18| Manipulation of Memory

479 92 18
                                    

Setelah berkutat dengan pikirannya semalam, hari ini Kusuo memutuskan untuk menemui [Name] yang saat ini sedang berada di kamarnya. Ia pun berjalan memasuki kamar [Name] yang kebetulan pintu tengah terbuka. Dilihatnya gadis itu sedang berdiri didepan jendela kamarnya sambil menatap ke arah luar. Menyadari ada seseorang, [Name] pun menoleh ke belakang dan seketika matanya terkejut mendapati Kusuo ada di kamarnya.

"S—Saiki-san? Ada apa?" tanya [Name] kaget. Ada gerangan apa Kusuo masuk ke kamarnya secara tiba-tiba.

Kusuo pun melangkah kemudian duduk di tempat tidur gadis itu. [Name] dapat merasakan jantungnya berpacu lebih cepat karena masih tidak mengerti dengan situasi ini. Untuk apa Kusuo mendatanginya, padahal beberapa hari terakhir ini bahkan hingga saat ini pun dirinya masih memikirkan bagaimana cara untuk meminta maaf karena telah menjatuhkan jeli kopinya tempo hari.

Kusuo memejamkan matanya sejenak, lalu ia mulai menjelaskan alasan mengapa dirinya menemui [Name] saat ini. Ia memintanya untuk mulai meninggalkan rumah ini.

"Huh?" [Name] terpaku dengan apa yang baru saja ia dengar. Mengapa Kusuo tiba-tiba memintanya untuk pergi, apa ia benar-benar tidak salah dengar? Tanpa diminta pun dirinya memang sudah berniat untuk pergi dari rumah ini, tapi nanti jika uangnya sudah cukup untuk mulai menyewa rumah.

"A-Apa Saiki-san memintaku untuk pergi karena aku sudah menjatuhkan jeli kopi waktu itu? S-Saiki-san, soal itu aku benar-benar minta maaf..." ucap [Name] benar-benar merasa bersalah. Kusuo menatap gadis itu, sebenarnya alasannya bukan karena itu. Ia hanya tidak ingin sesuatu terjadi nanti jika gadis itu tinggal disini lebih lama lagi.

Yah, sebelum dirinya menyuruh gadis itu untuk pulang, ia sudah memperkirakan bahwa gadis itu akan menolak. Dengan begini berarti ia benar-benar harus melakukannya. Kusuo berjalan dan menghadap gadis itu, kemudian ia mengeluarkan sepercik api di jari telunjuknya. Inilah yang ia lakukan jika gadis itu menolak, yaitu memberitahukan padanya bahwa dirinya adalah seorang cenayang.

"A-Apa itu?!" tanya [Name] kaget. Lebih tepatnya ia tidak percaya dengan apa yang tengah ia lihat. Reaksi yang wajar. Tentu saja ini adalah pemandangan yang mengejutkan mata bagi seorang manusia normal.

Tidak hanya itu, Kusuo juga menunjukkan berbagai kemampuannya yang lain pada gadis itu. [Name] hanya terdiam, walaupun sebenarnya ia tidak menyangka bahwa ternyata Kusuo adalah seorang cenayang. Ia masih tidak mengerti situasinya, bahkan dirinya belum lepas dari keterkejutannya yang Kusuo tiba-tiba memintanya untuk pulang, sekarang ditambah dengan kenyataan ini.

"Jadi, Saiki-san juga tahu isi pikiranku?" tanya [Name] yang dibalas anggukan. [Name] kembali terdiam, merasa malu karena selama ini yang ada dipikirannya hanya Kusuo.

Namun kesampingkan itu, Kusuo memberitahukan mengenai kemampuannya  bukan karena percaya pada gadis itu. Setelah ini pun ia akan memanipulasi ingatan [Name] untuk tidak lagi mengetahui kemampuannya. Ia berniat untuk memanipulasi ingatannya dengan mengulang waktu, dan menyuruhnya untuk kembali ke rumahnya tanpa mengingat bahwa dirinya pernah tinggal disini.

"Huh? Saiki-san bilang apa tadi?" tanya [Name] tidak percaya begitu Kusuo sudah menjelaskan alasan dirinya memberitahukan mengenai kemampuannya.

Kalau soal memanipulasi ingatan, aku bisa melakukannya. Menghapus ingatan burukmu, lalu kembalilah ke rumahmu.

Tubuh [Name] seketika gemetar mendengar perkataan itu. Disaat seperti ini, dan secara tiba-tiba Kusuo malah memintanya untuk pergi dari rumah ini. Perlahan [Name] mendongak melihat wajah Kusuo, berharap saat ini Kusuo sedang bercanda. Namun wajahnya yang selalu terlihat dingin menunjukkan bahwa apa yang baru saja ia dengar adalah serius.

"Bagaimana dengan Saiki-san?"

Ingatanmu tentangku juga akan akan terhapus. Karena mengulang waktu, momen kita pernah bertemu seolah tidak terjadi.

Kusuo kemudian berjalan dan mendudukkan dirinya di tempat tidur, lalu ia menyangga kepalanya dengan tangannya.

Lagipula, tidak ada hal baik yang bisa diingat dariku juga.

"A-Apa maksud Saiki-san 'tidak ada hal baik'? Kebahagiaanku datang saat bersamamu, Saiki-san!" [Name] menatap Kusuo dengan mata berkaca-kaca. "Aku bahkan sudah menganggap orang tua Saiki-san sebagai keluargaku. Saiki-san telah memberi aku makan yang cukup dan tempat tidur yang nyaman..."

"Kalau Saiki-san menyuruhku untuk pergi... aku.. kemana aku.." Air mata yang sedari tadi ia tahan pun akhirnya mulai mengalir.

Kusuo langsung menatap kaget pada gadis itu yang kini terisak menangis. Tangannya berkali-kali mengusap air matanya yang tidak berhenti keluar. Kusuo kemudian bangkit, dan menatap gadis itu dengan raut wajah yang tersirat rasa khawatir. Ia benar-benar tidak tahu akan seperti ini jadinya. Tanpa sadar tangannya pun terangkat hendak menenangkan gadis itu, namun ia urungkan.

Sudah cukup, jangan menangis..

"Saiki-san?"

Kusuo langsung membuka matanya. Kemudian ia bangkit dari tidurnya, lalu ia menoleh dan mendapati raut wajah yang kini tengah menatapnya khawatir.

"Saiki-san, kau tidak apa-apa? Maaf aku masuk ke kamarmu tanpa izin. Alarm sudah berdering dari tadi, tapi Saiki-san tidak kunjung bangun. Makanya aku membangunkanmu, takut Saiki-san terlambat sekolah.." Kusuo tertegun melihat gadis didepannya, lalu ia mengerjapkan matanya. Ternyata kejadian yang baru saja dialaminya hanya mimpi.

Kusuo lalu memegang kepalanya yang terasa berat. Meskipun tadi hanya mimpi, berarti itulah yang akan terjadi di hari ini. Selama ini dirinya jarang bermimpi, namun jika ia mengalami mimpi, maka besoknya ia akan mengalami rasa sakit di kepala dan kejadian yang ada di mimpinya adalah sebuah penglihatan yang akan terjadi di hari esok.

Kusuo pun menatap gadis didepannya. Entah mengapa tatapan gadis ini terlihat kosong. Tatapan kosong yang pertama kali ia lihat saat masih di bangunan tua.

Mengapa gadis ini menatapnya dengan tatapan seperti itu. Apa dirinya takut diusir dari rumah ini karena merasa bersalah telah menjatuhkan jeli kopinya tempo hari? Atau ia menjadi seperti ini karena cemburu pada orang yang dekat dengannya? Tanpa sadar sebelah tangan Kusuo terangkat, lalu meletakkannya dipuncak kepala gadis didepannya ini.

Kau boleh tinggal disini.. selamanya.

[Name] seketika membulatkan matanya. Terkejut dengan sikap Kusuo yang tiba-tiba seperti ini. Dapat ia lihat kini Kusuo tengah memasang senyum, namun manik matanya terlihat sayu. [Name] terpaku sesaat, kemudian tersenyum. Ia tidak mengerti mengapa Kusuo tiba-tiba bersikap seperti ini. Namun melihatnya yang tersenyum, entah mengapa membuat perasaan gelisah yang menghantuinya beberapa hari terakhir, menghilang

...

Memasuki musim dingin, biasanya kedua orang tua Kusuo selalu pergi berlibur dengan mengunjungi rumah Kakek dan Nenek di kampung. Sementara saat ini mereka tidak bisa pergi dikarenakan ada [Name] di rumah. Namun, karena [Name] tidak ingin mereka merasa terbebani, akhirnya ia bersikeras meminta mereka untuk tetap pergi.

Orang tua Kusuo mungkin tidak akan khawatir jika mereka hanya pergi berdua, dan Kusuo tetap berada di rumah menemani gadis itu. Namun, Kusuo juga harus pergi karena besok pagi ia akan melakukan study tour. Kemarin di ruang tengah, ibunya Kusuo menatap [Name] dengan serius, ia tidak yakin bahwa gadis itu akan baik-baik saja saat ditinggal sendiri di rumah.

"Benar tidak apa-apa?"

"Hm! Daijoubu desu," balas [Name]. Daijoubu janai, darou? batin Kusuo.

Dan begitulah akhirnya, malam ini ia tinggal sendiri di rumah karena Kusuo dan orangtuanya tengah pergi. Di saat seperti ini, rasanya ia ingin membawa Amp ke dalam rumah karena kesepian, namun ia tidak boleh melakukannya. Karena ia tidak bisa membawa Amp ke dalam, [Name] berniat untuk melihatnya di luar. Ia pun berjalan menuju halaman depan kemudian mendudukkan dirinya di teras.

[Name] terdiam, ia sama sekali tidak melihat Amp di sekitar rumah. Setelah cukup lama terdiam, [Name] hendak kembali masuk. Namun sebelum dirinya bangkit, ia melihat seekor kucing berwarna putih menghampirinya yang jelas kucing itu bukanlah Amp. [Name] menatap kucing itu, sebelum akhirnya ia menariknya ke dalam pelukannya.

[Name] mencoba menghisap bulu kucing itu, lalu entah mengapa tiba-tiba ia merindukan seseorang.

"Entah mengapa, kucing ini baunya mengingatkanku pada Saiki-san.."
.
.
.
TBC.

Life With You | Saiki K. x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang