanda yang dikatakan Haechan.

"Semuanya. Yang gw omongin ke lo dari awal." Raut wajah Mark menekuk, matanya berubah sendu. Haechan melihat sejenak ekspresi Mark dan kembali melihat ke depannya. "Yaudah gw ke dalem dulu. Ga usah dipikirin omongan gw tadi. Btw, i wish you happy with him". Setelah mengatakan itu Haechan membawa gelas jus nya dan berlalu meninggalkan Mark sendiri yang masih termenung di kursi di sebelah meja bundar yang menjadi saksi pembicaraan serius mereka berdua.

"Ternyata dia lebih sayang Renjun daripada gw. Gapapa Haechan. Masih banyak ikan di laut, burung di udara, dan cacing di tanah. Mark is not the only one.  Dia cuma salah satunya aja. Ga boleh egois. Ga elit jadi pelakor temen lo ndiri" Batin Haechan sambil berjalan menuju ke dapur meletakkan gelas hingga akhirnya masuk ke dalam kamar.

Laskar Pelangi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang