12. BLOODY NOSE

9 5 0
                                    

Mungkin part ini sedang mode santuy, capek hujan peluru mulu bitch.

HAPPY READING


"Gimana keluarga lo?"

"Biasa aja."

Kami berakhir tak memiliki rencana jelas dan hanya nekat, seperti keluarga besar Finn yang menggagalkan acara makan malam.

Cowok itu menukar sepatunya dengan milikku yang berlumuran darah, berlarian masuk rumah dengan bertelanjang kaki.

Aku sendiri terpaksa memanjat menuju kamar Finn di lantai atas, dengan bantuan untain syal yang dirinya buat dan pijakan lurus dari pipa ledeng tua.

"Kenapa gue gak mikir buat pergi ke rumah Dean aja?" kataku setelah menyelesaikan misi ribet lainnya, lantas menarik keranjang cucian yang berada di sudut kamar Finn.

Ia menimbun baju kotor segunung.

"Jangan berisik, kamar sebelah punya Gege," timpal Finn, melepas pakaiannya tanpa sedikitpun rasa canggung.

Gerard Stanley. Si sulung jangkung nan rupawan, harta tersembunyi keluarga Delbert.

"Gue mau ke kamar mandi bawah, kunci aja nanti gue bawain makanan," sambung cowok itu, lekas membuka pintu lalu menutupi rambut lembabnya dengan handuk biru.

Sepertinya itu satu dari puluhan souvenir Doraemon miliknya.

Aku ingin mengutil koleksi gantungan kunci milik Finn, namum sosok itu kembali menampilkan wajahnya di celah pintu yang dirinya buka lagi.

"Mau pinjem baju Mama atau punya gue?" tanyanya, membuatku mengernyit.

What the hell, Finn Faurè Delbert!

"Emang punya lo ada kutunya?" candaku, ia menggeleng pasti.

"Kagak," decak Finn.

"Punya lo aja," balasku, menggaruk gatal darah yang telah mengering di pipiku.

Please, cepat pergi Finn!

"Oke. Nanti gue pilihin."

"Gak usah."

"Serah gue."

Tetap menyebalkan.

Ternyata menendangnya tepat di muka tidak juga menyadarkan. Keras kepalanya yang akut mendarah daging dari siapa coba.

Who's know. Whatever.

Menumpang di rumah Finn lumayan juga, ada kran air panas yang telah aku gunakan untuk berendam di bathtub sejak 15 menit lalu.

Aku sedang berpikir untuk ... pulang atau tidak?

Tapi sepertinya Nyonya Domani akan kalang kabut jika aku menghilang seharian, kalian ingat jika wanita itu melihatku di halaman saat sedang ditodong oleh para antek Papa.

Lebih tepatnya, hanya menyimak.

Mana kostum Atlas seperti perawat rumah sakit jiwa. Mama sepertinya sedang geger sekali.

"Pulang. Nggak. Pulang. Nggak."

Aku meletuskan beberapa gelembung sabun yang mengambang, aktivitas yang sangat tidak berguna.

Tapi setidaknya relax, sampai membuatku mengantuk.

Mungkin bisa ketiduran, jika saja bedebah itu tidak menggedor pintu kamar mandi dan membuat kerusuhan lainnya.

"Woy, Nine! masa belum kelar?" lantang Finn dari luar, persis ngajak ribut.

"Gak usah mempermasalahkan cewek kalo lama di kamar mandi!" lantangku.

NINE : LOST MYSELFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang