Bogor, November 2016
Bus yang ditunggu Saga berhenti tepat di depan halte. Saga melangkah masuk, namun bukannya lambaian disertai senyum sehangat mentari, ia malah disambut dengan wajah datar Katara, yang tampak sedang tenggelam dalam pikirannya. Tumben. Saga berjalan mendekat, berusaha terlihat tidak peduli, kemudian duduk di kursi sebelah Katara, menyadarkan Katara akan kehadirannya.
"Kok lo udah di sini?" Katara terkejut, kemudian melihat sekitar. "Kok udah sampai sini..? Perasaan, gue baru aja naik..?"
Saga bingung. "Ngelamun mikirin apa lo, sampai nggak ngeh sekitar?"
"Nggak mikirin apa-apa," Katara berusaha mengembalikan kesadarannya.
Saga diam-diam melirik, memperhatikan Katara yang tingkahnya aneh pagi ini, kemudian menyadari wajahnya yang terlihat sembab, seperti baru habis menangis.
"Kenapa muka lo?" tanya Saga tanpa menoleh, berusaha terlihat tidak penasaran.
"Hah?" Katara menoleh. "Muka gue? Emang kenapa muka gue?" Ia meraba-raba wajahnya. "Nggak kenapa-kenapa.."
"Muka lo kayak orang habis nangis," ujar Saga, datar.
"Nggak..!" Katara mengelak. "Siapa juga yang habis nangis?!"
"Ya, 'kan, gue bilang, 'kayak'," kali ini Saga menoleh ke Katara. "Muka lo kayak orang habis nangis, kagak bisa bayar utang," ujar Saga, ngasal.
"Ck," Katara memalingkan wajahnya dari Saga, menghela napas, kemudian kembali menoleh ke Saga dengan wajah panik. "Emangnya kelihatan banget, ya, Ga, kalau gue habis nangis?"
Saga ikut menghela napas, kemudian mengangguk. Nangis kenapa, ini anak..?
"Aaa, gimana, dong..?" rengek Katara, kemudian melihat sekitar. "Mampus gue, mana udah dekat..," ia memejamkan matanya dengan kuat, sambil menepuk-nepuk wajahnya, tidak menyadari, kalau Saga sedang memperhatikannya. "Viola nggak boleh tau, kalau gue habis nangis," gumamnya sendiri.
"Emang kenapa kalau Viola tau?" Saga reflek bertanya, karena kelewat penasaran. Bego! Semoga Katara nggak ngeh, kalau gue sepenasaran itu.
"Dia bakalan heboh nanya gue kenapa, dan maksa gue buat cerita," jawab Katara, polos, sambil mengerjapkan kedua matanya berulang-ulang.
"Ya, itu wajarlah dalam persahabatan. Itu tandanya dia peduli."
Katara menggeleng. "Semua orang punya masalahnya masing-masing. Gue nggak mau bikin dia pusing mikirin masalah gue juga. Apalagi, ujian udah makin dekat."
Saga terdiam, masih sambil memperhatikan wajah aneh Katara. Ujung bibirnya naik sedikit.
Katara menutup kegiatan anehnya dengan membuka mulut, memperlihatkan gigi, dan memaksa bibirnya untuk tersenyum selebar mungkin. Ia kemudian menoleh ke Saga, yang sudah memperhatikannya sedari tadi. "Ngapain lo lihatin gue? Suka, ya..?" goda Katara sambil tersenyum, wajahnya mulai cerah kembali.
Akhirnya, lo senyum juga. Ternyata, pagi gue nggak lengkap, kalau belum lihat muka lo yang kayak gini. Saga mati-matian menahan wajahnya tetap datar, tidak tersenyum sedikit pun. "Ngeri gue, lihat mulut lo kayak mau sobek!"
***
"Ga, lo serius, 'kan, muka gue udah kelihatan biasa aja?" Katara memastikan sekali lagi, ketika mereka baru sampai di kelas.
Saga menghela napas, kemudian menatapnya dengan wajah datar. "Udah."
Katara mengangguk. "Oke, gue percaya sama lo. Thanks, ya, Ga.."
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGITKU
Fanfiction"Mengisi kekosongan setelah Cahayaku pergi, Langitku datang dalam wujud Sagara Langit Whirada.." THE BOYZ Kim Sunwoo x ITZY Hwang Yeji fanfiction. Bahasa Indonesia.