12 Antara Sabahat dan Kekasih

319 63 1
                                    

Tubuh Freya menggeliat di atas sofa ruang tengah, ia mengucek matanya lembut. Ternyata niat mau rehat dari pekerjaan malah kebablasan tidur sampai jam setengah enam sore. Dia terburu bangun, di luar sedang hujan. Lebat pula. Hujan pertama di bulan ini yang akhirnya mengguyur Jakarta. Freya berdiri di dekat jendela, hawa dingin mulai menusuk-nusuk kulitnya saat ventilasi itu belum tertutup sempurna.

"Mbok Mi?" tanya Freya pada diri sendiri.

Ia lupa, Mbok Mi sedang pergi sejak siang, kemungkinan lusa baru balik. Dan jemuran...

Freya langsung berlari ke arah belakang, melupakan kertas berserakan di atas meja yang minta dibereskan.

"Alhamdulillah, jemuran sudah diangkat semua." Freya merasa sangat lega melihat halaman belakang rumah itu sudah bersih. Sebelum pergi Mbok Mi sudah selesai membereskan seisi rumah termasuk mencuci, tapi harusnya jemuran belum diangkat sama sekali. Freya sedikit heran.

Dia kembali ke ruang tengah, merasa ada yang aneh karena beberapa lampu sudah menyala saat ia tinggal sebentar. Sepasang bola matanya terkejut melihat Amanda menuruni anak tangga dari lantai atas.

"Tadi kamu yang angkat jemuran ya?" Tanyanya pada Amanda.

Gadis ABG itu tersenyum dan mengangguk.

"Nanti aku bereskan ya. Sekalian setrika."

"Nggak apa-apa?" Amanda merasa tidak enak, ia dan dua abangnya sudah banyak merepotkan Freya. "Ada Nur nanti, dia bentar lagi pasti balik." Amanda heran dengan semua ART rumah ini, pergi di hari yang sama.

"Iya, nggak pa-pa, Manda." Freya membereskan meja yang tadi sempat ditinggal olehnya, mood untuk bekerja hilang seketika karena melihat hujan, padahal saat-saat seperti ini harusnya banyak inspirasi menghampiri. Tapi sudah mau maghrib, lebih baik dia siap-siap mandi, beribadah, lalu masak untuk penghuni rumah ini.

Freya sudah selesai masak, tinggal menunggu dua majikannya datang. Amanda membantunya melipat pakaian dalam karena merasa tidak enak dengan Freya dan Freya sibuk menyetrika baju. Ia sampai ke kemeja abu-abu entah milik siapa. Baunya wangi, pelembut pakaian yang diberikan Mbok Mi cukup banyak hingga mengguar ke seluruh ruangan ini.

"Punya Bang Kenan." Celetuk Amanda, seolah bisa membaca pikiran Freya.

Freya hanya mengangguk. Ukuran baju Kenan dan Gama sama, hanya beda model dan selera.

Suara klakson menghentikan aktivitas Freya. Pintu depan terkunci dari dalam dan ia bergegas ke depan. Amanda tak menyusul, masih sibuk dengan aktivitasnya melipat-lipat.

Pintu depan terbuka, angin berembus dan menerobos masuk ke dalam.

"Nan..." Freya menyapukan pandangan ke sekujur tubuh Kenan yang kebasahan.

"Hujan, Fre." Kenan mengibas-ngibaskan rambutnya. Barusan, dia berjalan dari arah depan ke beranda rumah dan membiarkan dirinya basah kuyup karena tidak ada payung di mobilnya. Sementara itu dia memarkir mobil di tempat yang tidak ada kanopinya, area kanopi biasanya untuk mobil Gama.

"Ada kaus nggak, yang baru diangkat." Ujar Kenan sambil menuju ke ruang tengah yang senyap.

Freya menyusul di belakangnya. "Nggak mandi dulu?" ada sebersit rasa khawatir.

"Lapar gue, Fre." Kenan melepas jasnya, meninggalkan kemeja putih yang setengah basah dan memberikan akses kepada Freya untuk melihat bentuk badannya. Freya segera berlalu untuk mengambil kaos dari keranjang bersih, ia kembali dengan cepat.

"Ini, Nan." Freya mengambil jas dari tangan Kenan. Kenan tanpa risih membuka kancing kemeja di sana, Freya berpaling beberapa saat sampai akhirnya Kenan mengenakan baju.

Djournal Town (Done)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang