13. BLUE AND PURPLE CODE

7 5 0
                                    

You can't wake up, this is not a dream
You're part of a machine.
You are not a human being.

*Halsey - Gasoline*

Pintu kamarku terkunci sejak kemarin malam, selepas pulang dan langsung mengabaikan semua orang.

Aku ingin berpikir, namun entah harus memikirkan tentang apa saja. Teori Papa? sikap sebenarnya dari Atlas Hendrix atau...

Kabar Five. Kepergiannya telah lebih dari 7 tahun dan tanpa jejak sedikitpun.

Aku bertaruh, dirinya mungkin sudah tidak botak lagi. Kecuali memilih untuk pergi ke China dan mengasingkan diri sebagai biksu di daratan tinggi.

"Darling, wake up!"

Itu suara Mama.

Lekas kulirik jam digital berbentuk persegi panjang hitam di atas nakas, sudah pukul sembilan pagi dan aku belum melakukan apapun sejak kemarin.

Kecuali tidur, mimpi, lalu terlelap lagi.

Aku sepertinya sangat tidak tahu malu sebagai anak pungut.

Mataku menyorot ke celah di bawah pintu, bayangan Mama perlahan menghilang dari sana, diikuti suara langkah yang menjauh dan terhentak-hentak di sekitar tangga.

Aku lantas menggeliat dari tempat tidur, dengan malas bangkit menuju cermin besar di lemari pakaian.

Menyingkap sedikit kain yang menutupi bahuku, megusap luka itu lalu menyobek sekumpulan kulit kering yang bersatu dengan darah membeku.

"Sial, dia niat gak sih obatin luke gue?!" keluhku, membersihkan lelehan darah yang keluar dari sana.

Finn tak ada niatan untuk menyembuhkanku, ia hanya ingin membuat luka itu terinfeksi lalu membunuhku.

By the way, aku pernah menutup luka terbuka dengan stapler dan itu benar-benar membuat kulit iritasi parah.

Mengerikan. Sangat busuk.

...

Di meja makan aku hanya diam, begitupun dengan Mama yang menatap tontonan berita pagi yang membosankan.

Atau mungkin ia sedang mencari-cari keadaan suaminya yang tanpa kabar di suatu negara berpolitik panas.

'Meninggal gak ya?' Aku menebak isi benaknya.

"Kamu gak mau ke luar rumah, sayang?" tawar Mama, itu kalimat yang sering ia lontarkan padaku.

Apa salahnya hanya diam di rumah. Dunia luar itu kan berbahaya, masa Mama tidak menyadari.

Tidak mungkin. Semua itu terukir jelas di wajahku yang hampir penuh dengan plester putih, bahkan ada motif kartun.

"Aku ke basement aja," balasku.

Ayah Domani punya perpustakaan di bawah, Mama bilang kebanyakan benda di sana adalah bagian dari kenangan masa kecil pria itu.

Aku sih tidak peduli. Hanya menjalankan hobi yang terkadang tak direstui.

NINE : LOST MYSELFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang