Tumpukan tubuh tak bernyawa itu membentuk gundukan kecil. Beberapa penduduk tampak mengintip dari jendela kedai dan toko.
Mereka begitu enggan untuk mendekat apalagi berpartisipasi di dalamnya.
Rumah-rumah yang hancur karena penyerangan sedang dalam tahap perbaikan di bawah komando kaisar.
Orang-orang yang terluka juga langsung ditangani.
Keadaan mencekam yang sebelumnya menyelimuti desa bagai kabut hitam, musnah begitu saja.
Derap dari tapak kuda memenuhi jalan. Debu berterbangan di udara kala masing-masing penunggang, menarik tali kekang.
"Lapor, Yang Mulia. Desa sudah bersih dari suku bar-bar." Salah satu kesatria menghampiri dua kuda yang berada di barisan terdepan.
Seorang pria dengan surai keemasan, meraup wajahnya yang dipenuhi keringat. Manik emerald itu tak fokus.
"Ini aneh."
"Tidak seperti yang dilaporkan. Hanya sedikit kaum bar-bar yang dibersihkan." Pria di sebelahnya menambahkan. Pria bersurai sehitam legam itu, bersuara tak minat.
Argio menyapu seluruh penjuru yang bisa ditangkap oleh saraf optik nya. Pria itu memutar kepala, menatap sejenak kearah pasukan yang dia bawa.
Informannya mengatakan jika suku bar-bar berkisar dua ribu orang namun yang mereka hadapi tak lebih dari dua ratus orang. Ada yang tak beres.
Dalam dua hari, desa sudah aman sepenuhnya. Cukup mudah hingga dia tak perlu ikut turun sebenarnya.
"Kita kembali." Suara bass nya disambut dengan sorakan kesatria. Argio membalikkan kudanya, menuju portal.
Tak lupa meninggalkan beberapa penjaga, Kaisar muda itu memimpin jalan pulang. Banyak hal yang memenuhi pikirannya. Mulai dari ancaman kuil dan suku yang menjalin kesepakatan dengan Kaisar terdahulu.
"Ini terlalu mendadak." Gavril yang berkuda di sebelahnya berucap.
Dan Argio tak menampik. Sejauh apapun Argio menerawang tentang waktu lampau, tak ada alasan yang dia temukan. Tak ada alasan bagi suku itu—menyerang wilayahnya.
Larut dalam pikiran yang berkecamuk, interupsi dari wakil komandan membawanya sadar.
"Yang Mulia! Portal tidak bisa digunakan!"
"Simbolnya hancur, Yang mulia!"
Bertepatan seekor burung elang mendarat sempurna pada pundak Argio. Diantara cakar nya yang terkepal, terselip sepucuk surat.
Argio menarik kertas usang tersebut seraya mengusap kepala burung elang.
'Pasukan kuil menunjukkan tingkah aneh.'
Satu kalimat yang mampu membekukan Argio ditempatnya.
Gavril turun dari kudanya dan mendekati pilar besar tersebut. Pilar berwarna putih terawat memiliki pola berbentuk matahari ditengah-tengah.
Lingkaran yang sebelumnya tergambar utuh itu, kini memiliki lubang besar. Gavril tak bodoh hingga tak menyadari jika itu sengaja di rusak.
Manik semerah batu permata itu berkilat tajam. Aura yang menguar dari tubuhnya berhembus dingin.
Otot rahangnya mengeras begitu kedua tangan nya membentuk tinju. Keraguannya makin menguat. Ada pihak yang turun tangan dalam kasus ini. Sengaja memancing mereka agar jauh dari ibu kota.
Bersamaan dengan itu, suara Argio terdengar lirih di telinganya. "Kita di jebak."
"Hubungi pusat agar memperkuat keamanan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I became the wife of the male lead {End}
FantasySEGERA TERBIT! Lysandra. Seorang mahasiswi kedokteran, harus menelan pahit kenyataan dan situasi yang menimpa dirinya. Gadis yang memiliki mulut ceplas-ceplos itu, menyadari jika jiwanya terlempar ke dalam tubuh figuran yang merupakan istri dari pa...