rindou yang sudah puas dengan grace pun langsung keluar dari ruangan tersebut, namun grace tetap dikurung didalam sana.
terlihat ran dari bawah melihat rindou adiknya yang baru saja keluar dari ruangan keramat itu, ia hanya bisa menyunggingkan senyuman.
"udah puas mainnya?" tanya ran dengan suara lumayan lantang dari lantai bawah, rindou tersenyum tipis dan mengangguk sekilas.
"thanks brother!" seru rindou kemudian terkekeh.
setelah bersih bersih, rindou ke lantai bawah untuk menghampiri kakaknya yang menunggu kehadirannya disana.
"gimana rasanya? masih sama?" tanya ran langsung usai melihat rindou telah tiba.
rindou terkekeh kecil kemudian berjalan menuju sofa didepan ran, dan keduanya saling berhadapan satu sama lain.
"rasanya sama aja, cuma kali ini kurang sempurna." jawab rindou kemudian menghela nafasnya.
ran tertawa mendengar apa yang adiknya katakan padanya, ia hanya menggelengkan kepalanya heran pada adiknya ini.
"bagaimana keputusanmu dengan [name]?" tanya ran langsung tanpa aba aba karena memang ia ingin menanyakan hal ini.
rindou terdiam ditempat, ia menelan saliva susah payah dan mencoba terlihat biasa saja.
"maksud mu?" tanya rindou sambil tersenyum kaku pada ran didepannya.
ran mengambil nafas panjang kemudian menghembuskan nafasnya perlahan.
"bukannya kau sudah setuju dengan perjanjian kita? kau bilang setelah mendapatkan grace, kau akan menceraikan [name]" jelas ran pada rindou, pria itu terkejut mendengar itu.
"sejak kapan? aku tidak ada menulis menyetujui hal seperti itu, bukannya kakak cuma membantuku untuk menemui grace?" tanya rindou penuh tekanan, ia sekarang sedang diambang.
ran melemparkan sebuah dokumen pada rindou, dengan hati hati pun rindou membuka dokumen tersebut dan mulai membacanya dengan teliti.
sampai pembacaan akhirnya, matanya melotot tak percaya jika kakaknya yaitu ran membuat persetujuan itu.
"brengsek, bukannya kemarin hal ini tak ada disurat persetujuan?!" bentak rindou tak terima dengan semuanya yang tlah diatur oleh ran.
ran tertawa puas dan mengusap bahu rindou dengan lembut, bibirnya masih berseringai.
"pada dasarnya kau memilih pelacur daripada istrimu sendiri, kau sudah rasakan perbedaannya bukan?" ucap ran santai kemudian melipat kedua tangannya didada.
rindou mencerna perkataan ran kemudian tersadar, ia sontak melempar vas bunga disamping sofa kearah ran.
namun ran langsung bergerak cepat untuk menyingkir dari tempatnya, ia mendecih kesal dengan adiknya.
"cepat atau lambat, kau akan kehilangan [name]" tegas ran, kemudian ia berjalan keluar mansion dengan santai.
rindou merasa tak terima dengan jebakan yang diberikan oleh kakaknya sendiri, rindou mengacak-acak rambutnya frustasi.
"jangan sampai hal ini udah sampai ke [name]" gumam rindou, ia bergegas menuju kediamannya yang berada istrinya sekarang.
rindou memarkirkan mobilnya didepan rumah, kemudian berlari kedalam rumah terburu-buru.
rindou scan card rumahnya kemudian masuk kedalam dengan cepat, ia tak peduli pintunya udah ditutup atau belum. untuk sekarang ia benar benar harus menemui istrinya.
sangking khawatirnya, rindou mengecek semua ruangan termasuk kamar keduanya. sama sekali tidak ada wanita yang ia cari, namun tiba tiba pintu kamar mandi terbuka.
ternyata istrinya baru siap mandi, dari wajahnya sepertinya belum tau apa apa tentang ini semua. bersyukurlah ran tidak lemes langsung mengatakan semuanya.
"astaga, aku kaget. kamu kenapa didepan pintu sih?" [name] terkejut melihat rindou didepan pintu apalagi dengan wajah lusuhnya.
"m-maaf, tadi aku cariin kamu. ternyata lagi mandi" jawab rindou, [name] tersenyum.
"yaudah, kamu mandi sana. kamu udah mandi? kalo udah tunggu aku pakai baju ya, baru aku siapin makan malam." ucap [name] kemudian berjalan menuju lemari.
rindou menatap punggung halus milik [name] kemudian menelan saliva susah payah, semua yang ada di [name] sempurna dimatanya.
tapi bodohnya, ia masih menyukai grace.
sampai selesai [name] memakai bajunya, ia melihat rindou daritadi menatap dirinya saat sedang memakai baju.
"kenapa? kamu butuh sesuatu?" tanya [name] pada rindou, ia seperti orang linglung.
"ah.. engga kok, aku mau cuci muka dulu. kamu siapin aja makan malamnya" ucap rindou, kemudian ia berjalan menuju kamar mandi.
[name] merasa ada yang janggal dengan suaminya, seperti ada yang ia sembunyikan.
tanpa ambil pusing, [name] keluar dari kamar kemudian berjalan menuju dapur untuk menyiapkan makan malam.
20 menit kemudian, rindou yang sudah mengeringkan wajahnya langsung menyusul [name] yang sedang memasak.
rindou melihat istrinya sedang serius masak sampai dirinya tak sadar jika rindou sudah didepannya.
"dor!" pekik rindou ngangetin, [name] yang terkejut langsung memegang dadanya.
"astaga, kurang ajar!" pekik [name] kesal, ia benar benar kaget karna suara rindou yang keras itu.
"hahaha, sorry sayang. kamu lagi masak apa sekarang?" tanya rindou, [name] menyuruh rindou melihat sendiri apa yang ia masak.
rindou terkekeh kemudian menganggukkan kepalanya, ia mencium aroma masakan dari [name] yang mengundang lapar.
"kapan jadinya sih, aku udah laper." ucap rindou yang tak tahan lagi ingin memakan.
[name] menggeleng heran, kemudian melanjutkan masakannya lagi yang sempat ter-skip.
selesai makan malam, [name] mengambil semua piring kotor dan mulai mencucinya di tempat pencucian piring.
rindou yang melihat itu ingin membantu istrinya yang sedang menyuci piring, tanpa aba aba ia mendatangi [name] dan langsung membantu mencuci piring.
wanita disampingnya hanya diam, lalu membiarkan rindou membantu dirinya. ia bersyukur jika rindou bisa peka terhadapnya, dirinya memang agak lelah.
"kamu masuk duluan kekamar, aku yang selesaiin ini semua." suruh rindou, [name] mengangguk kemudian melepas celemek cuci piring lalu memasangkan pada rindou dari belakang.
[name] mendekatkan bibirnya ketelinga milik rindou, dan mulai berbisik pelan.
"semangat, suamiku" bisiknya pelan.
rindou tersenyum senang lalu mengecup bibir [name] sekilas, ia melanjutkan pekerjaannya lagi.
rindou melihat istrinya yang sudah masuk kedalam kamar, ia segera menyelesaikan kegiatannya dengan cepat supaya bisa berbaring dikamar bersama istrinya.
45 menit berlalu, rindou sudah menggosok gigi begitupun dengan [name] yang sudah mencuci muka dan menyikat giginya.
kedua pasutri tersebut sama sama membaringkan tubuhnya masing masing di ranjang tidur, kemudian rindou menarik selimut untuk menyelimuti [name] juga dirinya yang ingin tidur.
[name] masih diam, begitupun rindou.
"aku udah tau semuanya," ujar [name] lembut. rindou tampak terkejut mendengar itu, sedangkan [name] hanya memaksakan senyuman tipisnya.
"maaf, ini terakhir kalinya aku kaya gini. i promise" ucap rindou bersalah, [name] hanya diam dan mencoba mempercayai suaminya tersebut.
"kalo kamu ngulang lagi, gimana?" tanya [name] pada rindou, rindou menatap kedua mata milik istrinya dengan tatapan serius nan lekat.
"kamu boleh ceraiin aku," jawab rindou. ia berjanji dengan dirinya sendiri jika mengulanginya lagi dirinya siap kehilangan istrinya karena kesalahannya, ia tak mau membuat [name] makin sakit kedepannya karena apa yang dirinya lakukan.
★ ★ ★
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐄𝐍𝐃 𝐖𝐄𝐋𝐋? ♪ RINDOU HAITANI X READERS!
FanfictionMenikah, namun memiliki hidup masing masing. Begitu banyak peraturan saat menikah, tidak mengusik kepribadian masing masing. Entah sampai kapan rumah tangga ini berakhir? - N. Sampai pacarku memutuskan semuanya. - Rindou. @ihacoxy © pinterest.