Gadis mungil bersurai coklat terang, terlihat berdiri seraya memegang kedua telinga dengan tubuh yang menghadap tembok.
Saat ini, Aeris sedang dihukum oleh Gavril. Pria itu menuduhnya sedang membacakan mantra sihir tadi. Yang dimana, sihir di larang di dalam kekaisaran.
"Padahal itu bukan sihil, ck!" Gadis berpipi gemuk itu menggerutu tak terima. Pun, dia tak berani membela diri, dikarenakan keburu kicep kala sepasang manik merah gelap Gavril, menghunus padanya.
Saat ini, layaknya seorang anak yang dihukum oleh guru, Aeris berdiri diam dengan sebelah kaki yang diangkat. Bibirnya mencebik namun tak berani berucap.
Gadis itu tampak tertekan hingga beberapa waktu pun berlalu.
Tubuh sialan! Kapan efek pusaka keluarga Gavril akan menghilang dari tubuhnya?! Jujur saja, tubuh ini amat menyulitkan bagi Aeris.
Tubuh mungil ini mudah lelah, lapar dan mudah tertidur. Lihatlah, baru saja memikirkan kata tidur, kedua kelopak matanya mulai memberat.
"Kaki ku, sakit." Aeris menunduk. Kaki yang tadinya masih terangkat, dia turunkan secara perlahan. Menoleh kaku ke belakang, lebih tepatnya pada meja kebesaran Grand Duke, manik amber gadis itu membola tak percaya.
"Si Jamet ini tidur?!" Gadis itu mengeram. Kedua tangan mengepal penuh dendam. Hei! Tubuhnya terasa kaku karena sejak dua jam yang lalu berdiri dengan posisi seperti ini! Dan Gavril dengan enaknya malah tertidur?!
Wah! Keparat ini benar-benar!
Aeris membungkuk, melepas kedua sepatu bertumit nya. Kaki nya mengendap-endap mendekati Gavril yang tampak pulas. Dengan tubuh kecil nya, Aeris berjinjit guna menaiki kursi di depan meja. Lalu merangkak menaiki meja tersebut.
Mengetuk-ngetuk dagu, gadis itu tersenyum lebar ketika mendapat pencerahan di dalam kepalanya.
Aeris celingak-celinguk mencari sesuatu. Begitu menangkap keberadaan kuas, gadis itu semakin sumringah.
Meraih kuas setelah ia celupkan ke dalam tinta, Aeris membusungkan dada pongah.
"Lihatlah, bagaimana seniman Aeris mengguncang kediaman. Hehehe..."
Di dalam ruangan kerja itu, hanya tampak Gavril seorang. Perlahan kelopak matanya terbuka, menampilkan manik merah gelap yang menawan di bawah sinar matahari yang menebus kaca bening.
Pria tampan itu menegakkan tubuhnya. Tangan nya terangkat lalu menyugar poni yang sedikit mengganggu penglihatannya.
Mengerjap, kepalanya tertoleh pada sudut dinding. Kerutan samar, mulai timbul pada keningnya, kala netra nya tak menangkap keberadaan mahluk tengil berwajah malaikat di sana.
Pada titik tertentu dia mulai terbiasa akan eksistensi gadis itu. Dan tindakan absurd nya, membuat mereka lebih dekat dan terasa natural baginya.
"Aeris." Bibir ranumnya mendesis, menyebut nama yang sering dia ucapkan belakangan ini.
Beraninya gadis itu kabur dari hukuman.
Gavril mengurut pangkal hidungnya seraya menunduk. Aneh. Rasanya sangat aneh bagi dia penderita insomnia parah, dapat tertidur pulas.
Sejak pembantaian sepuluh tahun yang lalu, Gavril tak pernah bisa tidur dengan baik. Bukan tanpa alasan, setiap kali matanya terpejam, gambaran jelas bagaimana saudara dan ibunya ditebas, tercetak sempurna di ingatannya.
Pria itu beralih menopang dagunya. Kemarin malam pun, dia tidur nyenyak. Dan itu semua terjadi ketika Aeris ada di dekatnya. Apakah benar jika Aeris seorang penyihir?
KAMU SEDANG MEMBACA
I became the wife of the male lead {End}
FantasySEGERA TERBIT! Lysandra. Seorang mahasiswi kedokteran, harus menelan pahit kenyataan dan situasi yang menimpa dirinya. Gadis yang memiliki mulut ceplas-ceplos itu, menyadari jika jiwanya terlempar ke dalam tubuh figuran yang merupakan istri dari pa...