05. TWINS J&Z

10 7 0
                                    

I'LL GIVE YOU A NIGHTMARE.
BE READY AND DROP 👇

HAPPY READING


Garis melengkung dari pena di tanganku melingkari sebuah nama diatas selembar kertas.

Zane.

Mirip dengan nama saudara kembarnya.

"Gak aneh 'kan?" tanyaku, memastikan selera gadis itu.

Ia lalu menjawab dengan semangat. "Ya, Nine."

"Sst! Itu rahasia."

Dua orang di sampingku saat ini adalah si polos kembar, Fourteen dan Thirteen. Jacob lebih tua beberapa menit sedangkan sang adik bernama Zane.

Tentu saja kami memiliki nama yang diberikan oleh para pengurus panti, tapi kadang itu terdengar memuakkan dan kuno.

Serta agak religi. Aku sendiri memiliki nama Elizabeth Moon sebelumnya, hanya saja memilih untuk menggantinya.

Sedangkan untuk Fourteen--Zane, aku yang menyarankan nama itu beberapa jam yang lalu. Sebelum mereka akan di adopsi oleh keluarga sederhana yang sudah beranjak lansia.

Sebenarnya mereka bisa saja pergi, bahkan lebih dulu daripada aku ataupun Six--maksudku Raven Sky. Tapi, mereka selalu menolak jika harus dipisahkan.

Aku tidak tahu jika ikatan satu darah akan sangat lekat begitu, aku tidak mengenal apapun tentang diriku ataupun keluargaku.

Kecuali yang sekarang. Anggota Domani yang ketus.

"Setidaknya keluar dari tempat ini lebih baik ... secepatnya," kataku, mencoba menenangkan mereka.

Walau aku tahu mereka pasti akan bahagia jika meninggalkan tempat ini, hanya saja beranjak ke tempat asing tanpa kenalan dan teman cukup menyeramkan bagi mereka.

"Gue bakal kangen l--"

Zane dan Jacob bersahut secara bersamaan tanpa sengaja, mereka juga tercekat ditempo yang sama lalu saling memandang.

"Gue duluan yang bilang," sela Zane bernada ketus.

Jacob sebenarnya ingin melawan tapi sudahlah. Lelaki lebih dulu mengalah daripada perempuan.

Seperti biasanya.

"Gue bakal kangen lo," ulang Zane, menurunkan kopernya lalu memelukku singkat.

Beruntung aku mudah membedakan mereka sekarang, dulu Zane dan Jacob hampir terlihat seperti orang yang sama dengan kepala pelontos.

Apalagi Zane, sangat tomboy.

"Telfon aja," sahutku, tersenyum dari jauh saat gadis itu telah memasuki mobil.

Jacob tiba-tiba berlari di belakangku setelah mengambil buku anehnya yang tertinggal. "Lo kan gak punya hp," cibirnya.

"Ya. Surat deh."

"Norak!"

Ada kalanya kau ingin menghajar keluargamu sendiri walau mampu menahan diri, tentu saja dengan dasar candaan dan sedikit cinta jika aku punya.

Aku ingin bergulat dengan Jacob, jujur saja. Ia kadang menyebalkan tapi cukup pendiam dengan orang yang tidak dia kenal dan pemalu. Tapi menggemaskan.

Mobil itu telah melaju lebih dari 100 meter di jalanan kecil yang dihimpit pohon di kedua sisi. Sedangkan aku masih berdiam diri di bawah tangga pintu keluar asrama.

Aku melihat jejak mereka. Tawa yang baru tergurat dibenak 30 menit lalu ternyata cukup bertahan lama.

"No! Jordan!"

NINE : LOST MYSELFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang