Kicauan burung yang bertengger manis pada tepi jendela, membuat seorang perempuan yang sedang tertidur pulas, merasa terusik.
Ruangan luas yang bisa dikatakan mewah ini, hanya berisikan gadis itu. Gadis bersurai coklat terang tersebut, mendengus sejenak kemudian membalikkan tubuhnya menjadi tengkurap.
Jari-jari lentiknya, perlahan meraba dan menekan-nekan alas kasur. Tak lama, kedua netra indahnya terbuka lebar karena menyadari sesuatu.
"Anji-aduh!" Gadis yang hendak mengumpat kan kata-kata indah itu, terlebih dahulu terjengkang, menabrak ubin lantai dingin.
Gadis itu bernama Lysandra. Seorang mahasiswi kedokteran yang memasuki semester lima. Gadis yang tinggal sebatang kara, tak memiliki sanak keluarga. Namun, hal itu sama sekali tidak menurunkan semangat hidupnya.
Malah, Lysandra sudah menghasilkan uang, ditengah-tengah kesibukannya sebagai mahasiswa. Teman-temannya memanggilnya si maniak uang.
Bukannya tanpa alasan, Lysandra dalam kondisi apapun, tak peduli sakit atau tidak, gadis itu akan selalu bekerja di luar kelas kuliahnya.
Lysandra memiliki motto.
'Duit nomor satu!'Tapi tunggu! Ini bukan waktu yang tepat untuk membahas hal tersebut. Gadis bermanik amber itu menengadahkan kepalanya, menyapu penjuru kamar dengan pandangan.
Ini asing. Sangat! Lysandra tak tahu dan tak pernah ke sini. Siapa yang membawanya? Ruangan yang berisi furniture kuno.
Dan apa-apaan berlian yang menempel di sana?!
Lysandra memaksakan tubuhnya yang kaku agar berdiri. Langkahnya terseok-seok menuju dinding. Pun, binar matanya semakin cerah melihat batu permata yang menyatu dengan tembok.
"B-berlian?" Tangan nya mulai terangkat dan meraba. Namun, ada hal yang lebih menarik perhatiannya.
Tangannya..... Itu sangat berbeda.
"Tunggu, ini tangan ku?" Beo nya menautkan jari-jari. Lysandra menyipitkan mata, bergantian mengusap telapak tangan yang biasanya kasar itu.
"Lembut banget, gila!" Pekik nya tak percaya. Tangan nya juga sangat putih. Seputih susu. Tak ada bekas luka seperti sebelumnya.
Keanehan semakin terasa jelas ketika gadis itu mulai memegang wajahnya. Menelusuri setiap inci permukaan yang terasa asing.
Hidung mungil, pipi tirus, tidak ada bruntusan apalagi jerawat.
"Ngga bener!" Lysandra berlari menghadap pada cermin. Seketika rahangnya terjatuh kala melihat pantulan dirinya.
Manik amber yang menenangkan, membuat siapa saja hanyut di dalam netra indah itu. Kulit putih seperti batu pualam, wajah yang sedikit berisi di bagian pipi bersinar cerah, dan tubuh ramping. Seberapa kecil pinggang ini?
"Ini..... bukan aku." Gumam nya lirih terdengar frustasi.
Lysandra melambai, menggoyangkan bokongnya, menepuk dadanya. Begitupun dengan sosok yang berada di cermin. Melakukan sama persis sepertinya.
Gadis itu terhuyung dan jatuh terduduk di atas ubin. Kepalanya terasa berat dan nyeri. Lysandra menggeleng, mencoba menghapus rasa sakit yang didera.
Satu hal yang memenuhi otaknya saat ini.
"Aku di culik dan di ubah sepenuhnya."
Belum selesai dengan keterkejutan yang mengguncang mental nya, sekali lagi Lysandra terperangah hingga memekik karena melihat seorang perempuan yang mengenakan pakaian bermotif hitam putih—pelayan. Menjatuhkan dirinya, bersimpuh dengan kepala yang membentur pada ubin.
KAMU SEDANG MEMBACA
I became the wife of the male lead {End}
FantasíaSEGERA TERBIT! Lysandra. Seorang mahasiswi kedokteran, harus menelan pahit kenyataan dan situasi yang menimpa dirinya. Gadis yang memiliki mulut ceplas-ceplos itu, menyadari jika jiwanya terlempar ke dalam tubuh figuran yang merupakan istri dari pa...