Bab 20 : Anjing yang Pembangkang

79 5 0
                                    

Sudah lebih dari 2 minggu anak-anak FX pulang dari studi tour nya di Jogja. Mereka kembali ke aktivitas pelajaran seperti biasa. Selama itu pula, Haechan tak kunjung masuk sekolah. Bahkan, Haechan tak menginjakkan kakinya sama sekali di kos Sudirman. Mungkin saja kamar Haechan sudah mulai ditutupi oleh sarang laba-laba di beberapa sudutnya.

2 minggu ini, Renjun jadi sangat pendiam. Sering melamun dan sedikit makan. Ia juga jadi jarang mengomel. Wajahnya selalu nampak lesu seperti orang yang teramat lelah. Teman-teman sekos nya pun merasa heran. Selama 2 minggu absen nya Haechan, selama itu pula Renjun tak bertenaga. Bahkan para anggota kos sudah bergantian menghibur atau bahkan mengejek Renjun dengan sengaja agar Renjun mengomel seperti biasanya. Namun, usaha mereka tak membuahkan hasil.

Jeno yang melihat kondisi Renjun pun merasa tak tega. Ia sudah mendengar cerita selengkapnya dari Chenle tentang kisah cinta Mark-Renjun-Haechan. Jeno cukup paham dengan situasi Haechan yang masih ingin menyendiri, mencoba mentralkan perasaannya sendiri. Namun, ia juga tak tega melihat teman sekos nya yang seperti ini. Dengan inisiatifnya sendiri, ia pun mencoba menanyai kabar Haechan. Berharap ada kabar yang bisa disampaikan pada Renjun.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno menghela nafasnya dan menutup ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno menghela nafasnya dan menutup ponselnya. Ia menuju ke kamarnya. Masih ada tugas yang harus dia kerjakan.
.
.
.
Haechan menatap sendu room chatnya bersama Jeno. Ia menutup ponselnya dan kembali menyeruput segelas teh tarik di depannya.

"Kenapa lo ?" Jaemin bertanya pada Haechan yang tepat berada di depannya.

"Gw di line Jeno. Dia nanyain kabar. Ples bilang tentang kondisi Renjun." Haechan menatap 2 orang yang berada di depannya dengan tatapan mata yang berkaca-kaca.

"Terus ? Kenapa lo jadi lemes gitu ?"

"Gw. . Salah ya Jaem Jis ? Emang beneran gw yang bikin Renjun sampe begitu ?"

"Kalo soal lo diemin Mark dan acara kabur lo ini, gw masih bisa mentolerir. Tapi kalo soal lo diemin Renjun, gw rasa itu salah Chan."

"Kenapa Ji ? Gw kan cuma sedang berusaha menetralkan perasaan gw ke Mark. Biar ikhlas lahir batin gw kalo lihat Renjun sama Mark"

"Renjun ga tau Chan kalo Mark deketin lo. Dan lagi, apa lo udah tanya ke Renjun soal perasaan dia ke Mark ? Lo nyimpulin sendiri kan kalo Renjun cinta sama Mark ?!" Imbuh Jisung panjang lebar. Jaemin hanya diam mendengarkan petuah yang disampaikan pacarnya.

"Gw ga mau kalo Renjun sedih nantinya. Apalagi kalo dia beneran punya perasaan more than brother ke Mark. Bisa gila gw karna merasa bersalah udah ceritain kisah gw sama Mark."

"At least lo ga kabur gini chan ! Nihh kalo diitung ya, dosa lo udah banyak banget. Kabur dari masalah, diemin Renjun, boong ke anak kosan, dan yang paling parah lo ngebuat gw ama Jaemin ikutan dosa juga." Haechan hanya menyengir mendengar penuturan Jisung. Jaemin hanya mengangguk tanda setuju dengan kekasihnya.

"Gw tau perasaan lo masih berat buat ketemu mereka berdua. Tapi setidaknya jangan egois. Paling ngga, lo bisa kan ngasi kabar Renjun. Atau setidaknya nongol di grup. Biar temen lo yang satu itu ngga resah gundah gulana tak menentu mulu kaya gitu."

Haechan mulai menundukkan kepalanya, ia mulai merenung dengan perkataan Jisung yang ada benarnya. Haechan memang sangat kekanakan. Ia membalas semua pesan dari teman kos nya kecuali Renjun dan Mark. Jaemin, Jisung, dan Chenle pun bahkan tau jika Haechan telah kembali ke Bandung selama 2 minggu ini. Dan terkadang 3 orang ini akan berkunjung ke kota asal Haechan untuk memberikan catatan pelajaran di sekolah.

"Lo juga masih murid SMA FX chan ! Jangan cuma gara-gara masalah cinta lo, pendidikan lo jadi kacau" tambah Jisung. Ia menyeruput teh rempahnya yang sudah tersisa sedikit.

"Nana mau pulang jam berapa ? Udah malem nihh"

"Nginep tempat gw aja kali Jis"

"Gratis ngga Chan ?"

"Iya gratis. Ganti biaya tutup mulut dan penasehat gw."

"Alhamdulilah Jiii, dapet gratisan hehehe 🤑🤑 ada makanan kan chan ?"

"Banyak"

"Astagaaa berkah banget gw hari ini, ga sia sia nyamperin manusia dajjal"

"Tapi di luar gang, lo harus bayar wkwkwkwk"

"Ihh nyebelin lo Chan !"

"Haha becanda Jaem gw becanda. Emak Abah gw mah banyak stok makanan kalo gw lagi di rumah."

"Btw chan, emak abah lo ga nanyain kenapa lo ga balik-balik ke Jakarta ?"

"Ngga, mereka seneng anaknya di Bandung. Kalo bisa udah ngga usah balik lagi ke Jakarta." Jawab Haechan diselingi tawa kecil mengingat jawaban ibunya pada saat Haechan pulang ke rumah.

Setelah itu, mereka bertiga pun pulang ke rumah Haechan untuk mengistirahatkan tubuh mereka.



Laskar Pelangi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang