"Selamat pagi, nyonya!" Seorang gadis berseragam hitam putih itu, mendorong troli memasuki ruangan.
Sajian sarapan hangat, berpindah secara hati-hati—pada meja.
Valerie tersenyum lebar. Gadis yang biasanya merengek akan segala sesuatu disekitarnya itu, kini tampak cerah dengan mata berbinar.
"Nyonya... apa yang sedang anda lakukan?" Tanya gadis itu memiringkan kepala.
Aneh. Sangat aneh kala melihat majikannya menutupi seluruh tubuh hingga hanya menampilkan bagian wajah saja. Apa yang terjadi?
Melalui informasi dari rekan-rekan kerjanya, mereka mengatakan jika yang mulia Grand Duke dan Grand Duchess memiliki momen yang paling manis kemarin malam.
Lantas, mengapa wajah nyonya nya ditekuk seperti itu?
"Anda terlihat murung."
"Dan kamu terlihat senang." Aeris membalas blak-blakan. Dia menyadari suasana hati pelayannya itu. Sangat baik.
Berkedip, Valerie menggigit bibirnya sejenak. Gadis itu bertepuk tangan sebelum menutupi pipinya malu-malu.
"Apa? Apa yang terjadi?" Semakin besar pula keingintahuan Aeris dibuatnya. Jarang sekali menyaksikan pelayan pribadinya ini menebar aura kebahagiaan.
"Anda tahu? Beberapa hari yang lalu ketika saya sakit perut akibat kue buatan tuan Leon?" Tanyanya yang langsung diangguki Aeris.
"Tuan Leon merasa bersalah lalu...."
"Lalu apa?" Agak kesal menunggu kalimat menggantung gadis itu. Aeris bertanya-tanya. Apakah Leon menyatakan perasaannya? Aeris tidak buta sehingga tak menyadari perasaan Leon terhadap Valerie. Pemuda itu berterus terang mengibarkan bendera cintanya pada gadis ini.
Namun, diluar antisipasinya, Valerie menjawab,
"Dia memberikan saja sekantung uang! Hahaha... saya kaya!"Oke, lupakan! Apa yang Aeris harapkan? Sepertinya perjalanan Leon masih panjang.
Tolong ingatkan Aeris agar menyemangati pemuda itu ketika bertemu nanti.
Menyelesaikan tawanya, giliran Valerie lah yang bertanya. "Dan, bagaimana dengan nyonya? Bisakah anda keluar dari selimut terlebih dahulu?"
Mendengar hal itu, Aeris berhenti membatin. Pikirannya langsung melayang pada kejadian kemarin malam.
Pada saat dia yang dengan konyol nya meminta ciuman-- astaga! Apakah mereka melakukan nya? Aeris tak bisa mengingat adengan itu!
Kulit putih nya mulai dikuasai rona merah. Aeris menjatuhkan tubuhnya, masuk semakin jauh kedalam selimut.
Itu memalukan!
Masih dia ingat tawa geli yang mengudara, bagaimana pria itu bergumam dan mendekatkan tubuhnya. Pada titik tertentu, sebelah lengan kekarnya menahan punggung Aeris agar tak bisa beranjak. Nafas Gavril menyentuh tengkuknya saat tubuhnya di dorong pelan hingga masuk kedalam dekapan pria itu.
"Jika kamu musuhku, mungkin sejak awal aku sudah menjatuhkan pedang dan bersimpuh di hadapanmu." Bisikan nya masih terngiang seperti mantra yang tak akan pernah pudar.
Aeris meraba jantungnya. Perasaan asing yang semakin berkembang memberikan efek yang aneh.
"Valerie, siapkan pakaianku."
Hatinya yang tenang sepertinya berdetak sedikit lebih cepat dengan antisipasi yang perlahan meningkat di dalam dirinya.
_________________
KAMU SEDANG MEMBACA
I became the wife of the male lead {End}
FantasySEGERA TERBIT! Lysandra. Seorang mahasiswi kedokteran, harus menelan pahit kenyataan dan situasi yang menimpa dirinya. Gadis yang memiliki mulut ceplas-ceplos itu, menyadari jika jiwanya terlempar ke dalam tubuh figuran yang merupakan istri dari pa...