Sudah satu bulan berlalu, Freya harusnya sudah mengakhiri masa kerjanya dengan keluarga Malik, namun Amanda sengaja meneleponnya dengan banyak alasan agar Freya datang ke rumah itu lagi. Beberapa hari lalu sepasang suami istri keluarga Malik telah kembali dari masa ibadah di Tanah Suci, mereka mengadakan acara di rumahnya. Dan hari ini Freya ikut berkumpul bersama keluarga besar Malik yang sedang mengadakan pengajian serta santunan anak yatim.
Freya memakai baju yang sangat sopan, dress panjang dengan kardigan warna nude. Sementara di sudut lain, Dela mengenakan dress panjang warna maroon, ia terlihat lebih mencolok di antara yang lain, wajahnya selalu tampil dengan pulasan makeup flawless. Pengajian berlangsung sekitar satu jam. Freya yang tadinya polosan tanpa jilbab—karena tidak enak dengan yang lain—alhasil meminjam pasmina putih polos dari Amanda, kini wajahnya terbingkai cantik dengan kain lembut itu. Sementara itu Dela tetap enggan memakai kerudung dengan benar, ia memilih menyampirkan kainnya di pundak.
Seusai pengajian dan santunan, acara berlanjut ke makan-makan bersama. Freya sudah ditarik oleh Amanda ke area belakang untuk makan di meja makan, ia benar-benar tidak bisa menolak permintaan adik sahabatnya itu. Tapi kali ini mereka tidak berdua, ada Dela yang ikut bergabung, tak lama Kenan pun menyusul adiknya dan mengambil duduk di dekat Freya. Dela berubah lebih ramah setelah melihat kedekatan Freya dengan Kenan, walau ia penasaran tetapi ia tidak bertanya langsung ada hubungan apa antara dua orang yang kini duduk sebelahan—mengobrol sambil menikmati hidangan masing-masing.
Freya terlihat sedang mengunyah makanannya, Kenan mengambilkan tisu dan tangannya terulur ke depan wajah Freya, mengelap kuah opor ayam yang mengotori sudut bibir Freya, Dela tertegun melihat pemandangan yang tidak biasa itu.
Oh my God, pikirnya, ia yakin ada sesuatu yang telah terjadi di sini tetapi orang lain tidak menyadari. Bahkan mungkin, objek yang sedang menjadi tontonan pun tidak menyadarinya. Selama setahun lebih Dela mengenal Kenan, kakak pacarnya sendiri, tidak pernah sekalipun ia menyaksikan Kenan jalan dengan seorang perempuan!
"Kak Dela mau tambah?" Amanda membuyarkan lamunan Dela, ia buru-buru menggeleng. "Aku ke Mama dulu ya, Kak? Kalau mau tambah ambil lagi aja. Oke?"
"Iya, makasih, Nda. Oh ya, Bang Gama mana ya?"
"Ah, Kak Dela kayak nggak tahu abangku saja sih. Dia kan lagi asyik ngobrol sama sepupunya di taman belakang." Jelas Amanda, lalu dia melihat ke sebelah, Freya masih menikmati makannya yang nyaris habis. "Fre, aku ke Mama dulu ya. Kak Fre sama Bang Kenan ya?"
"Hah?" Freya terlihat kaget, sedetik kemudian ia mengangguk sambil melirik Dela—yang duduk di seberangnya. Dela tersenyum penuh keanehan. "Oh, oke..."
Kenan melepas kepergian Amanda sambil meledek, menarik ujung baju longgar yang Amanda pakai hari ini, membuat Dela dan Freya spontan tertawa.
Dela masih menyaksikan interaksi Kenan dan Freya yang tidak biasa, sampai dua orang itu menyadari ada yang memperhatikannya, Dela akhirnya pergi keluar menyusul Gama.
"Nggak apa-apa, aku bisa sendiri," ujar Freya saat Kenan mengelap sudut bibinya untuk kedua kali. Ia menarik tisu dari tangan Kenan, tidak enak dengan yang lain, masih banyak yang mondar-mandir di sini termasuk Mbok Mi. Freya merasa ada sesuatu yang ganjil di sini. Aneh dan tidak biasa. Sejak kapan dia dan Kenan sedekat ini? Apa ini wajar, sudah dua kali Kenan mengelap sudut bibirnya.
Jantung Freya berdebar aneh, ia gelisah.
"Gue udahan," Freya meletakkan alat makannya di sink.
"Gue juga," Kanan ikut meletakkan sendok dan garpu ke piring di depannya. Lalu wajahnya menoleh pada Freya sembari tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Djournal Town (Done)
Chick-LitFreya Terobsesi sekali dengan dunia menulis. Sudah jadi content writer tetap di Djournal Town, tetapi memiliki pekerjaan freelance & membuatnya sering dikejar deadline. Ia adalah gadis lincah, pintar memasak dan cantik! Gama Lawardi Sahabat baik Fre...