23 Saat Semua Harus Kembali ke Awal

407 52 0
                                    

Hubungan Gama dan Freya masih sama, belum ada komunikasi di antara mereka. Kenan menganjurkan Freya untuk menemui adiknya, tapi Freya belum mau, Kenan menghargai keinginan kekasihnya itu. Urusan mereka tidak seharusnya dia campuri. Ia hanya ingin persahabatan itu kembali seakur dulu, mungkin waktu yang akan mencairkan balok es di antara keduanya. Entah kapan waktunya.

Gama juga masih dingin pada Kenan, sikap itu terlihat saat mereka berada di satu meja makan. Marwa terlihat resah melihat anak-anaknya tidak akur begini, dua anak laki-lakinya memang tidak pernah terlihat dekat dan akrab. Selalu ada sekat sejak masih kecil.

Namun sifat dingin Gama tidak mengurungkan niat Kenan untuk memberi kabar bahwa dia dan Freya sudah menjalin hubungan, sejak dua hari lalu. Gama menatap Kenan seperti ingin menonjoknya. Terus terang, ia sangat kaget meski sudah mencium gelagat aneh Kenan pada sahabatnya. Gama berusaha menguasai diri, membisikkan sesuatu pada dirinya sendiri; bahwa itu hak sahabatnya akan jalan dengan siapa, termasuk Kenan. Ia tidak bisa mencegah.

Lalu satu kalimat panjang meluncur mulus dari bibirnya, untuk Kenan. "Oh, gue harap lo nggak bakal nyakitin dia, Nan. Dia sahabat gue satu-satunya. Gue juga nggak akan segan-segan menguliti lo habis-habisan kalau lo membuat dia menangis dan gue jadi saksinya. Dulu, Vian pernah buat Freya nangis, kalau Vian ada di sini, sudah gue hajar sampai patah tulang. Gue nggak peduli siapa lo, abang gue atau bukan, kalau lo lakuin hal yang sama seperti Vian lakuin ke Freya, lo siap-siap berurusan sama gue."

Kenan mengangguk mendengar penjelasan itu, isinya setengah ancaman. Ia balas dengan kalimat yang lebih tegas. "Insya Allah, nggak akan, Ga. Gue serius sama dia. Gue mau nikahin dia dalam waktu dekat."

Gama yang sudah berpaling dan hendak menuju kamarnya lantas menghentikan langkahnya. Kalimat barusan berhasil membuat dia sadar sepenuhnya bahwa Kenan tidak akan main-main dengan sahabatnya. Harusnya ia tidak perlu khawatir. Dia merasa sedikit lega, tapi enggan mengucapkan selamat atau dukungan untuk Kenan. Ia berlalu begitu saja seolah-olah tidak peduli.


---------


Freya akhirnya tahu dari Kenan kalau hubungan Gama dan Dela sudah berakhir. Freya merasa harus ikut campur dengan masalah pribadi sahabatnya meski ini terlarang. Selama persahabatan mereka terjalin, dia belum pernah sepeduli ini dengan Gama—yang akan berpacaran dengan perempuan manapun dan putus kapan saja. Kali ini beda, Dela adalah perempuan paling baik yang pernah Gama miliki.

Alhasil Freya memaksa Dela agar mau membuat janji dengannya. Dela mau menemuinya dengan berat hati. Biar bagaimana pun ia tak bisa melupakan kejadian mereka yang terakhir, rasa sakit hatinya pada Freya masih ada. Bahkan, ia ingin sekali membenci Freya—walau belum tentu semua ini salah gadis itu.

Awalnya Freya gagal mendapat perhatian Dela, gadis itu memalingkan muka saat Freya ingin menjelaskan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Freya tahu, Dela marah besar kepadanya dan Gama, mengira bahwa mereka memiliki hubungan misterius di balik kandasanya kisah cinta Dela dengan Gama.

"Demi Tuhan, Dela, gue nggak ada niatan untuk merusak hubungan kalian. Gama nggak cinta sama gue, Dela. Percayalah, masih ada persahabatan murni antara kami." Terang Freya dengan nada lembutnya. Ia bahkan menarik paksa tangan Dela yang siap pergi dari kafe ini. Ia menahan Dela sejak sepuluh menit lalu, "please, dengerin penjelasan gue dulu, Dela.

"Bullshit! Kelihatan banget dia perhatian sama lo mati-matian, Fre!" Dela menghapus sisa air matanya yang sempat meluncur begitu saja, sejujurnya ia tidak mau menangis di depan Freya, ia merasa lemah dan telah dibodohi oleh sepasang sahabat itu. "Dari awal harusnya gue nggak masuk ke kehidupan kalian!" sentaknya, membuat Freya tegang. "Jangan bawa-bawa nama Tuhan segala, kualat lo."

"Sungguh, gue nggak bohong, Dela." Freya masih memegang tangan Dela yang dipaksa ingin lepas oleh pemiliknya. "Percaya sama gue, percaya..."

Dela mencari jawaban di mata Freya, memang tidak ada sedikit kebohongan pun di sana. Tak ia temui keragu-raguan pada Freya. Yang ia temukan hanyalah sorot mata tulus, nada lembut dan Freya tetap tenang menghadapinya, tidak ada emosi meski dia memancing berkali-kali.

Djournal Town (Done)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang