Pria yang mengenakan jubah hingga menutupi kepala nya itu, terlihat berjalan menelusuri pasar.
Seperti yang tadi asistennya katakan, jika Gavril memiliki jadwal mengunjugi Duchy.
Matanya yang menyorot bosan, dengan wajah tanpa ekspresi, menjadi aneh kala indra penciumannya, menangkap aroma familiar. Pria yang memiliki netra Semerah batu Ruby itu, mengalihkan pandangannya pada seorang gadis yang baru saja melewatinya.
Surai coklat terang dan aroma mawar yang menyeruak dari tubuhnya, membuat Gavril menyadari siapa itu.
Dia Aeris. Yang berjalan menghampiri rombongan wanita yang sedang bergosip ria.
Leon yang baru tiba, mengernyit heran kala menyadari jika Grand Duke, tak bergeming dari tempatnya. Bukankah pria itu selalu tak tahan dan bertindak cepat jika harus mengunjungi wilayahnya?
Mengikuti arah pandang Gavril, seketika mata Leon melebar begitu menangkap keberadaan Duchess yang menyempil diantara para wanita di sana.
"Yang mul-"
Menggeleng samar, mengkode agar Leon tetap ditempatnya, Gavril mulai mendekat dan bersembunyi di balik bangunan.
Memperhatikan istrinya yang tengah menjelaskan tentang produk kecantikan, sebelah alisnya terangkat begitu mendengar perkataan gadis itu. Produk apa yang Aeris maksud?
Merasa tak penting, pemuda itu memutuskan untuk pergi. Baru saja menggambil langkah, kakinya tak jadi bergerak begitu mendengar namanya, disebut.
"Jangan pernah bergosip tentang Grand Duke seperti itu lagi."
Bak patung, Gavril diam membisu. Pria itu melongok kan kepala, mengintip ke arah gadis itu.
"Tak ada satupun yang melihat jika grand Duke Gavril, yang membunuh keluarganya. Itu semua hanyalah mitos."
Darah nya berdesir ketika maniknya, menatap Aeris yang berkaca-kaca. Gadis itu menangis untuk nya?
"Pasti berat menjadi Grand Duke saat ini. Dia bekerja mati-matian untuk menjayakan daerahnya, tetapi penduduknya malah menghardik nya seperti ini."
"Coba kalian bayangkan, kalian lah yang berada di posisi Grand Duke. Bagaimana?"
Ada sensasi yang mendebarkan merayap di dadanya. Raut wajahnya, mengeras begitupun dengan kedua tangan Gavril yang mengepal erat.
Selama ini, tak ada satupun yang berucap sedemikian untuknya. Sebagian orang memilih diam, dan sisanya selalu menghina Gavril secara terang-terangan.
Tetapi hari ini, seorang gadis dengan berani membelanya. Gadis yang selama ini dia tak anggap keberadaannya. Gadis yang menjadi istrinya.
"Jangan diulangi lagi, paham?" Suara Aeris kembali terdengar yang di angguki kuat oleh keempat wanita di sana.
Mengucapkan selamat tinggal, gadis itu kemudian pergi dengan langkah riang.
Gavril merapatkan tudung jubahnya. Bak penguntit, dia berjalan lima langkah di belakang Aeris.
Memperhatikan gadis bertubuh mungil itu yang beberapa kali terhuyung saat tersenggol.
Menggemaskan. Haruskah Gavril menyusul dan menggenggam jari-jari kurus gadis itu?
"Aduh!" Aeris mengusap lengannya. Gadis itu meraba bagian pinggang nya, tempat di mana dompet miliknya disimpan.
Manik amber gadis itu terbuka lebih lebar, disertai dengan wajahnya yang seputih kertas.
"Dompet ku?!" Aeris berjengit hingga melompat ke belakang. Sontak Gavril memalingkan muka. Takut jika ketahuan. Dan juga, merasa aneh dengan tingkahnya saat ini. Seperti bukan dirinya saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/322312468-288-k809629.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I became the wife of the male lead {End}
FantasySEGERA TERBIT! Lysandra. Seorang mahasiswi kedokteran, harus menelan pahit kenyataan dan situasi yang menimpa dirinya. Gadis yang memiliki mulut ceplas-ceplos itu, menyadari jika jiwanya terlempar ke dalam tubuh figuran yang merupakan istri dari pa...