16| Jelly Coffee

447 89 3
                                    

[Name] benar-benar kehilangan fokus. Padahal hari dimana Teruhashi berkunjung ke rumah sudah berlalu, namun ingatan dimana Kusuo meminum dari gelas bekas Teruhashi masih terngiang di kepalanya. Walaupun bisa dikatakan itu hanyalah sebuah ciuman tidak langsung, tapi entah mengapa hal itu membuat perasaannya akhir-akhir ini selalu gelisah.

[Name] kini tengah sibuk membereskan rumah, hari ini ia libur bekerja karena akhir pekan. Niatnya ia menggunakan waktunya untuk melupakan kejadian dimana Kusuo meminum dari gelas bekas Teruhashi meski hanya sesaat, namun tetap saja sedari pagi ia tidak bisa memfokuskan dirinya pada kegiatannya. Bayang-bayang kejadian itu membuatnya tak henti memikirkannya.

Di samping itu, Kusuo berjalan melewati [Name] sambil membawa paper bag yang berisi jeli kopi. Ia baru saja kembali dari supermarket selesai membeli jeli kopi kualitas premium. Perasaan bahagia sangat terlihat jelas di wajahnya, tidak sabar ia ingin segera memakannya. Ia pun meletakkan jeli kopi itu di meja dengan hati-hati, lalu meninggalkannya sebentar untuk pergi ke kamar mandi.

Sementara [Name] yang tengah membersihkan lantai, kakinya pun tidak sengaja menyenggol meja dan hal itu membuat meja itu tergeser juga paper bag yang berisi jeli kopi itu pun jatuh ke lantai. [Name] seketika tersadar dari lamunannya lalu ia mengambil paper bag itu untuk kembali menyimpannya. Namun, seketika perasaannya terkejut sekaligus takut ketika mengetahui didalamnya berisi jeli kopi dan pecahan kaca yang sudah hancur.

[Name] terdiam, bingung apa yang harus dilakukannya. Ia bahkan tidak tahu apa dirinya harus merutuki kebodohannya karena sedari tadi pikirannya melamun, atau menangisi jeli kopi yang sudah hancur ini akibat ulahnya sendiri. Ia terlalu takut menatap ekspresi Kusuo saat tahu jeli kopinya ini sudah hancur.

Dan apa yang ia takutkan pun terjadi, kini Kusuo sudah berdiri di sampingnya sambil menatap jeli kopi yang ada di tangan gadis itu. [Name] pun mencoba menoleh ke arah Kusuo dengan tubuh gemetar, lalu mencoba menatapnya dengan perasaan takut.

"Saiki-san.. g-gomennasai. L-lain kali aku tidak akan melakukan ini la-"

[Name] tidak dapat melanjutkan ucapannya ketika ia melihat Kusuo menatapnya dengan tajam. Pertama kalinya ia melihat Kusuo berekspresi seperti itu. [Name] pun menunduk, seketika air matanya jatuh. Dirinya terdiam dan lebih memilih tidak berkata apa-apa lagi, sekarang ia pasrah jika Kusuo akan memarahinya.

Namun setelah cukup lama dirinya terdiam, ia tidak mendengar Kusuo bersuara. Ia pun mencoba mendongak dan menatap Kusuo yang kini tengah berdiri membelakanginya, dan saat itulah [Name] terkejut ketika menatap Kusuo yang kini tengah mengepalkan tangannya erat seakan menahan emosinya.

Ketakutan yang ia khawatirkan pun datang. [Name] pun bangkit lalu dengan cepat ia meraih tangan Kusuo.

"Saiki-san! Aku mohon tolong jangan membenciku.." lirihnya. Kusuo langsung menoleh ke arah [Name] kemudian ia menepis tangan gadis itu.

Kaere!!

Seketika [Name] tersentak, satu kata yang entah mengapa membuat dadanya semakin terasa sesak. Sementara Kusuo yang melihat ekspresi gadis itu langsung terdiam, ia merasa ada yang salah dari perkataannya.

Maksudnya, kembalilah ke kamar.

[Name] terdiam sejenak sebelum akhirnya membalas,"Hai." Setelahnya ia pun pergi menuju kamar sambil berjalan lunglai.

Jika kejadian ini diambil dari sudut pandang Kusuo, tentu saja dirinya benar-benar marah, namun ia tetap menahan emosinya agar tidak menggunakan kemampuannya secara tidak sengaja. Atau jika tidak, semua kaca rumah ini akan hancur.

Sementara itu [Name] yang baru kembali ke kamarnya, ia mengambil earphone yang pernah Kusuo berikan dulu, lalu ia memasangkannya ke telinganya. Namun entah apa yang terjadi, benda itu tidak menyala. [Name] kembali melepaskan earphone tersebut lalu ia menatapnya cukup lama. Niatnya ingin menenangkan dirinya dengan mendengarkan musik, tapi sepertinya earphone itu juga mulai rusak.

[Name] kembali menyimpan earphone itu lalu ia membaringkan tubuhnya di ranjangnya. Perasaan bersalah dan takut jika Kusuo nanti akan membencinya, tanpa sadar air matanya kembali mengalir.

...

Sejak kejadian itu, [Name] semakin tidak bisa fokus pada pekerjaannya. Bahkan akhir-akhir ini ia sering dimarahi oleh atasannya karena sering menjatuhkan nampan pesanan. Sejak hari itu juga, ia tidak pernah saling bicara dengan Kusuo. Meskipun dirinya tinggal bersama, namun ia merasa ada jarak. Mereka memang tinggal satu rumah, namun kontak mereka tidak lebih dari sekedar makan malam bersama.

Malam ini [Name] tampak sedang duduk di sebuah ayunan sambil menatap sesuatu di tangannya. Satu cup jeli kopi dan sebuah syal berwarna hijau tua yang ia beli sepulang dari tempat kerjanya. Hari ini ia mendapat gaji pertamanya, walaupun tidak seberapa karena gajinya terpotong oleh kesalahannya sendiri. Ia berniat memberikan jeli kopi itu pada Kusuo atas permintaan maafnya, dan juga syal karena sebentar lagi memasuki musim dingin.

Walaupun jeli kopi ini bukan kualitas premium seperti yang Kusuo beli, namun ia berharap semoga Kusuo dapat menerimanya.

[Name] bangkit lalu ia mulai berjalan menuju pulang- ke kediaman Saiki maksudnya. Selama diperjalanan, ia terus berharap semoga dengan Kusuo menerima jeli kopi dan syal ini, ia bisa berbaikan dan keadaan kembali seperti semula. Setelah itu, ia tidak akan peduli lagi dengan kejadian dimana Kusuo meminum dari gelas bekas Teruhashi. Dengan kembali berbaikan saja itu sudah cukup.

[Name] melangkah masuk ketika dirinya sudah sampai didepan rumah. Ia pun menyusuri seisi rumah untuk mencari Kusuo, namun ia tidak menemukannya. Berpikir Kusuo ada di kamar, ia pun kembali berjalan hendak menuju lantai atas. Namun, seketika ia menghentikan langkahnya begitu melihat pemandangan yang mengejutkan matanya. Kusuo baru saja masuk rumah sambil membawa seorang perempuan.

Meskipun perempuan itu terlihat memakai seragam sekolah yang sama, namun ia tidak terlihat seperti temannya Kusuo. Perempuan itu bukan perempuan yang sering ditemuinya alias bukan Teruhashi.

Lalu siapa perempuan itu?

Bahkan jika dibandingkan dengan Teruhashi, perempuan itu terlihat lebih dekat dengannya. Karena meskipun perempuan itu menggandeng tangannya, Kusuo tetap diam dan sama sekali tidak menghindar.

[Name] terdiam mematung menatap Kusuo dan perempuan yang dibawa menuju kamarnya itu sampai menghilang dari pandangannya. Ia sempat berpikir apa yang akan dilakukan Kusuo dengan membawa seorang perempuan ke kamarnya, namun ia segera menghilangkan pemikiran itu karena ia percaya Kusuo bukan orang yang seperti itu.

Karena posisi kamar [Name] tidak jauh dari kamarnya Kusuo, ia tidak bisa kembali ke kamarnya untuk saat ini. [Name] berjalan menuju dapur dan memutuskan untuk diam dulu di sana. Dirinya terdiam, tatapannya kosong. Perasaan asing yang selalu datang setiap kali melihat Kusuo dengan Teruhashi pun kembali dirasakannya.

[Name] menatap jeli kopi yang tadinya hendak ia berikan pada Kusuo, setelahnya ia bangkit dan membuangnya ke tempat sampah.

...

Life With You | Saiki K. x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang