Dua orang gadis yang berjalan membaur bersama kerumunan itu sangat mencolok. Walaupun mengenakan pakaian sederhana tanpa perhiasan, keduanya masih saja mampu menarik atensi orang-orang yang berpapasan.
Salah satu gadis yang memiliki surai berkilau bagaikan benang emas itu, menoleh pada gadis di sebelahnya.
Memiringkan kepala, raut bingung tampil pada wajah cantiknya. Gadis itu Yuna. Saintness Yuna, yang sedang berjalan-jalan dengan Aeris. Grand Duchess kekaisaran ini.
Masih menagangumi sifat dan tingkah laku Aeris, Yuna sama sekali tak menemukan kekuarangan dari perempuan di sebelahnya.
Dia jadi sedikit iri pada grand duke, karena memiliki istri sesempurna ini.
"Yuna?"
Terkesiap, Yuna salah tingkah merasa ketahuan memandangi Aeris.
"Y-ya Aeris?" Sejujurnya, memanggil nama Aeris tanpa embel-embel 'nyonya' asing baginya. Nyatanya Yuna tak memiliki teman. Sifatnya yang pendiam dan latar belakangnya yang merupakan rakyat biasa membuat Yuna dipandang sepihak walaupun menyandang gelar 'saintness' di belakang namanya.
"Tokonya ada di sebelah situ."
"Ah, mari kita ke sana."
Pagi ini Aeris tiba-tiba saja mendatanginya dan mengajak keluar. Gadis itu juga mengatakan ingin menunjukkan sesuatu yang mampu membuat Yuna terkejut.
Dia yang mudah penasaran, langsung mengiyakan ajakan gadis ini. Pun, keduanya keluar secara diam-diam tanpa ada yang tahu.
Bunyi bel yang berada di atas pintu terdengar begitu keduanya masuk. Manik biru Yuna melebar begitu melihat sosok wanita yang duduk di atas meja bundar—seorang diri di sana. Seakan-akan dia sudah tahu dan menunggu kedatangan mereka berdua.
"Kalian datang. Silahkan duduk dengan nyaman." Wanita bersurai abu-abu terang itu tersenyum lembut. Di keningnya, tercetak jelas bentuk bulan sabit.
"Anda..."
"Kamu mengenalnya?" Aeris yang melihat reaksi Yuna, langsung bertanya. Melihat bagaimana kulit muka gadis itu berubah pucat, membuat Aeris khawatir.
"Saintness Bella."
"Ya?" Saintness? Aeris tak salah dengar kan? Bukankah hanya ada satu saintness di kekaisaran ini? Hal ini tidak ada di sebutkan di dalam cerita aslinya!
"Yuna, kamu masih mengingat ku rupanya." Terkekeh pelan, perempuan yang disebutkan bernama Bella itu meraih teko lalu menyeduh air di dalamnya pada cangkir yang telah disediakan.
"Bagaimana jika kalian duduk dulu?" Tawarnya pada keduanya lalu merujuk kursi yang berada di kanan dan kirinya.
Begitu keduanya duduk, Bella menyodorkan masing-masing teh. Perempuan yang bisa dikatakan masih muda itu, memperhatikan secara intens kedua gadis di dekatnya.
"Anda saintness?" Tanya Aeris langsung. Gadis itu bahkan tak menyentuh cangkir teh nya. Manik ambernya membalas tatapan perempuan itu.
Masih mempertahankan senyuman, Bella menggeleng. Perempuan itu menatap Yuna sejenak lalu beralih pada Aeris.
"Itu dulu." Kembali mengisi cangkirnya yang kosong, perempuan itu melanjutkan dengan tenang.
"Saat ini saya seorang warga biasa."
"Bagaimana mungkin? Bukankah anda dikabarkan sudah meninggal?" Yuna buka suara. Gadis itu menggigit kuat bibirnya. Matanya berkaca-kaca. Dia sungguh tak menyangka akan bertemu dengan perempuan di hadapannya ini, lagi.
Orang pertama yang memperlakukannya dengan lembut, memandangnya seperti manusia tanpa melihat latar belakangnya.
Satu-satunya orang yang merawat dan menjaganya dengan sepenuh hati.
![](https://img.wattpad.com/cover/322312468-288-k809629.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I became the wife of the male lead {End}
FantasySEGERA TERBIT! Lysandra. Seorang mahasiswi kedokteran, harus menelan pahit kenyataan dan situasi yang menimpa dirinya. Gadis yang memiliki mulut ceplas-ceplos itu, menyadari jika jiwanya terlempar ke dalam tubuh figuran yang merupakan istri dari pa...