10. MY SEA

7 7 1
                                    


HAPPY READING


You break me down and build me up.



Finn bilang bahwa aku bertindak gegabah dengan ikut bersama Atlas Hendrix untuk menemui Papa.

Aku beberapa kali membantah ocehannya, berakhir kami bertengkar seperti old married couple yang kehabisan sembako dan popok bayi.

Dia tak pernah mau mengalah dan aku juga cukup keras kepala.

Tapi setidaknya Finn harus tahu, bahwa aku terpaksa.

Sangat merasa terancam dengan setengah lusin pistol tertuju tepat ke kepalaku. Apa dirinya tahu?!

Aku mungkin bisa kabur satu langkah, tapi kemungkinan untuk selamat sangatlah kecil.

Mereka akan menembak mati diriku.

"Atlas emang ramah, tapi dia kayak--"

Mengangkat dagu dan memaksa Finn untuk melanjutkan kalimatnya. Kami tengah makan bakso di depan toko perabotan, Finn bilang ingin mencari pajangan baru di kamarnya.

Apa? model OnlyFans.

"Atlas sih ganteng, gue jadi lemah lesu kalo liat dia," candaku, membuat Finn makin kelihatan sebal.

"Yang pasti dia tuh kayak robot yang diprogram buat layanin Papa aja," jelas Finn, itu sebenarnya teori kami sejak kecil.

"Yang penting makhluk bening," timpalku.

Atlas Hendrix memang aneh, terlihat tak pernah tidur, tidak kelelahan, kebanyakan senyum, bahkan seakan overdosis dopamine karena terlalu ceria.

Finn sendiri pernah mematahkan jari telunjuk Atlas, namun responnya justru cukup jenaka menurutku.

Atlas hanya tertawa lalu mengejar Finn kecil di lorong dengan mata teleng. Ia membenci badut, tapi setelah kejadian itu ketakutannya beralih pada Atlas.

"Pokoknya jangan sendirian," lanjut Finn, aku mengangguki.

Sedang makan tapi banyak bicara mana enak.

"Lo boleh pulang ke rumah gue," sambungnya.

Aku lantas mendongak lagi padanya, sembari membanting sendok sampai menimbulkan suara nyaring. "Lah? alasannya apa gue harus sama elo seharian ini?!" sungutku kejam.

Kami berdua memang paling tidak mudah akur diantara seluruh penghuni kastil putih.

Finn dengan santainya menjawab. "Bapak lo geger liat anaknya mau dibantai sa--"

Aku cepat menyela ucapannya. "My Lord Domani sedang menghilang."

"Kemana?"

"Ternak alien! mana gue taulah."

"Dih, lo anaknya."

"Perlu digaris bawahi. Anak pungut."

Cowok itu terkekeh lalu berceloteh. "Punguters."

"Apaan tuh?"

"Suatu kaum."

Menyebalkan seperti biasanya.

Dorr!

Aku sontak tertunduk dan menutupi kepala dengan kedua tangan, sempat celingukan dan mencari pelaku yang telah menembak lengan mannequin sampai terlepas.

Finn menarikku ke dalam toko lalu bersembunyi di balik rentetan lemari berisi piring keramik, sedangkan di luar sana suara tembakan masih saling bersahutan.

NINE : LOST MYSELFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang